Sabtu, 24 Desember 2011

Fenomena Riya dan Sum'ah

Fenomena Riya dan Sum'ah

Rabu, 14/12/2011 08:02 WIB | Arsip | Cetak

Agar seorang Muslim mengetahui posisinya dalam riya dan sum'ah, hendaknya dia memahami betul fenomena atau tanda-tandanya, yaitu antara lain:

1. Giat bekerja dan melipatgandakan tenaganya jika mendapat pujian atau sanjungan, dan malas atau cenderung mengurangi amal, jika mendapat celaan dan kecaman. Juga apabila sedang bersama-sama dengan orang lain cenderung mengurangi amal, ketika ia seorang diri atau jauh dari pantauan orang lain.

Terhadap ciri ini, Sayyidina Ali ra pernah bertutur, "Ada beberapa tanda bagi orang yang berlaku riya, yakni malas ketika seorang diri, tetapi akan sangat rajin ketika sedang bersama orang banyak. Bertambah amalnya, jika mendapat pujian dan berkurang amalnya jika mendapat celaan". (Kitab Ihya Ulumuddin, al-Gazali, 3/298)

2. Menjauhi larangan-larangan Allah jika bersama manusia dan melanggar larangan-larangan-Nya, jika ia seorang diri dan jauh dari penglihatan manusia.

Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda:

"Aku akan mengetahui beberapa kaum dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan laksana pegunungan yang tinggi berkilau. Akan tetapi, Allah menjadikannya debu yang berterbangan (tidak berharga). Mereka itu adalah saudara-saudara kalian, dan berasal dari keturunan kalian. Mereka mengerjakan amalan pada waktu malam sebagaimana kalian mengerajakannya. Akan tetapi, mereka adalah kaum yang jika dalam keadaan sendiri akan melanggar larangan-larangan Allah." (HR. Ibnu Majah)

Dampak Buruk Akibat Riya dan Sum'ah

Riya atau sum'ah mempunyai pengaruh dan akibat yang berbahaya dan membinasakan, baik kepada para aktivis secara pribadi atau terhadap amal Islami secara umum.

Terhadap Pribadi.

Terhalang Dari Petunjuk (Hidayah) dan Pertolongan (Taufik) Ilahi.

Hanya Allah Ta'ala semata yang berwenang memberi hidayah dan taufik kepada siapa saja yang dikehendaki, serta menghalanginya dari siapa saja yang Dia kehendaki. Tidak ada yan mampu menonlak ketentuan-Nya dan tiada seorang pun yang dapat menghalangi kebijakan-Nya. Ketetapan-Nya sudah pasti dan pelaksanaannya psati berlaku bahwa Dia tidak akan memberi petunjuk dan pertolongan kecuali kepada orang yang ikhlas dan benar-benar menghadapkan diri kepada-Nya. Firman-Nya :

وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ أَنَابَ ﴿٢٧﴾

"Dan Ia menunjuki orang-orang yang bertobat kepada-Nya." (QS. Ar-Ra'd [13] : 27)

وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَن يُنِيبُ ﴿١٣﴾

"Dan ia memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali kepada-Nya." (QS. As-Syuura [42] : 13)

Seseorang yang berlaku riya dan sum'ah pada dasarnya telah merobek-robek ikhlas dan berpaling dari kebenaran. Maka bagtiamana mungkin orang seperti itu akan mendapat limpahan hidayah atau taufiq dari-Nya? Maha benar firman Allah Ta'ala:

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ ﴿٥﴾

"Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik." (QS. Ash-Shaf [61] : 5)

Menderita Kesempitan dan Ditimpa Rasa Gelisah

Orang yang riya dan sum'ah itu hanya akan melaksanakan sesuatu hal atau pekerjaan semata-mata untuk memperoleh pujian atau penghormatan dari manusia. Akan tetapi, dapat saja ketentuan dan ketetapan Allah akan menghalangi orang-orang untuk melakukan apa yang dia kehendaki itu, sebab sesungguhnya Allah Mahakuasa untuk melakukan hal semacam itu. Jika hal itu sampai terjadi maka orang yang berperilaku riya dan sum'ah itu akan segera menderita kesempitan dan kegelisahan, karena cita-citanya tidak tercapai. Sehubungan hal itu Allah Ta'ala mengingatkan:

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا

"Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit." (QS. Thaha [20] : 124)

وَمَن يُعْرِضْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا ﴿١٧﴾

"Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya dalam azab yang amat berat." (QS. Jin [72] : 17)

Tercabutnya Kewibawaan dari Hati Orang-orang

Hanya Allah saja yang mutlak berkuasa menanamkan kewibawaan pada hati manusia yang Ia kehendaki. Sedangkan keikhlasan seseorang dalam setiap perbuatannya adalah laksana tebusan untuk mewujudkan hal itu. Seseorang yang berlaku riya atau sum'ah tidak memiliki tebusan tersebut. Karena itu, Alah mencabut kewibawaan dirinya dari h ati manusia. Sebaliknya, Allah akan menumbuhkan rasa hina manusia. Sebaliknya, Allah akan menumbuhkan rasa hina dalam pandangan mereka terhadap dirinya.

Firman-Nya:

وَمَن يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِن مُّكْرِمٍ

"Barangsiapa yang dihinakan oleh Allah, maka niscaya tidak ada seseorangpun yang akan memuliakannya." (QS. Al-Hajj [22] : 18)

Para salafush shalih benar-benar telah mengantisipasi hal ini. Mereka adalah kelompok manusia yang palihng memelihara keikhlasan amal kepada Allah. Dengan demikian, wibawa atau kedudukan mereka tetap melekat di dalam dada dan hati manusia. Banyak sekali kisah yang tercecer dari mereka tentang hal ini. Akan tetapi, cukuplah bagi kita memperhatikan wasiat yang diungkapkan oleh Umar ibnul Khattab ra kepada ABu Musa al-Asy'ari. Ia berkata antara lain:

"Siapa saja yang mengikhlaskan niatnya (kepada Allah) niscaya Allah akan mencukupkan (urusan) antara dia dan manusia.". (Kitab Ihya Ulumuddin, 4/378).

(Insya Allah bersambung)

Riya dan Sum'ah

Riya dan Sum'ah

Jumat, 09/12/2011 14:15 WIB | Arsip | Cetak

Kata riya berasal dari kata ru'yah. Kalimat arar-rajulu digunakan jika seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat oleh manusia. Makna tersebut sejalan dengan firman Allah yang berbunyi:

الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُونَ ﴿٦﴾ وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ ﴿٧﴾

"...Orang-orang yang berbuat riya, dan enggan menolong dengan barang berguna." (QS. al-Ma'uun [107] : 6-7)

بَطَرًا وَرِئَاء النَّاسِ وَيَصُدُّونَ

"...Dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia..." (QS. al-Anfal [8] : 47)

Sedangkan kata sum'ah berasal dari kata samma'a. Kalimat samma'a an naasa bi amalihi digunakan jika seseorang menampakkan amalnya kepada manusia yang semula tidak mengetahuinya. (Kitab lisanul arab, 8/165)

Pengertian riya atau sum'ah dalam istilah para juru dakwah dan para ulama akhlak adalah sikap seorang Muslim yang menampakkan amal shalihnya kepada manusia lain agar dirinya mendapat kedudukan dan penghargaan dari mereka, atau mengharap harta benda mereka. Jika amal shalih itu dikerjakan dihadapan manusia dan dilihat secara langsung oleh mereka, maka hal itu dinamakan riya. Akan tetapi, jika amalannya dikerjakan secara tersembunyi dari pengetahuan manusia, kemudian hal itu dibicarakan kepada orang lain, maka hal demikian dinamakan sum'ah. (Fathul-Baari, 11/336)

'Izzuddin bin Abdussalam membedakan antara riya dan sum'ah. Riya adalah sikap seseorang yang beramal bukan untuk Allah, sedangkan sum'ah adalah sikap seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun ia bicarakan hal tersebut kepada manusia. (Fathul Baari, jilid XI, hal 336).

Dalam hal ini, menurutnya semua riya itu adalah tercela. Akan tetapi, sum'ah adalah amal terpuji jika ia melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, dan tercela jika dia membicarakan amalnya dihadapan manusia. Ungkapan ini sesuai dengan yang dimaksud dalam nash-nash syariat di bawah ini.

Firman-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ

"Hai orang-orang yang beirman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia..." (QS. al-Baqarah [2] : 264)

Sabda Rasulullah shallahu alaihi wassalam:

"Barangsiapa yang berlaku sum'ah, maka akan diperlakukan dengan sum'ah oleh Allah (diumumkan aib-aibnya di akhirat), dan barangsiapa yang berlaku riya, maka akan dibalas oleh Allah dengan riya (diperlihatkan pahala amalnya, namun tidak diberi pahala kepadanya)". (HR. Bukhari)

"Sesungguhnya yang paling aku takuti atas kalian adalah syirik kecil". Para sahabat bertanya, "Apakah yang dimaksud dengan syirik kecil ituk, wahai Rasulullah?" Rasul menjawab, "Riya. Allah akan berfirman pada hari kiamat nanti ketika Ia memberi ganjara amalan perbuatan hamba-Nya, 'Pergilah kalian kepada orang yang kalian berlaku riya nya terhadapnya. Lihat! Apakah kalian memperoleh balasan dari mereka?" Kemudian Rasulullah shallahu alaihi wassalam mendengar seseorang membaca dan melantunkan dzikir dengan suara yang keras. Lalu beliau bersabda, "Sesungguhnya dia amat taat kepada Allah". Orang tersebut ternyata al-Miqdaad ibnul Aswad". (HR. Ahmad)

Faktor-Faktor Penyebab Riya dan Sum'ah.

Pertama. Latar Belakang Kehidupan.

Jika seorang anak yang tumbuh dalam asuhan sebuah keluarga yang memiliki suasana atau adat perilaku riya atau sum'ah, maka sangat besar kemungkinan dirinya akan dapat terpengaruhi perilaku semacam itu. Jika penyakit itu telah bercokol dan lama berurat barakar dan mengkristal dalam jiwa, maka akan sangat sulit untuk mengikisnya. Karena itu, Rasulullah selalu menekankan pentingnya faktor agama sebagai landasan utama dalam memilih calon pasangan hidup kita.

Sabda Rasulullah shallahu alaihi wassalam:

"...Maka pilihlah wanita yang taat menjalani agama, niscaya engkau akan beruntung." (HR. Tirmidzi)

"Jika kalian didatangi oleh seseorang (untuk meminang putrimu) yang engkau ridhai akhlak dan agamanya, maka nikahkanlah ia (dengan putrimu)." (HR. Tirmidzi)

Kedua. Persahabatan yang Buruk.

Persahabatan yang buruk hanya akan mengakibatkan sikap riya dan sum'ah, terutama bagi orang yang lemah pribadi dan mentalnya dan mudah terpengaruhi orang lain, dengan mengikuti dan meniru teman-temannya, dan lama kelamaan berumbi-berakar dalam jiwanya. Sehubungan dengan hal ini, sebagai Muslim, kita seperti yang telah kami kemukakan sebelum ini dituntut agar selektif dalam menjalin persahabatan dengan mereka yang baik, menghormati, dan menjalankan syariah Allah.

Ketiga. Tidak Memiliki Hakikat Ma'rifah kepada Allah.

Tidak mengenal Allah dengan hakiki dapat menimbulkan sikap riya dan sum'ah, sebab orang yang jahil dan kurang mengenal Allah tidak akan mampu bersikap yang benar terhadap Allah. Karena itu, berkembanglah dalam pikirannya bahwa ada sebagian manusia yang mampu menolak bahaya dan memberi manfaat. Ia bersikap riya dan sum'ah dalam setiap amalnya dihadapan sekelompok manusia dan yang menurutnya berkuasa dalam menentukan nasib mereka. Tujuannya tidak lain agar ia memperoleh sesuatu yang mereka miliki.

Islam selalu menegaskan pentingnya mengenal Allah sebagai langkah pertama yang harus ditempuh sebelum melakukan segala sesuatu.

Firman-Nya:

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

"Maka ketahuilah bahwasanya tidak ada Tuhan selain Allah." (QS. Muhammad [47] : 19)

Keempat. Ambisi Memperoleh Kedudukan dan Kemimpinan.

Ambisi memperoleh kedudukan dan kepemimpinan dapat memotivasi sikap riya dan sum'ah. Dalam hal ini Islam menekankan untuk menyeleksi dan menguji seseorang sebelum ia dilimpahi suatu kepercayaan atau dukungan.

Firman Allah:

وَابْتَلُواْ الْيَتَامَى حَتَّىَ إِذَا بَلَغُواْ النِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُواْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ

"Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya." (QS. an-Nisaa' [4] : 6)

ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا جَاءكُمُ الْمُؤْمِنَاتُ مُهَاجِرَاتٍ فَامْتَحِنُوهُنَّ

"Hai orang-orang yang beriman, apabila datang hijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka." (QS. al-Mumtahanah [60] : 10)

Kelima. Tamak Terhadap yang Dimiliki Orang Lain.

Sikap rakus terhadap apa yang dimiliki orang lain serta ambisi terhadap harta duniawi dapat menyebabkan riya atau sum'ah. Sebagaimana diriwayatkan dari Abu Musa bahwa pada suatu hari Rasulullah saw ditanya, "Ya Rasulullah, ada seorang yang berperang untuk memperoleh ghanimah, ada yang ingin disebut-sebut, dan ada yang ingin posisinya dilihat oleh manusia, yang manakah diantara mereka yang berperang di jalan Allah?"

Rasulullah shallahu alaihi wassalam bersabda:

"Barangsiapa berperang dengan tujuan meninggikan kalimat Allah, maka dialah yang berperang di jalan Allah." (HR. Bukhari)

"Barangsiapa yang pergi berperang kemudian ia tak mengharapkan sesuatu kecuali memperoleh tali kendali, maka baginya apa yang ia niatkan." (HR. Nasaa'i dan Darimi)

Keenam. Suka Dipuji atau Disanjung Orang Lain.

Peringai suka atau senang pujian akan mendorong seseorang berlaku riya atau sum'ah. Ini karena orang yang mempunyai kecenderungan berperingai semacam itu, umumnya berupaya agar dia menjadi buah bibir orang-orang dan disebut-sebut dalam forum-forum mereka. Jika keinginannya terlaksana, maka dia menjadi angkuh dan congkak.

Ketujuh. Terlalu Ketat Dalam Memberikan Penilaian.

Sikap seorang pemimpin yang terlalu ketat dalam menilai seseorang akan menyebabkan lahirnya sikap riya dan sum'ah, khususnya kepada mereka yang tidak memiliki jiwa besar dan tidak kuat tekadnya. Benarlah Rasulullah shallahu alaihi wassalam yang tidak pernah berucap kecuali karena wahyu yang sampai kepadanya, ketika beliau bersabda kepada Aisyah ra:

"Barangsiapa yang baik itu tidak mengerjakan sesutu kecuali ia menilainya baik, dan tidak meninggalkan sesuatu kecuali jika ia menilainya buruk." (HR. Muslim dan Abu Dawud)

Kedelapan. Terlalu Dikagumi Orang Lain.

