Senin, 14 Juni 2010

Sudah Ribuan Kali Saya Difitnah

Informasi miring mengenai Diki Chandra perihal kasus yang menimpa Irena Handono dan Arimatea, tidak membuat Sekjen Arimatea ini lantas buru-buru membuat klarifikasi.

Ketika ditemui dikediamannya di daerah Kalimalang Jakarta Timur Jum’at (3/7), Ustadz yang juga sering menerima panggilan ceramah di beberapa daerah ini sedang sibuk melayani panggilan telepon dari beberapa wartawan yang ingin klarifikasi dan orang-orang yang ingin berkonsultasi.

“Setiap hari bisa sekitar sepuluh orang yang ingin berkonsultasi,” katanya.

Ketika ditanya mengenai informasi yang banyak menyudutkan dirinya perihal kasusnya dengan Irena Handono, beliau menjawab “Tidak ada yang tabayun kepada saya. Paling hanya jama’ah biasa yang bertanya, ‘ustadz katanya begini begitu ya?’”

Dalam kesempatan ini DIki Chandra juga mengklarifikasi pemberitaan bahwa dirinya tidak shalat, Menurutnya orang yang bicara begitu dan percaya dengan pengakuan itu, menurut Diki akal sehatnya perlu dipertanyakan. “Kalau saya tidak shalat, Arimatea sudah lama bubar!” katanya.


Berikut petikan wawancara Eman Mulyatman dan Fiqi Listya dari cyberSabili dengan Diki Chandra, Ustadz yang telah banyak mengungkap kasus kristenisasi ini :

Bagaimana berita yang sebenarnya tentang kasus Irena Handono bisa sampai bocor ke publik?

Imam Safari datang melapor ke Arimatea sebagai warga biasa. Kemudian setelah itu kita selidiki beritanya. Al Qur’an kan mewajibkan karena kata al-Qur’an jika datang orang fasiq kita wajib menyelidikinya. Begitu yang tertulis di surat al-Hujurat ayat 6. Benar tidak laporan orang ini? Kemudian rencananya setelah kita mendapatkan bahan baru kita tabayun ke Ibu Irena. Nah di masa-masa penyelidikan itu ada yang membocorkan ke Irena Center. Dia ketemu dengan Selly, dari Irena Center, ”Hati-hati Arimatea sekarang sedang menyelidiki Irena, tentang kasus di Singapura.”
Jadi bukan Arimatea yang membocorkan. Jadi orang wisma mualaf mungkin. Karena wisma mualaf itu kan tempat publik. Walaupun bicara tentang Irena itu secara rahasia. Namanya rahasia bisa saja ketika kita sedang diskusi ada yang nguping atau pintunya terbuka. Mungkin pada saat itu ada yang dengar.
Kedua, waktu di Bali saya mendengar bahwa Irena mau datang ke Arimatea. Sebagai pengurus Arimatea, kami mendiskusikan. Pihak yang mengundang itu kan salah satu Dewan Pembina Arimatea juga, kalau tidak salah ustadz Hasan Basri, pengurus MUI di Bali, beliau anggota Dewan Dakwah dan penasehat Arimatea juga.
Saya tidak melihat beliau sebagai MUInya saya melihat sebagai Pembina Arimateanya. Saya ngomong ke beliau, ”Ustadz katanya mengundang Irene juga? Saya jelaskan kasus Irene begini-begini, kemudian kita sedang menyelidiki apa tidak sebaiknya semacam kita kaji ulang. ”Bisa tidak mengundang Irene nanti dulu setelah ini selesai?”
Itu kan personal antara penasehat Arimatea, tidak ada hubungannya dengan MUI. Saya bilang ke ustadz Hasan Basri, ‘Ini mohon maaf, antum kan orang Arimatea, Antum bisa ga bantu siapa Irene sebenarnya?’
Hasan Basri bilang ”Ya sudah ngomong ke panitianya.”
Akhirnya saya bicara ke panitianya, Didiet namanya. Rupanya Didiet ini bilang ke Irena Handono. Akhirnya di Bali itu saat ceramah, Irena Handono bicara ke publik. Jamaah tidak ada yang tahu, hanya satu panitia saja si Didiet.