Rasa kagum yang berlebihan terhadap amalan seseorang dapat memotivasi timbulnya riya dan sum'ah pada diri orang yang dikagumi itu. Orang yang dikagumi akan semakin berusaha agar kekaguman orang-orang semakin bertambah padanya. Sehubungan dengan hal itu ajaran Islam telah menyediakan benteng pemelihara bagi umatnya dari penyakit ini, sebab agama Islam melarang sikap menampakkan rasa kagum secara terang-terangan dihadapan orang yang dikagumi. Kalaupun dipikir perlu dilakukan, hendaklah disertai oleh sikap waspada dan hati-hati, yaitu dengan mengucapkan :

"Aku menilai fulan itu demikian. Dan sesungguhnya Allah yang berhak menilainya, dan sayogiyanya seseorang tidak mendahului penilaian Allah." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kesembilan. Lalai Terhadap Dampak Buruk Riya dan Sum'ah.

Terakhir, ketidaktahuan dan kelalaian seseorang terhadap pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh riya dan sum'ah dapat menjerumuskan seseorang kepada riya atau sum'ah.

Senin, 19 Desember 2011

Sukses adalah Hak Saya (Bagian 2): Bagaimana Caranya?

Cara dan Langkah-langkahnya ?

“Perbaikilah akhiratmu kelak duniamu akan baik. Perbaikilah batinmu, kelak lahirmu akan baik.” - Umar bin Abdul Azis –

Prinsip Utama 4: Menentukan Apa yang Anda Inginkan

Langkah pertama yang harus Anda lakukan untuk mencapai sukses yang Anda inginkan adalah dengan menentukan terlebih dahulu apa yang Anda inginkan ! (Baca kembali prinsip 2 dan 3 pada bab sebelumnya)

Apakah yang Anda inginkan dalam hidup ini ? Tulis 10 hal yang paling Anda inginkan dalam hidup ini! Lakukan saja secara spontan, biarkan alam bawah sadar Anda membimbing Anda menemukannya. Tulis sejelas-jelasnya dan spesifik. Semakin jelas dan semakin spesifik, maka makin mudah Anda untuk mencapainya. Ingat otak perlu kejelasan dan spesifik.

Segala sesuatu yang tak pernah dilihat mata dan didengar telinga serta terlintas didalam pikiran, takkan mungkin dapat diproses otak dan menjelma menjadi kenyataan dalam kehidupan.

Apakah Anda pernah melihat buah Stopichogor? Mendengarnya? Tidak pernah bukan? Ya memang tidak ada buah itu, saya hanya mengarangnya saja. Dan hasilnya tak secuilpun informasi yang bisa diproses oleh otak Anda bukan? Itulah yang saya maksud otak perlu kejelasan dan spesifik agar otak bisa menprosesnya sehingga muncul menjadi keyataan dalam kehidupan Anda. Jadi apa yang paling Anda inginkan dalam hidup ini? (Tulislah secara jelas dan spesifik 10 keinginan Anda itu).

Prinsip Utama 5: Bermimpilah, Visualisasikan Kesuksesan Itu

" Daya khayal adalah segalanya. Hal itu mengawali semua yang menarik dalam kehidupan kita.” -Albert Einstein-

“Segala sesuatu yang bisa dihayalkan dan terpikirkan dalam pikiran manusia dapat diwujudkan menjadi kenyataan. -Valentino Dinsi-

President Soekarno pernah mengatakan, "Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit.” Ibaratkan cita-cita sebagai mimpi, jadi apa pun mimpi Anda mimpikanlah yang tiggi.

Di Amerika ada seorang anak berusia 8 tahun yang menuliskan 363 keinginannya. Ingin pergi kesana, kesini, ingin punya ini, ingin punya itu dalam daftar panjang. Ketika usianya 53 tahun ia diwawancarai hampir semua media baik TV, radio, surat Kabar, internet, dll. Ketika ditanya mengapa ia menuliskan itu semua disaat anak seusianya lebih senang bermain. Ia hanya menjawab singkat, ”Aku bosan! Mama ingin aku jadi ini, Papa ingin aku jadi itu. Nenek lain lagi. Begitu juga dengan kekek. Tante dan Om sama saja. Sementara teman-temanku tidak jauh berbeda. Mereka semua ingin aku menjadi seperti yang mereka inginkan, padahal aku punya keinginaku sendiri!” begitu katanya.

Suatu ketika dalam seminar saya pernah ditanya oleh salah seorang peserta, ”Pak kalau saya bermimpi setinggi-tingginya nanti kalau jatuh sakit sekali.” Saya mengerti sekali, betapa banyak orang yang takut bermimpi karena takut jatuh atau gagal, padahal mencoba pun belum sempat mereka lakukan. Mereka hanya takut terhadap bayang-bayang pikiran yang mereka ciptakan sendiri.

Tindakan Konkrit

Sisihkan waktu 10-15 menit setiap hari untuk memvisualisasikan (membayangkan) semua tujuan Anda dalam keadaan sudah tercapai. Yang perlu Anda lakukan adalah memejamkan mata Anda dan melihat tujuan Anda sudah tercapai. Jika salah satu tujuan Anda adalah memiliki sebuah rumah bagus di tepi danau, pejamkan mata Anda dan lihat diri Anda sendiri berjalan dalam rumah yang ingin Anda miliki. Isi semua detailnya. Seperti apa bagian luarnya? Bagaimana lanskapnya? Pemandagannya? Apa yang ada? Seperti apa ruang tamu, dapur, kamar tidur utama, ruang makan, ruang keluarga dan ruang kerjanya? Bagaimana dengan perabotnya? Berjalanlah dari ruang ke ruang dan penuhi semua detailnya.

Ketika Anda setiap hari memvisualisasikan tujuan Anda sudah tercapai hal itu menciptakan konflik dalam pikiran bawah sadar anda antara apa yang Anda visualisasikan dan apa yang sekarang Anda miliki. Pikiran bawah sadar Anda mencoba menyelesaikan konflik itu dengan mengubah kenyataan Anda sekarang menjadi visi baru yang lebih menggairahkan. Konflik ini, ketika menjadi semakin tajam karena visualisasi yang terus menerus, sebenarnya memicu terjadinya tiga hal:

1. Memprogram RAS* otak Anda untuk mulai memasukkan ke dalam kesadaran Anda apapun yang akan membantu Anda mencapai tujuan Anda
2. Mengaktifkan pikiran bawah sadar Anda untuk menciptakan jalan keluar supaya bisa mencapai tujuan yang Anda inginkan. Anda akan mulai bangun pagi dengan gagasan baru, Anda akan mendapat gagasan saat mandi saat berjalan kaki dan saat berkendara ke kantor
3. Menciptakan tingkat motivasi baru. Anda akan mulai melihat bahwa Anda secara tak terduga melakukan hal-hal yang membawa Anda pada tujuan Anda.

RAS (Raticular Activating System) adalah bagian dari otak yang membuat manusia mampu memusatkan perhatian yang merupakan penghubung antara Pikiran Sadar dengan Pikiran Bawah Sadar

Prinsip Utama 6: Bertindaklah, Walau Takut Lakukan Saja

“Mereka yang menunggu hanya akan mendapatkan sisa mereka yang bergegas (bersegera).” -Abraham Lincoln, Presiden AS ke-16

Rasa takut itu wajar. Setiap kali Anda memulai sebuah proyek baru, merintis usaha baru, atau mempertaruhkan harga diri, Anda biasanya merasa takut. Sayangnya rasa takut menghentikan mereka mengabil langkah-langkah yang diperlukan untuk mewujudkan impian mereka. Orang-orang yang sukses, di pihak lain juga merasa takut seperti kita, tapi mereka tak membiarkan rasa takut itu menghentikan mereka melakukan apa pun yang ingin mereka lakukan. Mereka mengerti bahwa rasa takut adalah sesuatu yang harus diakui, dialami, dan dibawa serta dalam perjalanan.

Cara Mengusir Ketakutan

Satu cara untuk benar-benar menghilangkan ketakukan Anda adalah dengan bertanya kepada diri sendiri, “Khayalan apa yang menakuti Anda, dan kemudian mengganti bayangan itu dengan kebalikannya yang bersifat positif.

“Jika orang tahu betapa keasanya aku harus berlatih untuk mencapai tingkat keahlianku, hal ini sama sekali bukan terlihat hebat.” -Michael Angelo- pemahat dan pelukis Renaisance yang menghabisan empat tahun berbaring melukis langit-langit Sistine Chapel.

Dibalik setiap prestasi besar terdapat kisah kegigihan, latihan, pelatinan, disiplin dan pengorbanan. Anda harus bersedia menjalani konsekuensinya.
Mungkin konsekuensi itu adalah menekuni satu kegiatan saja dan menunda hal lain dalam kehidupan Anda. Mungkin hal itu adalah menginvestasikan semua kesehatan atau tabungan pribadi Anda. Mungkin hal itu adalah kesediaan untuk meninggalkan keamanan situasi Anda sekarang.

Tapi meskipun banyak hal secara khusus diperlukan untuk mencapai hasil kesuksesan, KESEDIAAN untuk melakukan APAPUN yang diperlukan untuk mencapai apa yang Anda inginkan membuat Anda teguh menghadapi berbagai kesulitan tantangan, rintangan, rasa sakit dan bahkan luka pribadi.

Prinsip Utama 7: Minta…Minta…Minta dengan Gigih

Mengapa orang takut meminta? Orang takut akan banyak hal, seperti terlihat butuh, terlihat konyol, dan terlihat bodoh. Tapi terutama mereka takut mengalami penolakan. Mereka takut mendengar kata tidak. Yang menyedihkan, mereka sebenarnya terlebih dahulu menolak diri sendiri. Mereka berkata tidak kepada diri sendiri bahkan sebelum orang lain sempat berkata tidak!

Cara meminta apa yang Anda inginkan

Mark Victor Hansen dan Brian Tracy memberikan 5 tips sederhana untuk meminta:

1. Mintalah seolah Anda mendapatkan jawaban ya.
2. Anggaplah Anda bisa. Jangan memulai dengan anggapan Anda tak bisa memperolehnya
3. Mintalah kepada seseorang yang bisa memberikannya kepada Anda. ”Kepada siapa saya harus bicara untuk mendapat….” “Siapa yang berwenang membuat keputusan tentang…” “Apa yang harus saya lakukan untuk memperoleh…”
4. Bersikap jelas dan spesifik.
5. Mintalah berulang kali. Salah satu prinsip sukses terpenting adalah kegigihan, tidak menyerah.

“ .... mintalah maka kau kuberi,” (QS. Ali Imran; 187)

Mintalah dengan Gigih

"Kebanyakan orang menyerah ketika mereka nyaris meraih kesuksesan. Mereka berhenti satu meter dari garis finis. Mereka menyerah di detik-detik terakhir permainan, satu langkah dari gol kemenangan,” H.Ross Perot, miliarder AS dan mantan kandidat Presiden AS

Kegigihan merupakan ciri yang paling umum orang-orang yang berprestasi tinggi. Mereka tidak mau menyerah. Semakin lama Anda bertahan, semakin besar peluang terjadinya sesuatu yang Anda harapkan. Tak peduli sesulit apa pun kelihatannya, semakin lama Anda bertahan, semakin besar kemungkinan Anda sukses.

Memilih Teman Sukses

“Kita menjadi orang yang paling sering bergaul dengan kita.”

Anak-anak (juga orang dewasa) menjadi seperti orang yang paling sering bergaul dengan mereka. Itu sebabnya Anda harus melewatkan waktu bersama orang-orang yang ingin Anda tiru. Jika ingin sukses Anda mulai harus bergaul dengan orang-orang yang lebih sukses.

Tindakan Konkrit

1. Buatlah daftar siapapun yang Anda temui secara teratur (rutin) – anggota keluarga, rekan kerja, teman, orang-orang di organisasi, sesama anggota kelompok religious dan sebagainya.
2. Setelah selesai, bacalah ulang dan letakkan tanda minus (-) di sebelah nama orang yang negatif dan beracun dan tanda plus (+) disebelah orang yang posifit dan membangun.
3. Inilah potret diri Anda ! Berhentilah bergaul dengan orang-orang yang punya tanda minus disebelah nama mereka. Jika hal itu tidak mungkin maka kurangi waktu Anda besama mereka. Anda harus membebaskan diri Anda sendiri dari pengaruh negative orang lain.

"Sendirian kita tak bisa berbuat banyak, bersama-sama kita bisa berbuat begitu banyak,” -Helen Keller- Penulis Amerika, dosen, dan pendukung kaum tuna netra. (bersambung)

Sukses adalah Hak Saya (Bagian 1)

Sukses adalah Hak Saya (Bagian 1)

Monday, 08/08/2011 15:18 WIB | Arsip | Cetak

“Sukses adalah hak saya ! Sukses bukan milik orang-orang tertentu. Sukses milik Anda, milik saya dan milik siapa saja yang menyadari, menginginkan dan memperjuangkan dengan sepenuh hati…” — Andrie Wongso

Karena kesuksesan adalah hak setiap orang, sepanjang orang yang bersangkutan menyadari, menginginkan dan memperjuangkannya dengan sepenuh hati. Maka setiap orang pada dasarnya bisa merancang kesuksesannya sendiri, asalkan ia menguasai prinsip, cara, bidang dan pelajaran utama untuk menciptakan sendiri kesuksesan di masa depan.

Apakah saya bisa Sukses?

Brian Tracy, penulis yang masuk dalam Guiness Book of Record mengatakan, "Kehidupan seperti balok kombinasi; tugasmu menemukan angka-angka yang tepat, dalam susunan yang tepat, sehingga kau bisa memperoleh apa pun yang kau inginkan.”

Renungkan Al-Quran Surah Ar-Ra'du ayat 11, "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum hingga mereka berusaha untuk merubah keadaan mereka sendiri.”

Seperti sudah dituliskan di atas bahwa setiap orang pada dasarnya bisa merancang kesuksesannya sendiri, asalkan ia menguasai prinsip, cara, bidang dan pelajaran utama untuk menciptakan sendiri kesuksesan di masa depan. Terkait prinsip, ada tiga Prinsip Utama untuk menciptakan kesuksesan bagi diri Anda sendiri.

Prinsip Utama 1: Bertanggung Jawab 100 % atas Kehidupan Anda

“Kau harus bertanggung jawab atas kehidupanmu. Kau tidak bisa mengubah keadaan, musim atau arah angin. Tapi, kau bisa mengubah diri sendiri.” Jim Rohn, filsuf bisnis nomor satu Amerika

Siapakah yang paling bertanggung jawab atas kehidupan, nasib dan apa yang telah Anda capai dan miliki hari ini? Hanya ada satu orang yang bertanggung jawab atas hasil kehidupan yang Anda jalani. Orang itu adalah Anda sendiri. Jika ingin berhasil, Anda harus bertanggung jawab 100 % atas semua yang Anda alami dalam kehidupan Anda. Hal itu termasuk hasil yang Anda peroleh, tingkat prestasi Anda, hal-hal yang Anda hasilkan, mutu hubungan Anda, Kondisi kesehatan fisik Anda, penghasilan Anda, utang Anda, perasaan Anda – semuanya !

Kenyataannya, kebanyakan diri kita sudah terbiasa menyalahkan sesuatu diluar diri kita sendiri atas kehidupan kita yang tidak kita sukai. Kita menyalahkan orang tua kita, atasan kita, teman kita, media, rekan kerja, pelanggan kita, pasangan kita, cuaca, krisis ekonomi, buruknya keuangan kita – siapapun dan apapun yang bisa kita jadikan KAMBING HITAM. Kita tak pernah melihat ke sumber masalahnya – DIRI KITA SENDIRI….

Siapakah yang paling bertanggung jawab atas kehidupan saya hari ini?
Hasil yang saya peroleh hari ini?
Apakah saya bertanggung jawab 100 % atas kehidupan saya?
Apakah saya pernah menyalahkan orang lain atas kejadian apapun dalam hidup saya?
Apakah saya pernah mengeluh tentang sesuatu?