Ada yang mengatakan Diki Chandra menyebarkan selebaran pada acara MUI yang kemudian ditarik oleh MUI seperti keterangan KH Kholil Ridwan?

Itu teman-teman yang inisiatif memfotokopi selebaran informasi tentang Transformasi Indonesia. Informasi tentang gerakan Kristen. Teman-teman Arimatea yang juga dari MUI utusan Bali berinisiatif ketika tahu ini ada seminar tentang Kristen lalu memfotokopi, memperbanyak makalah saya yang berjudul Gerakan Transformasi 2020.

Jadi yang menyebarkan bukan Ustadz?

Saya ingat teman-teman di Bali kasih laporan, ‘Pak Diki, saya mau izin memperbanyak fotokopi Gerakan Kristen Transformasi ini disebarin. Jadi itu makalah tentang Transformasi, bukan tentang Irena. Selebaran itu tentang ilmu, tentang gerakan Kristen. Memang saya dapat laporan Pak Kholil Ridwan menyita. Tapi saya biarkan saja, tidak apa-apa.

Mualaf yang dari Arimatea, yang membocorkan masalah ini ke Selly sudah diketahui?

Bagi kami itu tidak penting, sudah bocor ya sudah. Karena kita tidak ingin tahu biarkan saja. Tanya ke Selly itu. Dia yang paling aktif. Katanya muallaf ini datang ke Selly. Muallaf ini yang pertama kali membocorkan. Kita hanya menduga-duga, ‘oh mungkin mualaf di Wisma’. Ya sudah biar sajalah. Toh tidak terlalu berkepentingan juga sudah terlanjur. Karena dia benar ngomongnya. Dia datang ke Selly, dia yang kasih tahu. Dia tahu darimana kita tidak tahu, kita hanya menduga.

Jadi mualafnya siapa Ustadz juga tidak tahu?

Tidak tahu, kan mualaf banyak.

Irena Handono selalu menanyakan perihal orang yang bernama Imam Safari. Seolah-olah Imam Safari disembunyikan.

Dia tidak pernah meminta Imam Safari datang. Irena hanya ingin bermain opini. Kalau Irena baik, tahu etika, seharusnya ‘Pak Diki mana Imam Safari itu?’ Ini tidak pernah langsung.

Kalau dari pihak Arimatea yang langsung tabayun ke Ibu Irene?

Ya, konsep tabayun sesuai dengan Al Qur’an tadi kalau ada datang berita dari orang fasiq harus diselidiki iya kan?

Imam safari-nya, beritanya atau Irena Handono-nya yang lebih dahulu diselidiki?

Ya sudah, Imam Safarinya benar tidak orangnya, kemudian informasi dari Imam Safari kita selidiki. Samalah seperti ini, Anda mendapat informasi dari saya si fulan korupsi. Anda kan tidak mungkin langsung bertanya dengan si Fulan, ‘eh Anda korupsi ya?’ Pasti dicari dulukan data-datanya, informasinya benar atau tidak baru ditanyakan kepada si Fulan.

Irena Handono selalu menanyakan siapa Imam Safari

Kirim SMS atau telepon ke Arimatea tidak pernah. Irena kan ngomong keluar terus.

Irena menceritakan masalah ini ke MUI. Arimatea sendiri bagaimana?

Kita tidak tahu ibu Irena ada ngomong ke MUI. Tidak ada kewajiban Arimatea, melaporkan secara awal ke MUI. Ini kan baru awal, jangan lupa kalau saja penemuan ini sudah finish, baru kita ke MUI.

Masalahnya, masalah ini sudah bocor ke masyarakat.

Siapa yang membocorkan? Kalau menurut saya, kalau Irena sudah melapor duluan ke MUI, yang bijak itu menurut saya MUI memanggil Arimatea dong, ‘Arimatea ini saya dapat laporan ini dari Irena, coba saya minta klarifikasi dari Anda’. kan begitu. Akal sehat orang normal akan berpikir begitu. Orang normal ya. Di luar orang normal saya tidak paham. Logikanya kan kalau Anda dan si Fulan bertengkar misalnya, kemudian Anda melapor ke saya misalnya, si Fulan begini begitu. Kemudian saya dengar. Bagus tidak kalau saya mendiamkan? Lawan Anda si fulan kan tidak tahu kalau Anda melapor ke saya. Nah yang normal menurut saya dimanapun itu, saya panggil si Fulan, saya tanya Anda benar tidak seperti ini seperti itu. Begitu kan?

Jadi Arimatea menunggu panggilan dari MUI?

Arimatea tidak tahu kalau Irena Handono ada mengatakan ke MUI.

Ketika jumpa pers Ibu Irena, MUI dan sejumlah ulama juga hadir. Menurut pengakuan Irena, beliau telah berkonsultasi dengan MUI dan sejumlah ulama lainnya.

Arimatea tidak tahu hal itu. Boleh dibilang kami curiga, ada apa ini sebenarnya? Etikanya, panggil Arimatea ketika MUI dan sejumlah ulama didatangi Ibu Irena.

MUI (Cholil Ridwan) mengatakan Arimatea yang harus tabayun ke MUI.

Terbalik dong. Kalau ada isu tentang MUI, baru Arimatea yang tabayun. MUI katanya begini ya? Contoh Lia Eden, kan dipanggil MUI. Apalagi kalau ada orang mengadu ke MUI, akal sehatnya MUI panggil dong. Kita kan tidak tahu siapa saja yang sudah melapor ke MUI.

Arimatea tidak ada konsultasi dengan ulama juga?

Oh sering, tapi ulama, ulama yang mana? Habieb Rizieq kan juga ulama. Pembina Arimatea juga banyak yang ulama. Contoh FUUI, Irena Handono melapor ke FUUI, FUUI memanggil saya, meminta klarifikasi. Itu yang normal menurut saya.

Ada juga yang beranggapan Arimatea buatan intelejen. Tanggapan Ustadz?

Tuduhan ini pernah dilontarkan ke FPI juga. FPI itu binaan intelejen, Saya juga binaan intelejen. Terus terang saja, ada senang-senangnya juga sih. Tuduhan apapun dinikmati saja. Pertanyaan saya, kalau itu sebuah pertanyaan, saya balik bertanya, apabila ada orang berprestasi, kenapa memangnya? Ada orang berprestasi kok malah dicurigai. Perlu diketahui, Arimatea ini dewan pembinanya adalah orang-orang aktivis yang teruji. Pertama ada Habieb Rizieq, kedua ada Kyai Syukron Ma’mun, meskipun sekarang sulit ditemui. Ada Ustadz Zubaidi dari Persis, ada Eggi Sujana.
Tiba-tiba nama Diki booming segala macam, lalu orang pada bertanya-tanya. Kenapa orang tidak bertanya, saya justru mengoreksi, kenapa tidak tabayun kepada saya, siapa Diki Chandra. Saya ini kan bebas, tidak pernah dikawal. Saya mengisi kajian kemana-mana sering, ya Alhamdulillah saya banyak diundang di masyarakat. Kalau pertanyaannya itu, saya malah balik bertanya. Kenapa kalau ada orang berprestasi kerjanya rapi malah dicurigai? Berarti pertanyaan seperti itu bisa menjadi feedback ke teman-teman. Apakah selama ini pekerjaanya kurang rapi?

Jadi bukan buatan intelejen?

Malah Arimatea menangkapi intelejen. Di situs arimatea pusat disitu ada berita, Arimatea menangkap 30 intelejen salibis. Jadi, bahwasanya saya intelejen betul, saya bukan binaan intelejen, saya intelejen muslim untuk menangkapi intelejen salibis.

Ustadz dianggap mendapat keuntungan dari kasus permutadan, sehingga buat VCD atau buku untuk dijual-jual?