Jika ya, berarti Anda tidak bertanggung jawab 100 % atas kehidupan Anda. Bertanggung jawab 100 % berarti Anda mengakui bahwa Anda menciptakan semua yang terjadi pada diri Abda. Hal itu berarti Anda mengerti bahwa Anda-lah penyebab semua pengalaman Anda. Jika Anda benar-benar ingin sukses, dan saya tahu Anda sangat ingin, maka Anda harus berhenti menyalahkan orang lain dan mengeluh, serta mengambil tanggung jawab penuh atas kehidupan Anda – itu berarti semua hasil perbutan, baik kesuksesan maupun kegagalan. Itulah syarat menciptakan kehidupan sukses. Hanya dengan mengakuinyalah – bahwa Anda yang menciptakannya semuanya sampai sekarang – Anda bisa mengambil alih kendali untuk menciptakan masa depan yang Anda inginkan.

“Anda tidak bisa menyewa orang lain untuk berolah raga untuk Anda. Anda harus melakukannya sendiri jika ingin memperoleh manfaatnya. Entah itu berlatih fisik, peregangan, bermeditasi, membaca, belajar bahasa baru, menciptakan kelompok perencana, menentukan target yang terukur, memvisualisasikan kesuksesan, mengulangi penegasan, atau berlatih ketrampilan baru, Anda-lah yang harus melakukannya. Tak ada orang lain yang bisa melakukannya untuk Anda,” Jim Rohn, filsuf bisnis nomor satu Amerika.

Berhentilah mencari alasan, berhenti mengeluh, berhenti menyalahkan keadaan di luar diri Anda. Anda harus berhenti melakukan semua itu selamanya.

Jika sesuatu tidak berhasil sesuai dengan rencana, Anda harus bertanya kepada diri sendiri, ”Bagaimana cara saya melakukannya? Apa yang saya pikirkan? Apa keyakinan saya? Apa yang tidak saya katakan? Apa yang tidak aku lakukan untuk menciptakan hasil itu? Bagaimana cara saya membuat orang lain bersikap begitu? Perubahan apa yang harus aku lakukan untuk memperoleh hasil yang kuinginkan?

Jika Anda tetap melakukan apa yang selalu Anda lakukan, Anda akan tetap memperoleh apa yang selalu Anda lakukan. Hanya satu orang yang bisa merubah nasib dan keadaan Anda hari ini menjadi lebih baik lagi…..orang itu ANDA SENDIRI.”

Prinsip Utama 2: Tentukan Tujuan Hidup Anda

Apakah Tujuan Hidup Anda?

Ketika perjalanan kehidupan Anda tidak jelas, perhatian Anda akan mudah teralihkan. Anda jadi gamang, menyimpang dan hanyut tanpa arah, tidak menghasilkan apa-apa. Tapi dengan tujuan, kehidupan Anda seperti kepingan teka-teki yang saling melengkapi. Hidup sesuai tujuan berarti melakukan apa yang Anda suka melakukan apa yang merupakan keahlian Anda dan mencapai apa yang penting bagi Anda. Ketika Anda benar-benar hidup sesuai tujuan, orang-orang, sumber daya, dan peluang yang Anda perlukan dengan sendirinya bergerak menghampiri Anda. Dunia juga merasakan manfaatnya, karenan ketika Anda bertindak sesuai tujuan hidup Anda yang sebenarnya semua tindakan Anda dengan sendirinya berguna bagi orang lain.

“Cari tahu apa yang suka kau lakukan sedini mungkin, dan kemudian upayakan untuk menjadikan hal itu sebagai sumber penghasilanmu,” Pat Williams, senior president Orlando Magic

Untuk mengingat apa tujuan hidup Anda, tulislah dalam sebuah catatan "Tujuan hidup saya adalah ...." Begitu tekad Anda sudah bulat dan Anda sudah menuliskan tujuan hidup Anda, bacalah tiap hari, lebih baik dipagi hari.


Prinsip Utama 3: Memutuskan Apa yang Anda Inginkan dan Yakin Hal Itu Mungkin

Begitu Anda sudah memutuskan tujuan hidup Anda (prinsip 2), Anda harus memutuskan Anda ingin melakukan apa, menjadi apa dan memiliki apa. Apa yang ingin Anda capai? Apa yang ingin Anda alami? Serta apa yang ingin Anda miliki?

“Salah satu alasan utama mengapa kebanyakan orang tidak memperoleh apa yang mereka inginkan, karena mereka tidak memutuskan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak secara jelas dan terperinci memutuskan hasrat dan keinginan mereka.”

Salah satu cara termudah untuk menjelaskan apa yang benar-benar Anda inginkan adalah membuat daftar "Aku Ingin" terdiri dari 30 hal yang Anda ingin lakukan, 30 hal yang ingin Anda miliki, dan 30 hal yang ingin Anda capai sebelum Anda mati. Itulah cara ampuh untuk memulai! Anda bisa memulainya sekarang !

Yakinlah hal itu mungkin. “Apapun yang bisa diciptakan dan diyakini pikiran, bisa dicapai. Kenyataannya pikiran adalah alat yang sangat ampuh sehingga bisa memberikan apapun yang Anda inginkan. Tapi anda harus yakin bahwa apa yang Anda inginkan bisa Anda peroleh.” Feat Napoleon Hill – Brian Tracy

“Kebanyakan orang gagal bukan karena tidak punya keterampilan atau kemampuan untuk mencapai tujuan mereka, tapi hanya karena mereka tidak yakin bisa mencapainya.” Tim Ferris

Anda bisa melakukan beberapa latihan untuk menstimulasi diri Anda. Berdirilah di depan cermin (usahakan Anda melihat diri Anda secara utuh) kemudian katakanlah dengan keras pada bayangan Anda di cermin, “Seburuk apapun sekarang dan sesulit apapun nanti, aku akan berhasil.”

"Jika Anda Anda ingin sukses dalam menciptakan impian Anda, Anda harus yakin bahwa Anda mampu mewujudkannya. Anda harus yakin Anda punya hal yang diperlukan, bahwa Anda mampu melakukannya. Anda harus yakin kepada diri sendiri.”

Salah satu cara terbaik memperoleh kejelasan dan kekhususan tujuan Anda adalah dengan menuliskannya secara terperinci, seolah-olah Anda sedang menulis spesifikasi peintah kerja. Anggaplah ini sebuah permintaan kepada Tuhan. Sertakan semua perincian yang ada. Jika ada rumah tertentu yang ingin Anda miliki, tuliskan spesifikasinya secara terperinci, hidup dan jelas--semuanya, landscapnya, perabotannya, karya seninya, sound systemnya, dan rancangan lainnya. Jika ada gambarnya, buat salinannya. Jika hal itu merupakan sebuah khayalan yang ideal, sempatkan diri untuk memejamkan mata dan mengisi semua detailnya, lalu tentukan tanggal Anda akan memilikinya.

Salah satu hal menyenangkan hidup di dunia masa kini yang melimpah dan penuh peluang adalah hampir semua yang Anda inginkan sudah dilakukan oleh orang lain, entah itu menurunkan berat badan, ikut marathon, memulai bisnis, bebas secara finansial, mengalahkan kanker payudara dan sebagainya – seseorang sudah melakukannya dan meninggalkan petunjuk dalam bentuk buku, manual, progam audio dan video, kuliah, kursus, internet, seminar dan lokakarya. (bersambung)

Kamis, 17 November 2011

Resep hidup 4000 tahun

Resep hidup 4000 tahun

Saif Al Battar

Senin, 10 Oktober 2011 08:59:13

(Arrahmah.com) – Modal utama manusia dalam mengarungi kehidupan dunia adalah kesehatan dan kesempatan. Dengan dua hal itu, manusia bisa mencari nikmat Islam dan iman. Apabila kedua modal tersebut dipadukan dengan nikmat islam dan iman, niscaya manusia akan meraih kebahagian dunia dan akhirat.

Sungguh sayang, banyak orang yang sudah masuk Islam dan beriman, namun lalai dalam memanfaatkan kedua modal hidupnya. Mereka terlalaikan oleh kesenangan hidup duniawi, sehingga kedua modal hidupnya dihamburkan untuk hal-hal yang sama sekali tidak meningkatkan nikmat Islam dan iman.

Syaikh Abdullah bin Ali Al-Ghamidi menulis sebuah buku ringkas ‘Hal Turiidu an Ta’iisya Arba’at Alaf Sanah’, yang berisi kiat-kiat memaksimalkan kesehatan dan kesempatan, demi keberkahan umur yang berbuah kebahagiaan dunia dan akhirat. Arrahmah.com menyajikan terjemahannya untuk para pembaca secara berseri. Selamat mengikuti!

بسم الله الرحمن الرحيم

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah atas karunia dan nikmat-Nya yang begitu luas, dan kebaikan-Nya yang begitu indah. Sebuah pujian yang menambahkan limpahan rahmat-Nya. Hanya kepada-Nya SWT kita memohon, mengagungkan, beribadah, dan bertawakal.

Ya Allah…ridha-Mu yang kami cari, kemurkaan-Mu yang kami takuti, dan ampunan-Mu yang kami harapkan. Tutuplah seluruh perbuatan kami dengan amal shalih, dan jadikanlah hari terbaik kami adalah saat kami menghadap-Mu.

Wahai saudaraku pendamba kebaikan…

Apakah engkau menginginkan panjang umur yang dihiasi dengan amal yang baik dan ketaatan yang ikhlas selama 4000 atau 5000 tahun atau lebih dari itu berkali lipat?

Barangkali Anda akan mengatakan, “Bagaimana mungkin hal itu akan terjadi, sedangkan NabiSAW telah menyabdakan bahwa rata-rata umur umatnya antara 60 sampai 70 tahun saja, dan amat sedikit yang melebihi umur tersebut?” (Shahih Jami’ Shaghir no. 1073)

Di sinilah letak persoalannya.

Tahukah Anda bahwa 2/3 umur Anda berlalu begitu saja tanpa membuahkan hasil? Itulah waktu yang Anda pergunakan untuk makan, minum, tidur, masa balita, masa anak-anak sebelum baligh, dan waktu sibuk melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan lainnya? Jadi hanya tersisa 1/3 waktu yang harus dimanfaatkan dan diberdayakan sebaik mungkin.

Saudaraku, semoga Allah menjaga Anda…

Ada tiga cara yang bisa ditempuh oleh setiap orang untuk melipat gandakan umur dan menambah pahala.

1. Berlomba-lomba melakukan amal-amal ketaatan yang memiliki pahala berlipat ganda.
2. Memperbanyak amal-amal ketaatan yang pahalanya terus mengalir meski pelakunya telah mati.
3. Merubah kebiasan-kebiasaan sehari-hari seperti makan, minum, tidur, dan lain-lain menjadi ibadah, yaitu dengan meniatkannya sebagai sarana memperkuat diri dalam melaksanakan amal-amal ketaatan.

Sebelum kita membahas ketiga cara di atas, ada baiknya kita sebutkan sekilas beberapa amalan yang menyebabkan penambahan umur.

عَنْ عَائِشَةَ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهَا : ” إِنَّهُ مَنْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنَ الرِّفْقِ ، فَقَدْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ ، وَيَزِيدَانِ فِي الْأَعْمَارِ

Dari Aisyah RA bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya barangsiapa dikarunia bagian dari kelemah lembutan niscaya ia telah dikaruniai bagian dari kebaikan dunia dan akhirat. Menyambung tali kekerabatan, akhlak yang baik, dan sikap bertetangga yang baik menyebabkan kemakmuran negeri dan menambah umur.” (HR. Ahmad no. 24076. Dinyatakan shahih dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 519)

Dalam hadits yang lain disebutkan,

وَصِلَةُ الرَّحِمِ تَزِيدُ فِي الْعُمُرِ

“Menyambung tali kekerabatan itu menambah umur.” (HR. Ath-Thabarani, Ibnu Zanjawaih, Al-Harits, Ibnu al-Muqri’, Ibnu Syahin, dan Al-Qudha’i. Dinyatakan shahih dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 3766)

Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (syarh hadits no. 2557), al-hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari (syarh hadits no. 5986), Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa (14/490) dan ulama lainnya telah menjelaskan bahwa penambahan umur dalam hadits-hadits ini meliputi:

1. Penambahan secara hakiki atas umur yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
2. Penambahan secara maknawi dalam arti amal perbuatannya diberkahi dan umurnya dipergunakan secara maksimal untuk hal-hal yang memberi manfaat di akhirat kelak.



Cara Pertama:

Contoh-contoh amal ketaatan yang pahalanya dilipat gandakan

1. Shalat

a. Shalat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha.

Perhatikanlah wahai saudaraku, semoga Allah memberi Anda taufik..

NAbi SAW bersabda,

عَنْ جَابِرٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ “

“Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 kali shalat di masjid yang lain kecuali di masjidil Haram. Shalat di masjidil Haram lebih utama dari 100.000 shalat di masjid yang lain.” (HR. Ibnu Majah. Dinyatakan shahih oleh al-hafizh Al-Bushiri)

عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” صَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ مِائَةُ أَلْفٍ ، وَفِي مَسْجِدِي أَلْفٌ ، وَفِي مَسْجِدِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ خَمْسُمِائَةٍ “

‘Shalat di masjidil Haram sama nilainya dengan 100.000 shalat di tempat yang lain. Shalat di masjid Nabawi ini sama nilainya dengan 1000 shalat di tempat lain. Dan shalat di masjidil Aqsha sama nilainya dengan 500 shalat di tempat yang lain.” (HR. Al-Fakihi, Ath-Thahawi, Al-Baihaqi, dan Abu Nu’aim al-Asbahani. Dishahihkan dalam tahqiq Syu’abul Iman karya al-Baihaqi)

* Jika Anda menjaga shalat sunah Rawatib 12 rakaat sehari semalam selama satu tahun penuh, maka jumlah raka’atnya adalah: 12 X 360 hari = 4320 raka’at.
* Shalat 2 raka’at Anda di masjidil Haram sama nilainya dengan 2 X 100.000 : 200.000 raka’at shalat di tempat lain
* Shalat 2 raka’at Anda di masjid nabawi sama nilainya dengan 2 X 1000 : 2000 raka’at shalat di tempat lain
* Shalat 2 raka’at Anda di masjid al-Aqsha sama nilainya dengan 2 X 500 : 1000 raka’at shalat di tempat lain
* Maka renungkanlah, semoga Allah menjaga Anda, jika Anda melaksanakan shalat wajib misalnya Ashar atau Maghrib di Masjidil Haram, maka seakan-akan Anda telah melakukan shalat Ashar atau Maghrb sebanyak 100.000 di tempat lain. Ya Allah, janganlah Engkau menahan kami dari meraih tambahan karunia-Mu ini. (Lihat Majmu’ Fatawa, 7/28 dan Al-Manar al-Munif hal. 93)

b. Shalat jama’ah.

Kepada orang yang merasa jiwanya berat, semangatnya lemah, dan bermalas-malasan dari menunaikan shalat wajib di rumah-rumah Allah…Tidakkah Anda mengetahui bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Shalat jama’ah itu lebih utama dari shalat sendirian sebanyak 27 derajat.” (HR. Bukhari no. 645)

c. Shalat sunah di rumah sama pahalanya dengan shalat fardhu.