Kalau begitu, semua ulama juga begitu dong. Artinya kalau ada penangkapan intelejen, kemudian kita publikasikan, mendapatkan keuntungan. Nah semua buku-buku juga begitu, banyak terjadi. Tujuan kita parallel, agar masyarakat tahu kasus-kasus permutadan.

Berarti Ustadz hidup dari penjualan itu?

Sekarang saya tanya, Irena hidup darimana? Abu Deedat hidup darimana? Orang dakwah, kadang-kadang sambil jualan buku. Boleh dong.

Jadi ada dapat dana dropan?

Saya saja hidupnya susah. Jadi kalau orang bertanya begitu, itu orang tidak normal. Kalau orang normal akan berpikir, ketua umum Arimatea adalah ketua dewan syuro FPI, Pembina Arimatea adalah orang-orang cerdas semua. Orang yang memakai akal sehat akan terjawablah itu semua. Jadi menurut saya, orang-orang yang ngomong asbun adalah orang yang tidak sehal akalnya. Begini, kemarin di Sabili ada pernyataan, bahwa saya adalah orang yang tidak pernah shalat. Orang yang ngomong begitu dan percaya dengan pengakuan itu, menurut saya akal sehatnya perlu dipertanyakan. Kalau saya tidak shalat, Arimatea sudah lama bubar.

Ada yang mengatakan Ustadz selalu menikahi perempuan yang berkonsultasi ke Ustadz, tanggapan ustadz?

Kalau ada yang beranggapan yang berkonsultasi ke saya, saya nikahi, istri saya sudah seribu kali. Catatan saya sudah hampir 2000 kasus. Itu fitnah besar. Jadi itu begini kasusnya, dia ini nikah lama dengan orang kristen. Dulu ketika nikah, secara Islam, setelah menikah, suaminya pindah lagi ke kristen. Sudah belasan tahun terkungkung akhirnya dia mulai sadar, bahwa selama ini tidak ada perkawinan selama ini zina, sudah melahirkan anak tapi dalam kondisi seperti ini. Dia sudah sadar dan mau keluar dari lingkungan itu. Mengeluh kesana sini tidak ada yang menanggapi, ada yang menanggapi tapi tidak ada solusi. Terakhir minta tolong ke saya. Akhirnya saya bilang, dia harus punya keberanian. Tapi dia tidak punya keberanian. Lalu saya bilang, Anda kan sebenarnya secara hukum Islam tidak ada pernikahan. Kalau Anda tidak berani, saya nikahi Anda. Supaya, laki-lakinya itu tidak berusaha mencengkram. Laki-laki itu tidak mau dicerai. Tapi itu sudah proses perceraian secara KUA. Tapi prinsip kita mereka itu kumpul kebo. Kalau perceraian secara KUA itu secara administrasi itu. Ya akhirnya, setelah saya nikahi, saya hadapi laki-laki itu. Akhirnya laki-laki itu takut juga, cerai juga. Setelah itu dia pura-pura masuk Islam. Tapi sekarang bisa dicek, kristen itu sampai sekarang.

Jadi tidak benar ya ustadz mencoba mengambil kesempatan dalam kesempitan?

Karena sekarang sedang musim mubahalah, mubahalah yang fitnah itu sama saya. Kalau ada yang bilang setiap kasus kemudian saya nikahi, mubahalah sama saya.

Dengan kejadian dengan Irena ini, menurut ustadz siapa yang diuntungkan?

Arimatea itu difitnah dari dulu. Sudah puluhan kali. Bagi saya bukan menang atau tidaknya publikasi, bagi saya dan Arimatea adalah perjuangannya ada nilainya di hadapan Alloh, itu ukurannya. Jadi kami tidak perlu klarifikasi kemana-mana. Orang tidak pernah bertanya atau tabayun kepada kita, ngapain kita juga tiba-tiba ngomong ke media.

Umat Islam jadi terpancing?

Saya sangat menyayangkan begitu banyak orang yang tidak dewasa, begitu banyak orang yang tidak matang dalam proses beraktivitas ini. Kan seharusnya kalau ada kabar berita tentang Diki, kan handphone Diki 24 jam nyala, tanya dong ya. Masalahnya, ada kelompok, ormas yang karena ada salah satu oknumnya merasa barang kali dilangkahi, merasa disaingi, dia cerita dikelompoknya, menjadi berita yang benar, tanpa yang lain bertanya. Setahu kami seperti itu yang terjadi sekarang ini. Jadi berita tentang Diki jelek itu hanya satu dua oknum yang ada dalam sebuah kelompok. Karena orang ini sudah senior dipercaya saja itu.

Bagaimana dengan Mubahalah?

Nah kaitan dengan mubahallah, Insya Allah saya siap mubahallah. Kan Irena mengatakan kalau Arimatea tidak dapat menghadirkan Imam Safari, maka ini semua adalah rekayasa Diki Chandra, dustalah ini semuanya. Irena lupa, saya itu selalu lapor ke Pembina, Irena lupa di Arimatea itu mohon maaf, jauh lebih banyak dari yang ada di Irena. Irene Center itu kan pribadi, asistennya aja anaknya. Kalau di Arimatea tidak ada saya punya anak disitu. Semua aktivis independen. Lengkap semua di wisma itu. Ulama ini yang merasa menjadi ulama, tapi mohon maaf perlu dipertanyakan keulamaannya. Seolah ayat itu hanya sampai tenggorokan saja. Ketika ada berita tidak pernah tabayun. Mereka mengatakan kok Diki tidak pernah tabayun dengan Irena, loh mereka juga tidak pernah tabayun dengan Arimatea selama ini. Tabayun versi Arimatea itu, ketika menyangkut Irene, ketika mendapat laporan maka sesuai dengan petunjuk al-Qur’an, kita selidiki dulu, baik beritanya maupun orangnya. Nah itu yang sedang kita lakukan saat ini. Makanya kita kumpulkan data-data dan bahan. Setelah kita kumpulkan data baru kita konfirmasi ke Ibu Irena. Nih begini, ada laporan begini, setelah data-datanya ada. Alangkah bodohnya, kalau saya ngomong langsung, mana mungkin mau ngaku. Itulah profesional. Arimatea ini sudah professional. Tapi setan iblis tidak suka dengan orang profesional.

Jadi Imam Safari itu ada?

Sudah saya tunjukkan ke Habieb Rizieq, nih Imam Safari nih. Sudah saya hadirkan ke FUUI, nih Imam Safari, silahkan mengaku sendiri. Sudah saya tunjukkan ke wartawan sebelum konferensi pers Irena. Padahal sudah ada kesepakatan sebelumnya ketika di FUUI, tidak dulu ngomong ke pers sebelum mubahalah. Irena mengkhianati. Ya sudah supaya teman-teman media ini berimbang, saya panggil juga teman-teman wartawan. Tapi tidak sehebat Irena, besar-besaran. Arimatea cuma beberapa orang. Kita orang miskin jadi kecil-kecilan saja. Bukan kayak Irena kan, beliau kan sudah selebritis, jadi memang begitu caranya. Kita kan aktivis, jadi kita biasa saja. Tapi bukan untuk melawan tapi biar wartawan tahu, biar berita itu berimbang.
Ada juga berita, Diki memakan uang Arimatea. Ini lucu bin ajaib. Uang Arimatea darimana, ada yang tahu? Ga ada uang Arimatea, mohon maaf kebanyakan dari Diki Chandra. Anda harus tahu ini uang Arimatea itu dari Diki Chandra. Diki Chandra darimana? Ya saya Alhamdulillah, setiap mengisi kajian, saya dapat uang transport, saya dapat jualan buku, jualan VCD, nah dari situlah sebagian besar, untuk pergerakan Arimatea.

Banyak yang mengatakan, Ustadz sering ribut dengan kristolog lain?