Nabi SAW bersabda,

عَنْ صُهَيْبِ بْنِ النُّعْمَانِ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : ” فَضْلُ صَلَاةِ الرَّجُلِ فِي بَيْتِهِ عَلَى صَلَاتِهِ حَيْثُ يَرَاهُ النَّاسُ ، كَفَضْلِ الْمَكْتُوبَةِ عَلَى النَّافِلَةِ “

“Keutamaan shalat (sunah) seseorang di rumahnya atas shalatnya yang dilihat oleh orang lain (shalat sunah di masjid, pent) seperti keutamaan shalat wajib atas shalat sunah.” (HR. Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi. Dinyatakan hasan dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 441)

d. Segera berangkat ke masjid untuk shalat Jum’at seawal mungkin.

Nabi SAW bersabda,

عَنْ أَوْسِ بْنُ أَوْسٍ الثَّقَفِيُّ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ ، ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ ، وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ ، وَدَنَا مِنَ الْإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا “

“Barangsiapa mandi pada hari Jum’at dan sengaja mandi, lalu bersegera dan berusaha bersegera (ke masjid), lalu berjalan dan tidak naik kendaraan, mendekat kepada imam (khatib), mendengarkan khutbah dan tidak melakukan hal yang sia-sia, maka ditulis baginya atas setiap langkah kakinya ditulis amalan puasa sunah dan shalat sunah selama satu tahun penuh.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, An-Nasi, Ahmad, Abu Daud ath-Thayalisi, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Abi ‘Ashim, Ibnu Hibban, dan ath-Thabarani. Dinyatakan shahih dalam Shahih al-Jami’ as-Shaghir no. 6405)

Dalam syarh hadits dijelaskan, bahwa arti lafal ghassala adalah ia menggauli istrinya. Artinya, ia melakukan hal yang mengharuskan mandi maka ia pun mandi wajib. Ada juga ulama yang mengartikannya dengan pengertian membasuh kepalanya.

Saya harap Anda, semoga Allah memberkahi Anda, membaca ulang kalimat terakhir dari hadits di atas ‘amalan puasa sunah dan shalat sunah selama satu tahun penuh‘. Jika ia berjalan sebanyak 300 langkah menuju masjid, niscaya ia seperti halnya orang yang berpuasa sunah dan shalat sunah selama 300 tahun. Ya Allah, karuniakanlah kepada kami karunia-Mu yang begitu luas ini.

e. Sedekah sebanyak 360 kali dengan cara shalat 2 raka’at.

Nabi SAW bersabda,

عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَنَّهُ قَالَ : ” يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ ، وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى “

“Setiap pagi, setiap persendian setiap orang di antara kalian wajib disedekahi (dalam riwayat lain disebutkan jumlahnya 360 persendian). Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan perbuatan makruf adalah sedekah, dan melarang dari perbuatan mungkar adalah sedekah. Dan semuanya sudah tercukupi oleh shalat Dhuha dua raka’at.” (HR. Muslim, Al-Baihaqi, Ath-Thabarani, dan Abu ‘Awanah)

Kisah Nyata: Kisah Seorang Istri yang Shalihah

Kisah Nyata: Kisah Seorang Istri yang Shalihah

Saif Al Battar

Senin, 14 November 2011 11:41:42

Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.

Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup sangat rapi. Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda , Subhanallah…

Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti… Awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda.

Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya.

Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..

Yaqin bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya. Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah.

Namun Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh.

Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit. Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol. Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh. Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung. Diobati lagi, sembuh… Ternyata ada masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh.

***

Suatu ketika , Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya. “Bi, ada apa dengan pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas.” Mereka memang saling memanggil dengan “Ummy” dan ” Abi” . sebagai panggilan mesra. “kenapa Mi ?” Yaqin agak panik “Semua terlihat kabur.” Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri dirinya… Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya…

Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang.

Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya tergeletak di paving depan rumahnya.

***

“Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya..” pintanya sambil memegang perutnya…

Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline. Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami istrinya selama ini.

Sampai di rumah sakit, ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter.

“Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan Ummi hilang.”

“Orang sakit itu berat penderitaannya Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an agar selalu ingat Allah.

Yaqin menginstal ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah handphone. Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu dilakukan setiap hari.

“Bi, tadi malam Ummi mimpi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum. Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan”

“Itu tandanya Ummi akan segera sembuh.” Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu.

Yaqin mencoba menghibur istrinya. “Mi… Ummi mau tak belikan baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga?? Buat dipakai lebaran.”

“Nggak usah, Bi. Ummi nggak ikut lebaran kok” jawabnya singkat. Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang.

“Mi, maaf. Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi.”

“Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak apa-apa kok Bi.”

”Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…??” Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian. Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah dibelinya.

***

Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali . Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi istrinya.

“Ada apa dengan istriku??.” tanyanya setengah membentak. “Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba berkali-kali.” jawab perawat yang mengurusnya.

Akhirnya, tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya. Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya.

Setelah perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari bibirnya.

“Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi?” “Pasti Mi… Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk Ummi.” Hatinya seakan berkecamuk. “Doanya yang banyak ya Bi” “Pasti Ummi” “Jaga dan rawat anak kita dengan baik.”

Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah, semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya bergerak, lalu berhenti. Kemudian matanya…. Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia bendung lagi…

Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah istrinya ke perawat. Karena dia sibuk mengurus administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah. Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya.

“Pak, ini jenazah baik.” kata perawat itu. Dengan penasaran dia balik bertanya. “Dari mana ibu tahu???” “Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini?? Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini.” “Subhanalloh…”

Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan? Kejadian ini mengingatkan pada suatu hadits

“Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah”. Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya).” (HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah).

***

“Sungguh sangat singkat kebersamaan kami di dunia ini , akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa pulang. Biarlah dia bahagia di sana” Air matapun tak terasa mengalir deras dari pipi Yaqin.

Subhanallah…

sumber: kafemuslimah

Rabu, 16 November 2011

Kondisi Objektif Gerakan Dakwah Saat Ini (6)

Kondisi Objektif Gerakan Dakwah Saat Ini (6)

Friday, 25/12/2009 13:11 WIB | Arsip | Cetak

9. Krisis Kepercayaan

Di antara krisis besar yang sedang melanda Gerakan Dakwah hari ini ialah krisi kepercayaan. Krisis keprcayaan tersebut terjadi dalam semua level kehidupan.

Para aktivis dan sebagian tokoh yang masih komitemen dengan nilai dan semangat dakwah mengalami kehilangan kepercayaan terhadap para pemimpin dakwah yang kurang professional dan bahkan menyimpang. Kondisi seperti ini telah melahirkan fiksi, perpecahan, atau paling tidak perang dingin internal.

Kalau dibiarkan tanpa ada solusi yang benar, dikhawatirkan akan menimbulkan bencana besar bagi dakwah, paling tidak seperti yang dirasakan saat ini, hilangnya semangat berdakwah yang sudah pasti menyebabkan pertumbuhan dakwah menjadi lamban, dan bahkan mengalami setback (kemunduran), khususnya secara kualitatif. Sejarah Gerakan Dakwah kontemporer juga mencatet perpecahan internal nyaris tidak dapat dihindarkan sehingga munculkan berbagai pecahan atau ibarat sekoci-sekoci yang lepas dari induknya.

Ssesama Gerakan Dakwah saling curiga dan belum mau bekerjasama, minimal dalam hal-hal yang disepakati. Ide kesatuan dan persatuan Gerakan Dakwah masih jauh panggang dari api. Anehnya, seringkali kita lihat ada saja Gerakan Dakwah tertentu dapat bekerjasama dengan partai atau kelompok sekular dan nasionalis yang jelas-jelas ideologi dan program hidupnya sangat berbeda. Pertanyaannya ialah : Sesama Geralan Dakwah yang memiliki landasan dan tujuan yang sama, kenapa tidak bisa bekerjasama? Paling tidak dalam berbagai program dakwah? Aneh memang, tapi nyata adanya.

Di mata kaum Muslimin secara umum, Gerakan Dakwah masih terlihat ekslusi dan bahkan banyak tokoh masyarakat yang menuduhnya sebagai ancaman atau bahaya. Kenapa masih banyak kaum Muslimin dan tokoh mereka yang masih berpandangan demikian terhadap Gerakan Dakwah? Padahal sejatinya, kaum Muslimin secara umum adalah market atau pendukung dakwah yang utama. Hudubungan yang seharusnya dalam frame dakwah dan ukhuwwah (persaudaraan) berubah menjadi permusuhan, atau paling tidak tidak belum memiliki kepentingan bersama.

Anehnya, ketika Gerakan Dakwah memerlukan mereka, seperti dalam PILPRES dan PILKADA misalnya, semua tudingan miring yang diarahkan kepada Gerakan Dakwah seperti eksklusif, anti bid’ah dan sebagainya dicoba dihapus dengan melakukan serangkaian aktifitas keagamaan yang selama ini dianggap bida’ah sepeti acara maulidan, tahlilan, iedul fitri dan iedul adh-ha bersama pemerintah dan sebagainya.

Ini adalah salah satu kebersahajaan atau kesederhanaan berfikir para pemimpin Gerakan Dakwah yang sangat berbahaya. Pelanggaran nilai-nilai ajaran Islam , sekecil apapun, tidak boleh dilakukan kendati dengan tujuan untuk mencapai kepentingan tegaknya Islam. Karena dalam Islam dibangun sebuah kaedah : tidak boleh menghalakan segala cara atau untuk meraih kebaikan haris dengan cara yang baik pula. Apalagi jika pelanggaran itu dilakukan untuk kepentiangan duniawi para pemimpin dan tokoh Gerakan Dakwah seperti kekuasaan dan sebagainya, sudah pasti merupakan perbuatan yang sangat tercela, alias bertentangan dengan pola dakwah Rasul Saw. Dan para Sahabat.

Prilaku seperti tersebut di atas juga menambah kehilangan kepercayaan masyarakat terhadap Gerakan Dakwah. Mereka dibutuhkan hanya ketika diperlukan. Ibarat pepatah, habis sepah, sampah dibuang. Alih-alih memberikan pelayanan kepada masyarakat dan memperjuangkan nasib mereka yang semakin hari semakin memprihatinkan, dalam semua lapangan kehidupan, sementara kesulitan hidup mayoritas kader yang berjibaku memperjuangkan dakwah dan kepentingan para pemimpin dan Gerakan Dakwah belum dapat mereka selesaikan dengan baik dan maksimal, bahkan cendrung dilupakan.

Yang tampak anyata hanyalah para kader dan aktivis setiap waktu dcekoki dengan doktrin keharusan ta’at, tsiqoh, husnuzh-zhan dan ‘tadh-hiyah (pengorbanan) untuk dakwah. Sementara para pemimpin dan elitenya hidup dengan ekonomi melimpah dari hasil pekerjaan sebagai broker-broker politik dan dakwah. Tanpa melibatkan nama “dakwah” dan nama “para kader” dan simpatisan mustahil mereka memperoleh apa yang mereka nikmati sekarang. Sebab itu tak heran, ada yang berkata pada penulis : Untuk apa kalian mati-matian memperjuangakn dunia orang lain?

Di manta penguasa atau pemerintahan negeri-negeri Islam yang belum meyakini Islam sebagai the way of life, baik karena pengaruh ideology sekularisme peninggalan kolonialis Barat Kristen atau karena dipaksa oleh kekuatan pilitik global seperti Amerika, Gerakan Dakwah Islam masih dianggap sebagai bahaya laten. Fakta membuktikan tak jarang penguasa-penguasa negeri Islam melakuakn titnah, rekayasa dan bahkan tindakan yang agresif dan aksesif terhadap tokoh dan para aktivis Geraklan Dakwah. Sejarah mencatat betapa dahsyatanya kejahatan yang dilakukan Orde Baru terhadap Gerakan Dakwah di negeri ini. Demikian juga di berbagai belahan bumi Islam lainnya, seperti Mesir, Turki dan sebagainya.

Di Indonesia, ada kasus Gerakan Jihad Imran yang menurut banyak riwayat direkayasa Ali Murtopo. Ada pembantaiaan Tanjung Priok (1984), lampung yang dilakukan L.B Moerdani cs. Ada pemurtadan massal terhadap umat Islam umumnyam dan Gerakan Dakwah khusunya yang dilakukan Soeharto dengan memaksakan ideologi asas tunggalnya. Dan masih banyak lagi yang tersimpan sepanjang sejarah Orde Baru yang berumur 32 tahun itu. Demikian juga di masa Orde Lama, Gerakan Dakwah masih dianggapa senbagai bahya laten. Hatta yang menggunakan jalur lembaga sosial dan politik formal sekalipun, di mata Orde Lama masih dianggap ancaman Negara Kesatuan Indonesia, khsusnya terhadap Masyumi.

Di zaman Reformasi yang sudah berusia 10 tahun ini, Gerakan Dakwah masih saja dianggap sebagai bahaya laten. Padahal sejarah mencatat, sejeak dari kemerdekanan 1945, menjatuhkan Orde lama dan Orde Bariu, Gerakan Dakwah dengan segala macam kelemahan dan kelebihannya, memiliki peran yang amat besar.

Sebagaimana di zaman Orde Lama dan Orde Baru, di Era Reformasi ini berbagai rekayasapun diluncurkan terhadap Gerakan Dakwah. Rekayasai tersebut semakin kuat. Ada yang diangkat melalui isu lokal seperti GAM (Gerakan Anti Maulid), ancaman bagi kaum minoritas dan sebagainya, serta ada pula bersifat menglobal seperti tuduhan terorisme yang digulirkan Presiden Amerika Gerge W. Bush dan kawannya serta Gerakan Transnasional yang dihembuskan oleh musuh-musuh Islam dari luar Islam.

Isu-isu tersebut telah berhasil menggiring opini sebagian besar umat dan juga sebagain tokoh orams Islam besar di negeri ini dalam rangka mencurigai berbagai Gerakan Dakwah yang muncul. Penulis sempat melihat video ceramah salah seorang pimpinan ormas dan dakwah Islam terbesar di Negeri ini yang sedang meprovokasi umat dan ulama agar mewaspadai dan menghambat lajunya pertumbuhan Gerakan Dakwah Kontemporer yang mereka tuduh sebagai GerakanTrans Nasional yang akan menggilas Gerakan Dakwah Tradisional. Penlis juga sempat mengetahuai adanya SK Ketua Umum salah satau ormal Islam ternama untuk menggusur semua pengurus Masjid atau gerakan kepemudaan Islam yang disinyalir berasal dari Gerakan Dakwah yang mereka namakan dengan Gerakan Trans Nasional.

Untuk meyakinkan semua umat maniusia kepada kebenaran Islam memang sesuatu yang mustahil. Tapi meyakinkan umat Islam terhadap kebenaran semua ajaran agama mereka, baik yang terkait dengan indivisu, social maupun Negara dan pemerintaham, merupakan PR (Kekerjaan Gumah) Gerakan Dakwah Masa Depan, kendati tidak ada jaminan 100 % kaum Muslim mau dengan ikhlas menerima Islam sebagai manhajul hayah (konsep hidup) dan memenej semua aspek kehidupan.

Pertanyaannya adalah : Kenapa umat Islam sendiri kehilangan kepercayaan pada agama mereka sendiri? Penyebabnya tentulah banyak. Di antaranya, kurangnya kepahaman mereka terhadap Islam sebagai akibat deislamisasi yang dilakukan penjajahan Kolonial Eropa selama menjajah negeri-negeri Islam, tak terkecuali kawasan Nusantara ini. Deislamisasi tersebut sudah menggurita dengan kuat berpuluh-puluh tahun lamanya dalam bentuk sistem, perundang-undangan, pendidikan, budaya dan media massa. Bayangkan, betapa beratnya beban dan pekerjaan Gerakan Dakwah untuk meyakinkan kembali umat ini kepada kebenaran ajaran Islam.