Jangan salah, mohon maaf antar ormas saja banyak yang ribut, Partai Islam juga. Jadi ini ada penyesatan opini, seolah-olah Pak Diki ribut dengan siapa saja. Jadi kalau ada kristolog ribut, semua juga ributlah. Yang saya dengar yang saya perhatikan, begitu banyak opini yang menyesatkan. Yang saya sayangkan, yang saya kritik, mereka ini kan mengaku para ulama, mengaku tokoh, sudah ditokohkan. Tapi mengenai Diki Chandra dan lain sebagainya, tidak ada orang tabayun. Jadi ini pertanyaan saya. Justru orang yang tabayun itu jama’ah biasa. Jadi mungkin karena ilmunya sudah ketinggian jadi tidak perlu tabayun kali ya.

Ada yang mengatakan karena Bapak bermasalah maka Buya Abujamin Roham selaku pendiri Arimatea keluar, tanggapan Bapak?

Itu dusta besar. Dusta! Bohong! Jadi sebenarnya, ide awal Arimatea itu saya pribadi. Yang riset selama 9 bulan itu saya pribadi. Kemudian saya ngajak Abujamin Roham dan lain-lain. Yang menghubungi Abujamin Roham itu saya. Saya bilang begini, begini, Oh iya boleh saya gabung. Akhirnya pendiri jadi empat orang. Tapi ide awal itu saya. Pak Abujamin Roham tidak pernah dipecat. Yang sebenarnya terjadi, dakwah Arimatea ini kan dakwah kepada non muslim dan mencegah permutadan. Kalau dakwah kan secara dialog. Nah ustadz Abujamin Roham ini orangnya emosional. Terakhir ketika ada dialog di ICMI, marah Abujamin Roham. Lho ini kok marah-marah begini? Saya merasa tidak nyaman. Arimatea ini kan misinya dakwah, dakwah kan harus bil hikmah. Dengan cara yang baik kan. Ketika kita dialog dengan orang-orang non muslim kan harus dengan cara yang baik, dialog. Nah Abujamin Roham ini tidak, marah-marah terus. Nah disini mulai tidak ada hubungan ga enak. Saya sempat tegur. Akhirnya hubungan ya retak-retak sendiri. Terus terang saja, kalau orang –orang yang mengatakan seperti itu, boleh bertemu dengan saya, mana nih yang benar.

Berita Terbaru:

* 21/07/2009 06:46 - Bom itu Tidak ada Kaitannya dengan Islam
* 17/07/2009 07:21 - Kemenangan SBY Kemenangan Kaum Sepilis
* 15/07/2009 03:32 - Mengharap Ridha Ilahi
* 13/07/2009 10:07 - Peri Umar Farouk, Tim Kerja Gerakan Jangan Bugil Depan Kamera (JBDK)
* 08/07/2009 10:25 - Fathuddin Ja’far MA, Direktur Spiritual Learning Centre

Berita Sebelumnya:

* 02/07/2009 03:09 - Sekjen FUI KH Muhammad al-Khaththath
* 01/07/2009 09:27 - Ibnu Hamad Pakar Komunikasi UI
* 29/06/2009 14:49 - Ahmadiyah Saya Bongkar Habis
* 25/06/2009 13:17 - PKS Jelaskan Isu Jilbab
* 14/06/2009 10:59 - Syekh Omar Bakri Mohammed Pejuang Khilafah Islamiyah

<< Halaman SebelumnyaHalaman Berikutnya >>
Komen
Tambah Komen Cari
<< Begin < Sebelumnya 1 2 3 4 5 Berikutnya > Akhir >>