Satu hal yang perlu dicatat ialah, jika aktivisnya mengelami krisis kepercayaan pada qiyadah (pememimpin) mereka dan begitu pula dengan sesama Gerakan Dakwah jiuga mengalami krisis kepercayaan, bagaimana mungkin Gerakan Dakwah mampu menanamkan keprcayaan pada para pemimpin atau penguasa negeri-negeri Islam serta masyarakat Muslim yang masih belum yakin pada syumuliyatul Islam (komprehesnivitas Islam)? Apalagi jika mereka melihat para tokoh Gerakan Dakwah masih suka dan tertipu oleh kemilau duniawi yang menjadi tujuan hidup matinya para penguasa.

Kondisi Objektif Gerakan Dakwah Saat Ini (7)

Kondisi Objektif Gerakan Dakwah Saat Ini (7)

Senin, 04/01/2010 10:58 WIB | Arsip | Cetak

10. Krisis Manajemen

Di antara krisis yang yang sedang menimpa Gerakan Dakwa masa kini adalah krisis manajemen. Krisis manajemen ini sepertinya bukan monopoli Gerakan Dakwah saja, akan tetapi menimpa hamper semua lapangan kehidupan umat. Lihat saja manajemen masjid, yayasan sosial, pendidikan termasuk pesantren, perusahaan, khususnya BUMN dan bahkan pemerintahan yang dipimpin oleh kaum Muslimin, kebanyakannya dijalankan jauh dari nilai-nila dan prinsip-prinsip manajemen. Anehnya, di belahan bumi sana, lembaga atau isntitusi serta negara yang hanya memiliki motif duniawi yang dijalankan oleh non Muslim malah terlihat mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen dengan baik, kendati hanya dari sisi sunnah kauniyah (sisitem alam) Allah.

Sebab itu, penulis selalu bertanya dalam diri: Kapan Gerakan Dakwah bisa dikelola dengan manajemen yang baik berdasarkan nilai-nilai syar’i dan juga sekali gus dengan sunnah kahniyah Allah? Kapan perushaan-perusahaan kaum Mulislimin, khususnya di Indonesia maju tanpa RKKN (risyawah -sogok menyogok-, korupsi, kolusi dan nepotisme)? Kapan lembaga-lembaga pendidikan umat maju dan berkembang sehingga mampu melahirkan generasi terbaik sebagaimana generasi umat Islam terdahulu?

Kapan pemerintahan yang ada di tangan kaum Muslimin kembali kepada nilai-nilai Islam secara kaffah agar merdeka dari pengaruh dan hegemoni asing dan menjadi neggara kesatuan raksasa serta maju dalam segala lapangan kehidupan, baik moril, materil dan ilmu pengetahuan? Dan masih banyak lagi pertanyaan mendasar lainnya yang perlu selalui kita pertanyakan terhadap diri kita masing-masing.

Secara logika sehat, Gerakan Dakwah dan apa saja yang terkait masyruk (proyek) keislaman sangat mungkin dimenej dan dikelola jauh lebih baik dari lembaga, institusi atau negara yang hanya bermotifkan duniawi. Karena target Gerakan Dakwah dan apa saja aktivitas Islam adalah untuk mencapai ridaha Allah dengan kompensai kesuksesan tanpa batas (Syurga) di akhirat kelak, bukan mencari berbagai kenikmatan dunia yang tidak lebih dari sekedar sarana, bukan tujuan dan konsentrasi hidup. Karena dunia dan seisinya - yang menjadi tujuan dan konsentrasi hidup masnusia yang tidak beriman- tidak lebih kesenangan sedikit dan itupun hanya dapat dinikmati sekian tahun saja, yakni sampai kematian tiba. Dalam konteks ini, puluhan ayat da hadits Rasul Saw memaparkan dengan begitu indah dan visual. Di antaranya seperti pfirman Allah berikut :

لاَ يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُواْ فِي الْبِلاَدِ ﴿١٩٦﴾
مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ ﴿١٩٧﴾
لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْاْ رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلاً مِّنْ عِندِ اللّهِ وَمَا عِندَ اللّهِ خَيْرٌ لِّلأَبْرَارِ ﴿١٩٨﴾


Jangan sekali-kali kamu terperdaya oleh kegiatan (mobilitas tinggi terkait duniawi) orang-orang kafir (yag bergerak) di seluruh negeri (196). Itu hanyalah kesenagan (sedikit) yang sementara, kemudian tempat kembali mereka adalah neraka Jahannam dan itulah seburuk-buruk tempat kemabali (197) Akan tetapi, orang-orang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Pencipta mereka, bagi mereka pasti mendapat syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beracam-macam sungai. Mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (karunia) dari Allah. Dan apa saja yang ada di sisi Alallah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti (secara totalitas di jalan Allah) (198). Q.S. Ali-Imran : 196 – 198).

Sejarah membuktikan, ketika umat ini mampu berdakwah dan berjihad dengan paradigma berfikir yang lurus yang dilandasi filosofi hidup yang benar, yakni saat mereka mampu menjadikan Allah hanya tujuan, Rasulullah contoh tauladan, Al-Qur’an sebagai hidayah (petunjuk hidup), jihad fi sabil;illah sebagai jalan hidup dan mati di jalan Allah adalah cita-cita yang paling mulia, mereka berhasil memenej dakwah dan jihad dengan sangat professional sehingga mampu menguasai lebih dari separuh dunia, seperti yang terjadi di zaman Khulafaurrasyidin dan sampai zaman Khilfah Islamiyah Utsmaniyah 1924. Sebaliknya, ketika filosofi dan ghoyah (tujuan) hidup mereka menyimpang dan paradigma berfikir mereka melenceng, maka saat itu pula mereka mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan mememenj dakwah dan jihad sehingga mereka kehilangan banyak kebaikan dunia dan dikhawatirkan kehilangan keselamatan dan kebahagiaan akhirat yang menjadi tempat kembali nan kekal dan abadi.

Dalam konteks ini, Allah sebagai Pencipta kita, sellau mengingingatkan kita agar sampai ke tujuan utama dan yang terutama dan mewanti-wanti kita agar tidak menyimpang dari jalan lurus-Nya dan sampai ke tujuan akhir, yakni bertemu Allah di syurga-Nya.

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


Dan sesunggunya ini (Islam) adalah jalan-Ku dalam keadaan lurus, maka ikutilah olehmu dan jangan sekali-kali kalian mengikuti jalan-jalan itu (selain jalan Islam, termasuk Islam dengan pemahaman yang tidak lurus) maka kalian akan telepas dari jalannya (Islam yang lurus). Demikian itu adalah wasiat Dia (Allah) yang mewasiatknyaan kepada kalian semua agar kalian bertakwa (Q.S. Al-An’am / 6 : 153)

Terkait ayat tersebut, Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan sebuah hadith Rasul Saw. yang terkait ayat tersebut sebagai berikut :

Rasulullah Saw. Menggaris dengan tangannya kemudian berkata : Yang ini adalah Jalan Allah dalam keadaan lurus. Berkata Perawi : Kemudian Beliau membuat garis ke arah kanan dan kirinya (garis luris tersebut), kemudian Beliau berkata : Jalan-jalan ini tidak ada kecuali syetan memanggil kepadanya. Kemudian Beliau memaba acat : “Dan sesunggunya ini (Islam) adalah jalan-Ku dalam keadaan lurus, maka ikutilah olehmu dan jangan sekali-kali kalian mengikuti jalan-jalan itu (selain pemahaman Islam yang benar)…”. (Riwayat Imam Ahmad)


Untuk membuktikan Gerakan Dakwah sedang mengalami krisi manajamen tidaklah sulit. Di antaranya, saat aroma KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) telah tercium, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami krisis manajemen. Jika kultus terhadap pemimpin sudah begitu nyata, sehingga tidak ada lagi yang berani menasehatinya dari berbagai kekeliruan yang dilakukan sang pemipin, ditambah lagi dengan menerapkan prinsi like & dislike dalam menjalankan kepemimpinannya, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami krisis manajemen fatal. Krisis tersebut akan semakin parah saat pemimpin sudah dilihat dan dianggap bagaikan wali, bahkan nabi yang mengetahui segala sesuatu, serta harus ditaati dalam segala hal, tanpa ada yang boleh mengkritisinya, apalagi meluruskannya, sehingga menjadi manusia untouchable (tak tersentuh) oleh hukun dan aturan, kendati oleh hukum Allah dan Rasul-Nya, apalagi oleh nasehat dan kritik bawahannya.

Bila prinsip-prinsip manajemen sudah dilanggar seperti, syura, the right man on the right place, desentralisasi qiyadah, amanh, kejujuran, ‘iffah (menjaga kesucian diri danjiwah), tanggung jawab, proaktif, rendah hati, amanah, jujur, bekerja tidak lagi berdasarlan awlwiyyat (prioritas) yang dikaji secara mendalam dan sebaganya dan beraktivitas dakwah hanya terfokus kepada satu atau beberapa cabangnya saja, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami krisis manajemen.

Jika Gerakan Dakwah tidak lagi mementingkan kualitas, tapi lebih tergoda menghabiskan semua energi untuk mengejar kuwantitas, berfikir jangka pendek, pragmatis, kepentingan duniawi, maka itu adalah pertanda Gerakan Dakwah sedang mengidap penyakit krisis manajemen, kendati semua itu dibalut dengan baju dakwah, fiqhuddakwah, fiqhul aulawiyat, fiqhul muwazanah (fikih analisis/timbangan), marhalahdakwah, mihwar siasi, mihwar dauli dan sedertan instilah mentereng lainnya yang disalah pahamkan.

Ketika para pemimpin Gerakan Dakwah sibuk memiklirkan kapitalisasi dakwah (baca: mengumpulkan keuntungan matreri untuk pribadi mereka), dengan mengoptimalkan semua kemampuan kader, baik yang miskin mapun yang mampu, dalam mengumpulkan dana dari dalam organisasi sendiri, dari simpatisan maupun dari politisi yang akn dijadikan partner Pilkada, Pemilu, Pilpres, direksi BUMN dan sebagainya, kendati dengan melegalisasi hal-hal yang menyerempet haram dan syubhat dengan bungkus kepentingan dakwah dan sebagainya dan pada saat yang sama, myoritas anggota/kader, simpatisan dan masyarakat lainnya sedang tidak berdaya dalam bidang ekonomi, ilmu, pendidikan, kesehatan dan sebagainya, diabaikan begitu saja, ketika itulah Gerakan Dakwah sedang sakit parah yang bernama mismanagement (salah urus).

Ketika Gerakan Dakwah tidak lagi melakukan kaderisasi (tarbiyah), optimalisasi potensi diri kader dan para aktivisnya sehingga mereka hidup bardikari (independen) dalam ekonomi, berkualitas dalam sisi spiritual (keimanan), ilmu, amal dan akhlak dan juga melupakan pengkaderan calon-calon para mentor (murabby) yang handal serta meninggalkan aktivitas peningkatan kualitas para pemimpin dan tokoh dakwah yang sudah memasuki ranah aplikasi kehidupan secara luas speerti di bidang politik, ekonomi, da’wah ammah dan tokoh-tokoh informal lainya, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami miss manejemen (krisi manajemen) yang amat hebat.

Bila Gerakan Dakwah tidak mau bekerja keras untuk berkonsentrasi pada pembentukan watak dan kperibadian independen kader, pemimpin dan organisasi, khususnya terkait ekono, dan lebih tergiur untuk meminta-minta kepada konglomerat atau siapa saja yang punya uang dengan dalih pembiyaan dakwah, kendati sama-sama tau sumber umangnya tidak jelas (syubhat), dan mungkin saja haram serta dengan kompensasi dukungan memperoloh kepemimpinan BUMN, kepala Daerah, kepala Negara dan berbagai jabatan lainnya, maka saar itulah Gerakan Dakwah sedang sakit keras disebabkan penyakit mismanagement.

Mudah untuk diprediksi ke deppan, Gerakan Dakwah seperti itu akan mengalami kegoncongangan yang sangat dahsyat disebabkan gejolok dan percaturan duniawi yang sedang menggerogoti tubuhnya, paling tidak di tingkat elitenya. Memang dalam kondisi tertentu bisa kegincangan itu tidak dirasakan oleh kebanyakan para aktivis dakwah, mungkin karena tidak mengerti akan permasalahan yang sebenranya karena selalu ditutupi para pemimpinnya dengan enam istilah sayr’i yang sudah dijelaskan sebelumnya, atau karena punya kepentingan duniawi yang sama (oportunis), atau karena takut membahasnya, atau karena mencari aman dan tidak mau memikirkannya apalagi mencari solusinya dengan dalih: itumah urusan yang di atas, mereka lebih berilmu dan berpengalaman dan tanggungjawabnya ada pada mereka, kita hanya bekerja saja, atau karena berbagai alasan lain.

Krisis mismanagement (salah urus) dan juga berbagai krisis lain yang menimpa Gerakan Dawkah saat ini adalah bom waktu yang menunggu meledaknya saja. Kalaupun tidak meledak sehingga Gerakan Dakwah hancur berkeping-keping sebagaimana yang terjadi pada berbagai Gerakan Dakwah baik di negeri ini maupun di negeri Muslim lainnya, paling tidak akan mengakibatkan kelumpuhan Gerakan Dakwah itu sendiri sehingga tidak dapat lagi dijadikan sebagai sebuah harapan besar dalam melakukan perubahan-perubahan fundamental dan menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, apalagi dalam tatanan dunia global yang lebih rumit dan lebih keras labi.

Terkait krisis-krisis yang sedang meinmpa Gerakan Dakwah saat ini, penulis sering ditanya dengan sebuah pertanyaan yang simpel, tapi tajam : Masih adakah harapan berbagai Gerakan Dakwah saat ini? Jawaban yang paling jujur dan obyektif adalah : may be yes, may be no. Artinya. Karena, kemungkinan harapan itu sama besarnya dengan kemungkin hilnganya harapan. Berbagai krisis tersebut bahkan bisa menadi modal dasar untuk merancang dan mendesain Gerakan Dawak yang lebih baik dan lebih prospek dan lebih efektifit dari situasi dan kondisi sekarang sehingg benar-benar berubah menjadai Gerakan Dakwah yang penuh harapan. Namun kata kuncinya ada di tangan para pemimpin dan aktivis Dakwah itu sendiri. Perbaikan dan penyelesaian berbagai krisis tersebiut, apalagi perubahannya menjadi Berakan Dakwah yang lebih prospek di masa mendatang tidak akan turun dari langi begitu saja, karena whyu Allah yang tirun dari langit sudah menjelaskan kata kunci dan metodenya kepada kita sebagaimana firman Allah berikut :

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang menjaganya berkeliaran dari hadapan dan dibelakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan (kelemahan) yang ada dalam diri merka. Dan apabila Allah mengehndaki keburukan bagi suatu kaum, maka tida adan yang dapat menolaknya dan tidak ada bagi mereka pelindung apapun dari selain Allah. (Q.S. Arro’d /13 : 11) Tamat

“Taqwa”

Kata “Taqwa” berasal dari kata “Wiqoyah” jika dikatakan waqoo asy Syai’i, waqyan, wiqoyatan dan waaqiyatan berarti Shoonahu atau menjaganya.