mul yusuf - ikut sedih |2009-07-07 07:21:09
Mencermati wawancara Bpk Diki Chandra di Cyber Sabili, sungguh membuat hati saya
sedih. Kok ada orang yang mengaku memahami agam islam, pendakwah, tapi
bekelakuan saling menjelekan, emosional, berkata-kata kasar. Bahkan cendrung
sombong. Seorang pendakwah mestinya menjadi penyejuk iman, memberi contoh yang
baik dalam berkata-kata, terlebih untuk publikasi.
del_frismardi - siapa yang benar |2009-07-07 16:29:19
saya sekarang gak tahu sipa yang benar?Diki Chandra kah apa i?rena Handono tp
menurut saya siapa yang melemparkan isu pertama dia musti bertangung jawab
dengan menuntas kan permasalahan soalnya dengan permasalahan ini orang2 dimilis
faithfreedom menertawakan nya
del_frismardi |2009-07-07 16:29:28
52649211









del_frismardi
- siapa yang benar





|116.199.202.xxx
|2009-07-07
16:29:19









saya sekarang gak tahu sipa yang benar?Diki Chandra kah apa i?rena
Handono tpmenurut saya siapa yang melemparkan isu pertama dia musti bertangung
jawabdengan menuntas kan permasalahan soalnya dengan permasalahan ini orang2
dimilisfaithfreedom menertawakan nya








Reply | Quote
0 0









]]>
abdulloh - Tabayunlah |2009-07-08 00:38:06
"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu” [Al-Hujurat : 6]

Ketahuilah bahwa seorang yang
fasiq apalagi pengkhianat agama tidak diterima kesaksiannya. [Lihat penjelasan
tentang hal ini dalam Kitabul Majmu’ Syarhul Muhadzdzab oleh Imam Nawawi 23/16
“Kitabu asy-Syahadah” cet. Beirut Libanon 1422 H / 2001].

Imam Muslim dalam
muqaddimah shahihnya mengatakan setelah membawakan ayat tersebut : “Ayat ini
menunjukkan bahwa berita seorang yang fasiq, gugur tidak diterima” [Kitab
Shahih Muslim, Muqaddimah : I/23 cet. Dar Ibnu Hazm, Beirut].

Rasulullah
bersabda : “Cukuplah seseorang dikatakan berdusta jika dia menceritakan setiap
apa yang dia dengar (tanpa mencari kejelasan).” [Shahih Muslim I/24, cet. Dar
raikaty - se7 bngeet dg tabayun. |2009-07-08 09:56:51
Shrsnya mdah bg dicky utk mengecek ke imigrasi apkah ada cap spore pd pasport
irena, krna org yg mlapor tdk jlas, bahkan tdk kstria utk hdir, berhentilah
mbuat kasus2 sperti ini dan ini kasus yg keskiankalinya bg dicky. smuanya ga
jlas smg Allah mbri ptunjuk kjln yg diridhoiNya. wallahu'alam
Abdul Ghofar - Paspor Hj. Irena Handono |2009-07-13 08:12:51
Yang jelas Diki tidak pernah tabayun pada Bu Hj. Irena Handono, tapi langsung
menyebar fitnah tersebut melalui weblog forum arimatea Untuk paspor beliau bisa
dilihat/didownload dilink berikut :
http://dj2islam.multiply.com/journal/item/498
Sama sekali tidak pernah ada
catatan pernah ke Singapore.
abdulloh - Tabayun |2009-07-08 00:40:43
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu” [Al-Hujurat : 6]

Ketahuilah bahwa seorang yang fasiq apalagi
pengkhianat agama tidak diterima kesaksiannya. [Lihat penjelasan tentang hal ini
dalam Kitabul Majmu’ Syarhul Muhadzdzab oleh Imam Nawawi 23/16 “Kitabu
asy-Syahadah” cet. Beirut Libanon 1422 H / 2001].

Imam Muslim dalam
muqaddimah shahihnya mengatakan setelah membawakan ayat tersebut : “Ayat ini
menunjukkan bahwa berita seorang yang fasiq, gugur tidak diterima” [Kitab
Shahih Muslim, Muqaddimah : I/23 cet. Dar Ibnu Hazm, Beirut].

Rasulullah
bersabda : “Cukuplah seseorang dikatakan berdusta jika dia menceritakan setiap
apa yang dia dengar (tanpa mencari kejelasan).” [Shahih Muslim I/24, cet. Dar