Ibnu Manzhur mengatakan bahwa huruf “Ta” pada kata “Taqwa” merupakan badal (pengganti) dari huruf “Waw” sedangkan huruf “Waw” merupakan badal (pengganti) dari huruf “Ya”. Didalam al Qur’an disebutkan :

وَآَتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

Maknanya adalah balasan ketaqwaan mereka. Ada juga yang mengatakan maknanya adalah Allah telah menganugerahkan kepada mereka ketaqwaan. (Lisan al Arab 15/ 401)

Sementara itu ar Raghib al Asfahani mengatakan bahwa wiqoyah asy Syai’i adalah menjaga sesuatu dari segala yang bisa menyakiti atau mencelakakannya. Firman Allah swt :

فَوَقَاهُمُ اللَّهُ

Artinya : “Maka Allah memelihara mereka.” (QS. Al Insan : 11)

وَمَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ

Artinya : “Dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.” (QS. Al Ahzab : 34)

قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Artinya : “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tharim : 6)

Kemudian ar Raghib mengatakan bahwa taqwa didalam definisi syariat bermakna menjaga diri terhadap hal-hal yang mengandung dosa, yaitu dengan meninggalkan apa-apa yang diharamkan dan hal itu disempurnakan dengan meninggalkan sebagaian yang mubah (dibolehkan) sebagaimana diriwayatkan, “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas. Dan barangsiapa yang menggembalakan (kambing) di sekitar daerah larangan maka dia bisa terjatuh didalamnya.”

Firman Allah swt :

فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (35)

Artinya : “Maka Barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al A’raf : 35)—(Mufrodat Ghaarib al Qur’an 1/531)

Dan apa yang disebutkan oleh KH. Zaenudin MZ—semoga Allah merahmatinya—tentang pengertian taqwa yang diambil dari huruf-huruf yang dikandungnya, yaitu huruf “Ta” (bukan “Tho”) adalah Tawadhu, huruf “Qaf” adalah Qona’ah, begitu pula terhadap huruf “Waw” dan “Ya” maka—Allahu A’lam—saya tidak mengetahui dari mana sumbernya.

Akan tetapi sebagaimana lazimnya didalam sebuah pendefinisian terhadap sesuatu didalam syariat (terminologi) maka para ulama mendasarkannya kepada makna bahasa (etimologi) bukan berdasarkan kepada huruf-huruf yang ada dikandungannya.

Dan jika kita merujuk kepada setiap kamus bahasa arab tentang kata “Taqwa” maka ia kembali kepada kata “Waqo, Wiqoyatan” yang berarti menjaga dan memelihara diri dari sesuatu yang ditakutinya.

Dan berbagai definisi para ulama tentang taqwa berada di seputar kata “takut” yaitu suatu perasaan (emosi) yang mendorong seseorang untuk melakukan pemeliharaan diri dari sesuatu yang bisa membahayakan atau menyakitinya.

Diantara pengertian taqwa yang diberikan para ulama—selain yang diungkapkan ar Raghib diatas—adalah :

Imam Ali bin Abi Thalib berkata,”Taqwa adalah takut kepada Yang Maha Perkasa, mengamalkan al Qur’an, qanaah dengan yang sedikit dan mempersiapkan hari perpindahan (dari dunia ke alam akherat).”

Sedangkan Ibnu Rajab berkata,”.. Taqwa seorang hamba kepada Allah adalah menjadikan antara dirinya dengan apa-apa ditakutinya dari Allah swt, seperti murka-Nya, kemarahan-Nya, siksa-Nya sebuah pemeliharaan yang melindunginya dari itu semua yaitu dengan mengerjakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.”

Thalq bin Habib mengatakan,”Taqwa adalah beramal taat kepada Allah diatas nur dari Allah dengan mengharapkan pahala Allah serta meninggalkan maksiat terhadap Allah diatas nur dari Allah dengan perasaan takut terhadap adzab Allah.”

Wallahu A’lam

Rabu, 10 Agustus 2011

Menghafal Al-Quran, Jalan Terbaik Untuk Memiliki Kecerdasan Yang Integral (Holistik)

Menghafal Al-Quran, Jalan Terbaik Untuk Memiliki Kecerdasan Yang Integral (Holistik)
August 10, 2011

Oleh : Purwanto Abdul Ghaffar

“Al-Quran adalah kunci kecerdasan integral” ini adalah moto yang selalu Kami ingin sebarkan kepada seluruh kaum muslimin, dengan menghafal Al-Quran maka semua potensi kecerdasan manusia akan terasah, berikut penjelasannya.

Menghafal Al-Quran menguatkan hubungan dengan Allah sang pemilik ilmu

Sesungguhnya semua ilmu pengetahuan adalah milik-NYA, Dialah Al Aliim. Dialah pemilik semua jawaban dan dengan kasih-NYA Ia menurunkan setetes ilmu di dunia ini agar manusia memiliki makna yang istimewa, supaya manusia memiliki perangkat untuk tampil sebagai khalifah, agar manusia dapat mengelola dengan baik (mengambil dan memelihara) semua rizki yang dikaruniakan-NYA di dunia ini.

Dari semua ilmu, ulumul Quranlah yang paling utama. Dari semua kitab (buku) AlQuranlah yang paling mulia. Jika kita mempelajari Al-Quran dan berinteraksi dengannya, sejatinya kita sedang mengambil jalan kemuliaan dihadapan Allah sang pemilik ilmu.

Dan karenanyalah Insya Allah sang penghafal Al-Quran akan mendapat jaminan kemudahan dari Allah SWT dalam dua bentuk, yaitu ; kemudahan mempelajari Al-Quran (QS Al-Qamar 17) dan karunia kemudahan pada ilmu-ilmu yang lain (QS Al-Mujadilah 11).

“Dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS Al-Qamar 17)

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadilah 11).

Andai seseorang ingin mempelajari teori quantum pada ilmu fisika. Ia harus menghabiskan waktu sebulan agar dapat memahaminya dengan baik, namun apabila ia menggunakan sebagian waktu dan tenaganya untuk menghafal Quran, maka Allah yang rahiim sang pemilik ilmu dan kemudahan itu akan mengganti waktu dan jerih payahnya menghafal Al-Quran itu dengan cara membuka kecerdasan sang penghafal Quran, sehingga dalam waktu lebih singkat – seminggu- ia sudah berhasil memahami dengan baik teori Quantum. Inilah yang dialami oleh para tokoh Islam yang tidak hanya dikenal sebagai Ulama besar, tetapi sekaligus juga ilmuwan dari berbagai bidang.

Mengherankan ada manusia yang bisa sedemikian banyak memahami berbagai bidang ilmu, misalnya Imam Ghazali adalah seorang teolog, filsuf (filsafat Islam), ahli fikih, ahli tasawuf, pakar psikologi, logika bahkan ekonom dan kosmologi. Atau Ibnu Sina seorang ulama yang sedari kecil mempelajari ilmu tafsir, Fikih, Tasawuf, tiba-tiba bisa disebut sebagai pakar kedokteran dan digelari ‘Medicorium Principal’(Rajanya ara dokter) dan buku yang ditulisnya ; Al-Qanun Fith-Thib menjadi bahan pelajaran semua dokter didunia.

Faktor penting yang menjadikan mereka mampu melanglang buana keilmuan dan melintasi cabang keilmuan yang seolah (bagi mereka yang dikotomis -suka memisahkan ilmu agama dengan ilmu umum) berseberangan ini adalah karena mereka menghafal dan mempelajari Al-Quran sehingga Allah SWT sang pemilik ilmu membukakan bagi mereka pintu gerbang ilmu-ilmu lainnya.

Menghafal adalah dasar dari ilmu pengetahuan

Menghafal adalah dasar dari semua aktivitas otak. setelah data terparkir dengan baik, baru dapat dilakukan pengolahan lebih lanjut ; misalnya identifikasi, pengklasifikasian berdasarkan kesamaan, membandingkan dan mencari perbedaan, mengkombinasikan persamaan dan atau perbedaan untuk melahirkan sesuatu yang baru, dan lain sebagainya.

Misalnya abjad, seorang anak harus menghafalnya terlebih dahulu baru bisa digunakan untuk membaca dan menulis. Angka harus dihafal dahulu sebelum dipermainkan dalam bidang matematika. Setiap pasal dan ayat dalam undang-undang harus dihafal dahulu sebelum digunakan para hakim, pengacara, dan penuntut di ruang pengadilan.

Menghafal adalah dasar dari semua ilmu. Tanpa materi hafalan tidak ada data yang bisa diolah, tanpa olahan data maka ilmu pengetahuan tidak akan pernah ada. Menghafal adalah tangga pertama ilmu pengetahuan, menghafal adalah langkah wajib untuk cerdas.

Ada yang mengatakan bahwa menghafal akan melemahkan kemampuan analisa si anak, pernyataan ini benar, kalau si anak hanya disuruh menghafal saja tanpa melanjutkan ke proses lainnya. Menghafal adalah tahapan awal berinteraksi dengan Al-Quran, sesudah menghafal dan belajar membaca dengan benar maka harus disambung pada fase berikutnya yaitu mempelajari maknanya baik harafiah maupun penafsirannya, setelah itu mengaplikasikannya dalam kehidupan pribadi maupun yang terkait dengan kehidupan bermasyarakat, seorang muslim yang cerdas akan menggunakan ayat-ayat Al-Quran untuk menjawab semua persoalan, lalu fase terakhir adalah mengajarkannya kepada semua orang muslim. Itulah tahapan berinteraksi dengan Al-Quran yang benar. proses ini berkelanjutan tak boleh berhenti, tidak boleh hanya menghafalnya saja, atau hanya belajar membaca saja.

Rabu, 27 Juli 2011

Ritual Tolak Bala’ di Negeri Mayoritas Muslim

وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا (60) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا [النساء/60، 61]

Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka, "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (QS. An-Nisaa’ [4] : 60-61)
Kebo-keboan ini bertingkah seperti kerbau lagi kesurupan, diarak untuk membawa sesaji (persembahan untuk syetan) ke tempat yang dituju.

Kebo-keboan ini bertingkah seperti kerbau lagi kesurupan, diarak untuk membawa sesaji (persembahan untuk syetan) ke tempat yang dituju.

BAGI PENDUDUK NEGERI JIRAN yang belum kenal Indonesia, kesan pertama mereka tentang Indonesia adalah sebuah negeri yang terbelakang dan kumuh. Kesan seperti itu sangat wajar, karena ‘duta bangsa’ yang mereka kenali selama ini adalah para tenaga kerja yang umumnya dari pedesaan. Namun, begitu mereka berkesempatan datang ke Indonesia, khususnya Jakarta, mereka sontak terkejut. Karena, kesan terbelakang yang mereka bayangkan semula, justru jauh dari kenyataan.

Di Indonesia, terutama Jakarta dan kota-kota besar lainnya, telah sejak lama berdiri aneka gedung megah perkantoran atau pusat perbelanjaan, termasuk apartemen menengah hingga super mewah, sebagaimana lazim ditemukan di berbagai kota besar dunia. Keterkejutan mereka barangkali tidak sampai di situ saja. Karena, begitu mereka tahu bahwa gedung-gedung yang mewah dan megah tadi, ternyata sebagian besar dimiliki oleh para hoakiao (Cina perantauan) yang umumnya non Muslim.

Mereka akan lebih terkejut lagi manakala menemukan kenyataan, bahwa di negeri yang mayoritas penduduknya Muslim ini, begitu mudah mengunjungi tempat maksiat, begitu mudah mendapatkan gadis muda sebagai pelacur dengan harga murah, begitu mudah mendapatkan aneka jenis narkoba, begitu mudah mendapatkan mangsa anak-anak di bawah umur untuk dijadikan pemuas syahwat para pengidap phedophilia.

Bagi penduduk jiran yang terlanjur mengenal Indonesia sebagai negeri dengan penduduk mayoritas Muslim, akan dikejutkan lagi oleh kenyataan bahwa di negeri yang mengaku berpaham Ahlussunah wal Jama’ah ini ternyata praktik nikah mut’ah yang haram itu justru diamalkan secara terbuka, bukan karena mereka (para pelaku nikah mut’ah) itu berpaham syi’ah, tetapi karena nikah mut’ah alias kawin kontrak telah dijadikan jalan pintas untuk keluar dari kemiskinan turun temurun.

Masih ada lagi keterkejutan lainnya. Yaitu, manakala mereka menemukan sejumlah fakta bahwa di negeri berpenduduk mayoritas Muslim ini, ternyata praktik syirkiyah dan bid’ah justru diamalkan secara serius seperti amalan syar’iyah. Bahkan oleh sebagian kalangan, amalan syar’iyah tidak begitu diminati karena mereka justru lebih doyan amalan yang tergolong bid’ah dan syirkiyah. Misalnya, ritual tolak bala’.

Ritual Tolak Bala’

Pada dasarnya, ritual tolak bala’ sama sekali bukan ajaran Islam. Namun, oleh sebagian kalangan, ritual ini dikemas dengan berbagai atribut Islam, dan dianggap sebagai muatan lokal yang mewarnai dan memperkaya Islam. Padahal, itu sama saja dengan mencampur-adukkan yang hak dengan yang bathil. Muatan lokal boleh saja, sejauh tidak bertentangan dengan akidah.

Ritual tolak bala’ tidak bisa dikatakan sebagai fenomena kultural semata, karena dalam perspektif Islam, hal itu bertentangan dengan akidah. Selain itu, ritual tolak bala’ justru menjadi syariat agama-agama di luar Islam, seperti Konghucu, Budha, dan sebagainya. Dengan demikian, mempraktekkan ritual tolak bala’, sama saja dengan menjalankan syari’at agama non Islam yang paganis alias berhalais.

Masalahnya, oleh sebagian kalangan, ritual tolak bala’ dipaksakan untuk mendapat tempat terhormat, yaitu diposisikan sebagai tradisi warisan luhur nenek moyang, atau sebagai budaya bangsa yang harus dilestarikan, dan sebagainya. Padahal, ritual-ritual semacam itu selain menguras waktu, tenaga dan biaya, juga bermuatan pembodohan terhadap rakyat kebanyakan bahkan penyesatan yang nyata.

Pemaksaan itu nampaknya berhasil di sebagian kalangan. Sehingga mereka yang sehari-hari mengaku beragama Islam pun, mempraktikkan ritual tolak bala’ yang sarat pembodohan dan syirkiyah (kemusyrikan, dosa paling besar, dan tidak diampuni Allah Ta’ala bila pelakunya meninggal dalam keadaan belum bertaubat) itu.

Sebelum kami uraikan praktek upacara ritual tolak bala’ di berbagai tempat, di sini kami kutipkan hukum ritual semacam itu, dan kami kategorikan dalam hal hukum tumbal dan sesajen. Setelah itu kami kutipkan tentang hukum praktek kemusyrikan.

Hukum Tumbal dan Sesajen dalam Islam

Mempersembahkan kurban yang berarti mengeluarkan sebagian harta dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada AllahSubhanahu wa Ta’ala(Lihat kitabTaisiirul Kariimir Rahmaanhal. 282), adalah suatu bentuk ibadah besar dan agung yang hanya pantas ditujukan kepada AllahSubhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana dalam firman-Nya,

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

Katakanlah, “Sesungguhnya shalatku, sembelihanku (kurbanku), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah).” (QS. al-An’aam [6] : 162-163)

Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam,

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

“Maka, dirikanlah shalat karena Rabb-mu (Allah Subhanahu wa Ta’ala) dan berkurbanlah.” (QS. Al-Kautsar [108] : 2)

Kedua ayat ini menunjukkan agungnya keutamaan ibadah shalat dan berkurban, karena melakukan dua ibadah ini merupakan bukti kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pemurnian agama bagi-Nya semata-mata, serta pendekatan diri kepada-Nya dengan hati, lisan dan anggota badan, juga dengan menyembelih kurban yang merupakan pengorbanan harta yang dicintai jiwa kepada Dzat yang lebih dicintainya, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Kitab Taisiirul Kariimir Rahmaan hal. 228)

Oleh karena itu, maka mempersembahkan ibadah ini kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala (baik itu jin, makhluk halus ataupun manusia) dengan tujuan untuk mengagungkan dan mendekatkan diri kepadanya, yang dikenal dengan istilah tumbal atau sesajen, adalah perbuatan dosa yang sangat besar, bahkan merupakan perbuatan syirik besar yang bisa menyebabkan pelakunya keluar dari agama Islam (menjadi kafir). (Lihat kitab Syarhu Shahiihi Muslim 13/141, al-Qaulul Mufiid ‘Ala Kitaabit Tauhiid 1/215 dan kitab at-Tamhiid Li Syarhi Kitaabit Tauhiid hal. 146)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan sembelihan yang dipersembahkan kepada selain Allah.” (QS. Al-Baqarah [2] : 173)

Imam Ibnu Jarir ath-Thabari berkata, “Artinya, sembelihan yang dipersembahkan kepada sembahan (selain AllahSubhanahu wa Ta’ala) dan berhala, yang disebut nama selain-Nya (ketika disembelih), atau diperuntukkan kepada sembahan-sembahan selain-Nya.”(Kitab Jaami’ul Bayaan Fi Ta’wiilil Quran 3/319).

Dalam sebuah hadits shahih, dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ

“Allah melaknat orang yang menyembelih (berkurban) untuk selain-Nya.” (HSR. Muslim No. 1978)

Hadits ini menunjukkan ancaman besar bagi orang yang menyembelih (berkurban) untuk selain-Nya, dengan laknat AllahSubhanahu wa Ta’alayaitu dijauhkan dari rahmat-Nya. Karena perbuatan ini termasuk dosa yang sangat besar, bahkan termasuk perbuatan syirik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sehingga pelakunya pantas untuk mandapatkan laknat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan dijauhkan dari rahmat-Nya. (Keterangan Syaikh Shalih Alu Syaikh dalam kitab at-Tamhiid Li Syarhi Kitaabit Tauhiid hal. 146)

Penting sekali untuk diingatkan dalam pembahasan ini, bahwa faktor utama yang menjadikan besarnya keburukan perbuatan ini, bukanlah semata-mata karena besar atau kecilnya kurban yang dipersembahkan kepada selain-Nya, tetapi karena besarnya pengagungan dan ketakutan dalam hati orang yang mempersembahkan kurban tersebut kepada selain-Nya, yang semua ini merupakan ibadah hati yang agung yang hanya pantas ditujukan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata-mata.

Oleh karena itu, meskipun kurban yang dipersembahkan sangat kecil dan remeh, bahkan seekor lalat sekalipun, jika disertai dengan pengagungan dan ketakutan dalam hati kepada selain-Nya, maka ini juga termasuk perbuatan syirik besar. (Lihat kitab Fathul Majid hal. 178-179)

Dalam sebuah atsar dari sahabat Salman al-Farisi radhiallahu ‘anhu beliau berkata, “Ada orang yang masuk surga karena seekor lalat dan ada yang masuk neraka karena seekor lalat, ada dua orang yang melewati (daerah) suatu kaum yang sedang bersemedi (menyembah) berhala mereka dan mereka mengatakan, ‘Tidak ada seorangpun yang boleh melewati (daerah) kita hari ini kecuali setelah dia mempersembahkan sesuatu (sebagai kurban/tumbal untuk berhala kita).’ Maka, mereka berkata kepada orang yang pertama, ‘Kurbankanlah sesuatu (untuk berhala kami)!’ Tapi, orang itu enggan —dalam riwayat lain: orang itu berkata, ‘Aku tidak akan berkurban kepada siapapun selain AllahSubhanahu wa Ta’ala’—, maka diapun dibunuh (kemudian dia masuk surga). Lalu, mereka berkata kepada orang yang kedua, ‘Kurbankanlah sesuatu (untuk berhala kami)!’,—dalam riwayat lain: orang itu berkata, ‘Aku tidak mempunyai sesuatu untuk dikurbankan.’

Maka mereka berkata lagi, ‘Kurbankanlah sesuatu meskipun (hanya) seekor lalat!’, orang itu berkata (dengan meremehkan), ‘Apalah artinya seekor lalat,’, lalu diapun berkurban dengan seekor lalat, —dalam riwayat lain: maka merekapun mengizinkannya lewat— kemudian (di akhirat) dia masuk neraka.’” (Atsar riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam kitabal-Mushannaf (no. 33038) dengan sanad yang shahih, juga diriwayatkan dari jalan lain oleh Imam Ahmad dalam kitabaz-Zuhd (hal. 15-16), al-Baihaqi dalam kitab Syu’abul Iman (no. 7343) dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa’ (1/203)). (Ustadz Abdullah Taslim, M. A, Tumbal dan Sesajen, Tradisi Syirik Warisan Jahiliyah, www.muslim.or.id, Aqidah, 12-11-2010; Lihat http://nahimunkar.com/tumbal-dan-sesajen-tradisi-syirik-warisan-jahiliyah/)

Selanjutnya, mari kita kenali masalah-masalah kemusyrikan secara singkat sebagai berikut:

Syirkiyah atau kemusyrikan

Syirik bisa dipisahkan menjadi dua, syirik besar (akbar) dan syirik kecil (asghar).

Syirik besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menjadikannya kekal di dalam neraka, jika hingga meninggal dunia belum juga bertaubat. Syirik besar adalah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, mendekatkan diri dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik untuk kuburan, jin atau setan, atau mengaharap sesuatu selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat.

Di antara batasan syirik akbar adalah:

1. Syirik dalam rububiyah, seperti keyakinan bahwa arwah orang yang sudah meninggal mampu memberikan manfaat atau mudharat, memenuhi kebutuhan orang yang hidup, atau keyakinan bahwa ada orang yang ikut mengatur alam raya ini bersama Allah Subhanahu wa Ta’ala , dan seterusnya.
2. Syirik dalam asma’ wa shifat, seperti keyakinan bahwa ada orang yang mengetahui hal ghaib selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, misalnya dukun, peramal, dan semacamnya, syirik dengan menyerupakan sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan sifat makhluk, dan lain-lain.
3. Syirik dalam uluhiyah (ibadah), seperti syirik dalam ibadah, doa, takut, cinta. Harap, taat, dan sebagainya.

Konsekuensi pelaku syirik akbar ini adalah:

* Yang tidak diampuni (apabila pelakunya mati dan belum bertaubat).
* Pelakunya diharamkan masuk surga.
* Kekal di dalam neraka.
* Membatalkan semua amalan, termasuk amalan yang lampau.

Sementara di antara batasan syirik ashghar adalah:

1. Qauli (berupa ucapan), seperti bersumpah dengan menyebut selain nama Allah Subhanahu wa Ta’ala , dan sejenisnya.
2. Fi’li (berupa perilaku dan perbuatan), seperti tathayyur, datang ke dukun, memakai jimat dan rajah dan sejenisnya.
3. Qalbi (berupa amal hati/batin), seperti riya, sum’ah, dan sejenisnya.

Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, tetapi mengurangi tauhid dan menjadi perantara terjerumus dalam syirik besar. Syirik ini meliputi empat macam, yaitu syirik niat: dari semula meniatkan ibadah kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala, syirik doa: berdoa kepada selain Allah Subhanahu wa Ta’ala atau selain berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berdoa kepada selain-Nya, syirik taat: menaati selain Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana menaati-Nya, syirik mahabbah: mencintai selain Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana mencintai-Nya.

Syirik ini terdiri dari dua, yaitu syirik yang jelas dan samar/tersembunyi:

* Dosanya di bawah kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala ampuni pelakunya tidak diadzab dan kalau tidak diampuni, pelakunya masuk terlebih dahulu di neraka meskipun setelah itu dimasukkan ke dalam surga.
* Tidak kekal dalam neraka (kalau dia dimasukkan ke dalam neraka)
* Tidak membatalkan semua amalan, tetapi sebatas yang dilakukan dengan syirik.
* Pelakunya tidak diharamkan dari surga. (Dikutip dari Majalah Fatawa Vol. V/No. 03, Jogjakarta, Rabi’ul Awwal 1430, Maret 2009 hal. 8-11; Lihat http://nahimunkar.com/trend-muslim-bergaya-musyrik/)

Ritual kemusyrikan atas nama budaya local

Ngerinya, di kawasan yang selama ini dikenal sebagai kawasan yang berpegang teguh pada syari’at Islam pun, seperti di Sumatera Barat, ritual paganis ini dipraktekkan sebagai bagian dari kekayaan budaya lokal, bahkan dijadikan objek wisata. Misalnya, di Sawahlunto yang terletak sekitar 95 kilometer dari ibukota Sumatera Barat, Padang.

Di kawasan ini, ritual tolak bala’ disebut dengan nama Karu. Di tempat lain, seperti Silungkang, Kubang, Kolok dan sejumlah daerah lainnya di kawasan Sumatera Barat, dinamakan Do’a Tolak Bala’. Bila ritual Do’a Tolak Bala’ dilaksanakan pada malam hari sambil berkeliling kampung dan mengunjungi tempat-tempat yang dianggap keramat, Karu justru dilaksanakan pada siang hari, dan terpusat di Situs Bala’i Batu Sandaran sebagai Pusat Desa.

Karu tidak sekedar memanjatkan do’a serta puji-pujian kepada yang Maha Kuasa menurut penafsiran mereka, namun dilanjutkan dengan Baureh dan makan bersama. Baureh adalah prosesi memercikkan air yang dilakukan oleh dukun nagari kepada masyarakat yang hadir. Air dipercikkan dengan menggunakan alat bantu berupa tumbuhan alam yang terdiri dari Sitawa, Cikumpai, Cikarau, Sidingin yang telah dimantra-mantrai dan diasapi bakaran kemenyan. Mungkin mirip pendeta Hindu di Bali saat memercikkan air suci kepada penganut Hindu.

Bersamaan dengan percikan air, berbagai harapan pun dipanjatkan kepada yang Maha Kuasa, termasuk memohon kesehatan jasmani dan rohani serta dijauhkan dari marabahaya maupun penyakit yang akan mendera. Adakalanya, masyarakat membekali dirinya dengan Sitawa, Cikumpai, Cikarau, Sidingin untuk dimantra-mantrai, kemudian dibawa pulang dan digunakan untuk melakukan prosesi baureh di rumah masing-masing. Usai prosesi baureh, dilanjutkan dengan makan bersama. Hidangan yang dimakan bersama-sama berasal dari masakan yang dibawa oleh setiap keluarga yang mengikuti ritual Karu.

Dalam setahun ritual Karu setidaknya dilaksanakan dua kali. Pertama, satu atau dua hari menjelang bulan Ramadhan. Kedua, usai Ramadhan. Namun demikian, ritual ini bisa saja dilaksanakan pada saat-saat darurat, terjadi wabah penyakit, atau ketika pertanian terserang hama dan mengakibatkan gagal panen. (www.sawahlunto-tourism.com)

Menurut sebuah media lokal, ritual tolak bala’ menjadi bagian tak terpisahkan dalam keseharian warga Minang, bahkan mereka selalu berusaha melestarikan adat tersebut. Misalnya, sebagaimana terjadi pada 21 Mei 2011 lalu, di Lubuk Kilangan, Padang. Menurut masyarakat Lubuk Kilangan, tolak bala’ adalah acara adat yang berisi doa keselamatan agar dijauhkan dari bencana dan marabahaya, juga untuk meningkatkan hasil pertanian masyarakat lubuk kilangan yang mayoritas petani.

Ritual tolak bala’ kali ini berlangsung malam hari sekitar pukul 20:00 wib, dan dimpimpin oleh Dasri (Ketua Kerapatan Adata Nagari) Lubuk Kilangan, yang membacakan sejumlah doa. Kemudian dilanjutkan dengan ritual membuang uang logam dan sesajian ke sungai, dengan tujuan agar segala kesusahan dan marabahaya hanyut bersama uang logam dan sesaji tersebut.

Ritual tolak bala’ ini berlanjut dengan menjalankan tradisi Pararakan. Yaitu, mengarak sebuah miniatur mesjid yang ditempeli uang kertas, keliling kampung. Setelah diarak, miniatur masjid tersebut diberikan kepada mesjid yang membutuhkan bantuan. Usai serah-terima miniatur masjid, para ninik mamak kaum Lubuk Kilangan langsung mengadakan acara adat makan bajamba.

Ada kemiripan dengan Karu di Sawahlunto yang di dalamnya ada acara makan bersama. Di Lubuk Kilangan, hidangan yang dimakan bersama berasal dari bawaan kaum ibu dari enam suku yang berada di lubuk kilangan. Usai makan bajamba, dilanjutkan dengan prosesi dzikir bersama hingga pagi hari yang dilakukan hanya oleh kaum lelakinya saja. (http://minangkabaunews.com/artikel-257-ritual-tolak-bala’-warga-lubuk-kilangan.html)

Masih di Sumatera Barat, ritual tolak bala’ yang dilaksanakan khusus pada akhir bulan Safar juga diamalkan oleh para pengikut Syekh Burhanuddin, khususnya di Kecamatan Ulakan, Kabupaten Pariaman. Namanya, Basafa. Ritual Basafa diisi dengan shalat dan pengajian, juga melantunkan serangkaian doa keselamatan.

Selain di Sumatera Barat yang terkenal dengan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, di Nanggroe Aceh Darussalam yang diberi kewenangan khusus menerapkan syari’at Islam ini, ternyata ritual tolak bala’ juga masih terjadi. Misalnya, sebagaimana terjadi di Desa Meloak Ilang, Kecamatan Putri Beutung, Kabupaten Bener Meriah, NAD.

Di Desa Meloak Ilang ini, ritual tolak bala’ sudah menjadi tradisi tahunan. Prosesi yang ditempuh adalah menghanyutkan sesajian berupa ayam jantan putih ke Sungai Alas oleh para tetua kampung. Mirip prosesi larung sesaji di Jawa. Mereka meyakini, ritual itu dapat menangkal datangnya bala’. Pada tahun 2010 lalu, ritual tolak bala’ berlangsung pada hari Ahad tanggal 06 Juni.

Maksud hati menolak bala’, yang datang justru musibah. Ritual tolak bala’ ini ternyata menarik perhatian masyarakat, termasuk anak-anak. Pada saat ritual tolak bala’ berlangsung, sejumlah anak-anak menjejali jembatan gantung yang melintas di atas Sungai Alas. Kekuatan besi jembatan gantung itu rupanya tidak disiapkan untuk menahan beban berat, sehingga besi itu lepas dan menyebabkan sejumlah orang yang berada di atasnya tercebur ke sungai, termasuk anak-anak. Akibatnya, sejumlah 12 anak berusia antara 6-12 tahun tewas tenggelam, dan 25 lainnya mengalami cidera. (nasional.vivanews.com edisi 07 Juni 2010)

Di Banjarmasin, juga ada tradisi tolak bala’ yang digelar menjelang akhir bulan Safar, memasuki bulan Rabiul Awal yang juga dikenal dengan nama bulan Maulud, mirip Basafa di Sumatera Barat. Ritual tolak bala’ versi umat Islam di Banjarmasin ini, berlangsung pada setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar, sehingga dinamakan Arba Mustakmir. Tujuannya, agar terhindar dari segala malapetaka, bencana, penyakit atau wabah yang tidak diinginkan selama setahun ke depan.

Pada tahun 2011 ini, Arba Mustakmir dimulai sejak terbenamnya matahari pada hari Selasa tanggal 1 Februari 2011 (bersamaan dengan tanggal 27 Safar 1432 Hijriah), hingga tenggelam matahari pada hari Rabu tangal 2 Februari 2011 (bertepatan dengan tanggal 28 Safar 1432 H). Antara lain berlangsung di Masjid Al Ikhwan jalan Veteran, juga di Langgar Baitur Ridhwan, Jalan Dahlia, Banjarmasin.

Ritual tolak bala’ biasanya diawali dengan shalat sunat Dhuha berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan membaca ya basith sebanyak 10 kali, membaca astaghfirullah lil mukminin wal mukminat, sebanyak 10 kali. Selanjutnya membaca doa khusus sebanyak tujuh kali, yaitu: “…subhanallahi mil almizan wa muntaha ilmi wa mabladzarridha wa jinatal arsy. Walhamdulillahi mil almizan wa muntaha ilmi wa mabladzarridha wa jinatal arsy. Wa la ilaha ilallahu mil almizan wa muntaha ilmi wa mabladzarridha wa jinatal arsy. Wallahu akbar mil almizan wa muntaha ilmi wa mabladzarridha wa jinatal arsy…”

Bahkan ada yang melengkapi ‘peribadatan’ Arba Mustakmir-nya dengan membaca surah Yaa Siin dengan tata cara yang berbeda. Yaitu, ketika sampai pada ayat 58 yang berbunyi salaamun qaulam mir rabbir rahiim, dibaca sebanyak 313 kali, barulah dilanjutkan ke ayat berikutnya sampai selesai.

Bagi sebagian umat Islam yang bernaung di bawah majelis taklim tertentu, pembacaan surah Yaa Siin dengan tata cara berbeda ini, juga dilakukan pada hari-hari biasa. Namun ayat 58 yang berbunyi salaamun qaulam mir rabbir rahiim, hanya dibaca sebanyak tiga kali saja. (Banjarmasinpost.co.id - Rabu, 26 Januari 2011).

Bila di Banjarmasin dan Sumatera Barat ada ritual tolak bala’ yang secara khusus dilaksanakan pada bulan Safar, maka di Banyuwangi ada ritual tolak bala’ yang secara khusus dilaksanakan pada bulan Syawal, yaitu Seblang. Ritual Seblang yang berlangsung pada hari ketujuh pada bulan Syawal, bertujuan untuk membebaskan dari marabahaya (tolak bala’) dan berharap selalu mendapat lindungan dari Allah SWT. Ritual Seblang antara lain masih diamalkan oleh warga Desa Olehsari Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur. Bentuknya, berupa tari-tarian yang diperagakan oleh gadis muda berusia belasan.

Di tempat acara, di atas pentas penari akan memasuki tahapan tidak sadar diri karena sudah kemasukan roh halus (kesurupan), setelah disematkan mahkota (omprog) seberat 2 kilogram yang terbuat dari berbagai bunga seperti bunga kantil, kamboja, sundel, bunga pencari kuning dan putih. Roh halus yang merasuki sang penari Seblang, dipercaya sebagai roh nenek moyang. Pada saat penari Seblang sudah kemasukan roh halus, maka itu merupakan pertanda bahwa desa mereka akan terbebas dari marabahaya.

Dalam keadaan tidak sadar, penari Seblang lengkap dengan mahkota (omprog), kemben dan jarit, meliuk-liuk selama sekitar lima jam mengelilingi pentas, lengkap dengan 32 gending seblang dan puluhan sinden mengiringi setiap gerakan sang penari. Selanjutnya, penari melemparkan selendang kearah penonton. Selanjutnya, penonton yang terkena lemparan selendang, wajib berlenggak-lenggok di atas pentas bersama penari Seblang. Momen melempar selendang ini dinamakan Tundik.

Puncaknya, penari akan melempar kembang dirmo. Mereka percaya, siapa saja yang bisa memilik kembang dirmo yang dlempar penari Seblang, maka keinginannya akan mudah terwujud.

Itu semua adalah keyakinan batil yang sangat jauh dari Islam. Na’udzubillahi min dzalik. Kami berlindung dari hal yang demikian.

Di luar bulan Syawal, masyarakat Banyuwangi juga punya ritual tolak bala’ bernama Kebo-keboan. Khususnya, tradisi kebo-keboan ini amat dikenal masyarakat Alasmalang, Banyuwangi, Jawa Timur. Konon, Kebo-keboan ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam, dan selalu dilaksanakan pada tanggal 10 bulan Muharam. Tujuannya, antara lain untuk memohon turunya hujan saat kemarau panjang, dan terhindar dari penyakit aneh yang mewabah.

Ritual tolak bala’ Kebo-keboan ini diawali dengan menanam hasil pertanian, seperti buah-buahan (pala gumantung), umbi-umbian (pala kependhem atau pala bungkil), serta kacang-kacangan (pala kesampir). Kemudian, pada keesokan harinya dilanjutkan dengan makan bersama. Hidangan yang disantap bersama, disiapkan oleh warga sekitar, berupa nasi tumpeng yang ditempatkan pada anchak yang terbuat dari batang daun pisang dan bambu. Juga, dilengkapi dengan pecel ayam yang merupakan makanan khas desa Alasmalang. Hidangan itu sebelum disantap bersama-sama, terlebih dulu didoakan oleh sesepuh agama. Usai makan bersama, warga desa saling membagikan kue-kue keada sanak familinya.

Ritual tolak bala’ ini disebut Kebo-keboan, karena salah satu prosesinya mengandung unsur kerbau (kebo), yang diperankan oleh sejumlah laki-laki dewasa dalam keadaan kesurupan dan berdandan serta bertingkah bagai kerbau (kebo). Para kebo-keboan ini kemudian diarak (pawai ider bumi) keliling desa dan singgah sejenak di kiblat desa berupa batu besar dan menyerahkan sesaji berupa pitung tawar.

Kiblat desa bagi masyarakat Alasmalang disebut kiblat papat (empat kiblat), terdiri dari watu lasa (kiblat timur laut), watu warang (kiblat barat), watu gajah (kiblat selatan), dan watu naga (kiblat timur). Keempat batu kiblat tersebut dipercaya mempunyai kekuatan magis yang dapat menyelamatkan desa Alasmalang dari bencana yang akan menimpa warga desa. (Itulah keyakinan kemusyrikan, karena mempercayai batu diyakini punya kekuatan magis yang dapat menyelamatkan desa. Na’udzubillahi min dzalik!)

Sebelum pawai ider bumi berlangsung, jalan desa terlebih dulu dialiri air sehingga menjadi seperti sawah. Para kebo-kebon ini, selama pawai ider bumi berlangsung, saat melewati jalan desa yang sudah dialiri air akan bertingkah bagai kerbau. Prosesi ini dinamakan bedah banyu. Usai pawai ider bumi dan menyerahkan sesajen pitung tawar di kiblat papat, para kebo-keboan tadi dibawa menuju pusat desa untuk menjalani prosesi membajak sawah. Peralatan bajak sawah yang sederhana sudah disiapkan untuk prosesi ini. Termasuk benih padi yang akan ditanam. Lelaki dewasa yang kesurupan dan bertingkah bagai kerbau ini, akan kembali seperti semula setelah dimantra-mantrai oleh tetua adat.

Upacara yang mengikuti bisikan syetan itu hanya menjerumuskan. Untuk upacara penyembahan syetan itu bila biayanya digunakan untuk menyantuni anak yatim misalnya, tentu bermanfaat. Namun dengan diadakan upacara ritual syaithoni seperti ini justru disamping sesat, masih pula yang seharusnya disantuni malah dananya untuk syetan, maka benarlah firman Allah Ta’ala:

الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلًا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ [البقرة/268]

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia [170]. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengatahui.” (QS. Al-Baqarah [2] : 268)

[170]. Balasan yang lebih baik dari apa yang dikerjakan sewaktu di dunia.

Pohon Tumbang hingga Kongres PSSI

Ritual tolak bala’ dipraktekkan dengan berbagai macam latar belakang. Misalnya di Jombang, ritual tolak bala’ digelar karena ada pohon tua tumbang. Pohon tua berusia ratusan tahun yang berada di tengah pemakaman umum tersebut tumbang dan terbelah menjadi dua bagian. Sebenarnya, wajar saja pohon tua tumbang dan terbelah. Namun bagi sebagian masyarakat, peristiwa itu dimaknai lain.

Sebagian warga setempat ada yang meyakini, tumbangnya pohon tua tersebut merupakan pertanda akan datangnya musibah. Untuk mencegah musibah, maka perlu digelar ritual tolak bala’. Sebagaimana diberitakan waspada online edisi 12 Januari 2010, sejumlah warga berinisiatif menggelar ritual tolak bala’ tepat ditengah-tengah belahan pohon tua tersebut. Selain memanjatkan doa juga disiapkan sesajen berupa tujuh rupa jajanan pasar. Usai ritual tolak bala’, warga secara beramai-ramai memotong pohon tua tersebut.

Ternyata, ritual tolak bala’ juga dipraktekkan untuk menyukseskan Kongres Luar Biasa PSSI (Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia), yang berlangsung pada hari Sabtu tangal 9 Juli 2011 lalu. Dua hari sebelum kongres luarbiasa berlangsung (Kamis, 7 Juli 2011), digelar doa bersama yang berlangsung di Gapura Plaza Sriwedari, Solo, Jawa Tengah, dan dihadiri sekitar seribu orang. Doa bersama dilakukan oleh para tokoh agama dari semua agama yang diakui di Indonesia.

Dilanjutkan dengan ritual tolakbala’ berupa tari-tarian yang diperagakan oleh lima orang dengan tubuh serba hitam, sebagai simbol dari pengacau. Kemudian ada sejumlah tokoh berpakaian serba putih yang membawa peran mendamaikan keadaan. Para penari itu bergerak menuju panggung dengan diiringi alunan kelompok musik gamelan Jawa Larasmadya. Ritual tersebut diyakini sebagai cara yang ampuh untuk menyukseskan berlangsungnya kongres luar biasa PSSI.

Kongres Luar Biasa PSSI tersebut tentu saja dihadiri oleh Jenderal TNI Purn. Agum Gumelar dalam kapasitasnya sebagai Ketua Komite Normalisasi PSSI. Sebelumnya, Kongres PSSI yang berlangsung 20 Mei 2011, berakhir deadlock. Antara lain, karena Federasi Asosiasi Sepak Bola Internasional FIFA, menolak pencalonan George Toisutta dan Arifin Panigoro sebagai calon Ketua dan Wakil Ketua PSSI menggantikan Nurdin Khalid.

Rupanya, di kalangan yang terkesan modern, intelek dan rasional, menjadikan ritual tolak bala’ yang terkesan tradisional dan irasional sebagai salah satu upaya mensukseskan hajatan akbarnya, tetap menjadi bagian yang dianggap lumrah. Kalau yang terkesan modern, intelek dan rasional saja pola fikirnya seperti itu, bagaimana pula dengan yang tidak intelek dan terbelakang? Pasti lebih kacau lagi.

Barangkali, ini merupakan fenomena dari sebuah masyarakat yang lemah iman dan kurang percaya diri. Sehingga, lebih memilih solusi yang irasional dan bermuatan pembodohan serta penyesatan, dibanding mengikuti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan iman dan istiqomah alias konsekuen serta konsisten.

Peran syetan dan orang-orang munafiq

Dalam ayat pada awal tulisan ini tercantum peran syetan kemudian disambung dengan peran orang-orang munafiq. Syetan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Sedang orang-orang munafiq menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) orang yang mengajak untuk (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul.

Sebenarnya, syetan itu tipudayanya lemah. Telah jelas Allah firmankan:

إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا [النساء/76]

“…karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.” (QS An-Nisaa’ 4: 76).

Dalam kenyataan, kenapa justru di mana-mana banyak orang tunduk kepada syetan, dari yang di perkampungan tradisional sampai ke tingkat orang modern taraf nasional tetapi tunduk dan mengabdi kepada syetan dengan cara melayani pakai sesaji ataupun ritual tertentu?

Masalah itu dapat dilihat, dari sisi lanjutan ayat tersebut di atas, jelas peran orang-orang munafiq lah yang punya andil besar. Di samping itu, factor utamanya pula, karena keimanan atau keikhlasan mereka sangat tipis. Kalau mereka itu orang-orang yang mukhlis, ikhlas, beribadah hanya untuk Allah Ta’ala, maka syetan pun tidak sanggup menundukkannya. Karena dalam Al-Qur’an ditegaskan:

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (39) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (40) قَالَ هَذَا صِرَاطٌ عَلَيَّ مُسْتَقِيمٌ (41) إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ (42) وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمَوْعِدُهُمْ أَجْمَعِينَ [الحجر/39-43]

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis [799] di antara mereka." Allah berfirman, "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya) [800]. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut syaitan) semuanya.” (QS. Al-Hijr [15] : 39-43)

[799]. Yang dimaksud dengan mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah s.w.t.

[800]. Maksudnya pemberian taufiq dari Allah s.w.t. untuk mentaati-Nya, sehingga seseorang terlepas dari tipu daya syaitan mengikuti jalan yang lurus yang dijaga Allah s.w.t. Jadi sesat atau tidaknya seseorang adalah Allah yang menentukan.

Allah telah mengancam para pengikut syetan bahwa tempat mereka adalah neraka Jahannam. Yang selamat hanyalah orang-orang mukhlisin yang taat kepada Allah Ta’ala, karena mendapatkan taufiq (pertolongan) dari Allah.

Ketika kenyataannya ritual-ritual yang bertentangan dengan aturan Allah Ta’ala di negeri ini dilakukan orang di mana-mana, berarti merupakan keberhasilan kaum munafiq dalam membodohi dan menyesatkan Ummat sesuai dengan program syetan. Semakin banyak dan berperannya orang-orang munafiq maka semakin merajalela pula kesesatan dan pemujaan syetan. Hingga semakin banyak pula yang memusuhi orang-orang yang mukhlis. Sehingga orang-orang mukhlis yang berupaya untuk menegakkan aturan Allah di bumi-Nya ini senantiasa berhadapan dengan orang-orang munafiq dan wadyabala syetan, baik sifatnya local, nasional, maupun internasional. Ada yang cari proyek dan ada yang cari tenaga untuk proyeknya, yang semua itu untuk menghadapi orang-orang mukhlis. Maka tidak mengherankan, kelompok yang sejak lama berhadapan dengan kaum mukhlis, akhir-akhir ini tampak lantang dalam berkaok-kaok yang intinya agar digunakan sebagai tenaga-tenaga dalam menghadapi kaum mukhlis, siap bekerjasama dengan wadyabala syetan lainnya di antaranya dengan modal ilmu syetan, misalnya ilmu kebal dan semacamnya.

Pemilik proyek pun faham, boleh-boleh saja mengucurkan dana, asal hanya tampak syar’i dan bukan syar’i betulan, yang pada hakekatnya adalah bid’i atau sebenarnya menjadikan Ummat ini bodoh dan jauh dari ajaran Islam yang benar. Proyek-proyek semacam ini lah yang tampaknya sedang didanai akhir-akhir ini, disamping ritual syirkyah yang jelas-jelas merusak iman seperti tersebut dalam uraian ini.

Benar lah ayat tersebut di atas yang menggandengkan peran syetan dengan peran orang-orang munafiq, agar hal itu dicamkan benar-benar oleh kaum muslimin. Agar tidak terjerat oleh tipuan syetan dan munafiqin.

Dan benarlah firman Allah ini:

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آَمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ [البقرة/9-12]

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit [23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan bila dikatakan kepada mereka, "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi [24]". Mereka menjawab, "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS. Al-Baqarah [2] : 9-12)

[23]. Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam.

[24]. Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam.