Minggu, 20 Maret 2011

Kerusakan Akidah; Fenomena dan Pengobatannya (Bagian 1)

Kerusakan Akidah; Fenomena dan Pengobatannya (Bagian 1)
PostDateIconWednesday, 21 October 2009 12:13 | PostAuthorIconWritten by Shodiq Ramadhan | PDF Print E-mail

* Lintas Berita

Oleh: Ikhwanul Wa’ie

Tidak diragukan lagi bahwa umat Islam saat ini hidup dimasa yang paling hitam, mengalami kelemahan dan perpecahan yang tidak ada tolok bandingnya sepanjang sejarah hidupnya. Umat-umat lain memperebutkan kaum Muslim seperti mereka memperebutkan makanan yang tersaji di meja makan. Musuh-musuh Islam telah mendominasi kaum Muslim; memaksakan kehendak dan keinginannya; mereka menggiringnya bagai menggiring binatang ternak menuju kehancurannya, sementara umat bersikap pasrah dan tidak berdaya.

Pada akhirnya, umat merubah identitas Rabbaninya; menghapuskan kepribadian Islamnya; dan menyusupkan secara perlahan-lahan pemikiran Barat penjajah, sistem peraturan dan gaya hidupnya. Yang keluar dari balik mantel generasi muda yang tidak mengenal Islam tidak lain hanya sekedar nama, tidak mengetahui al-Qur’an kecuali tulisannya, tidak diketahui dari agamanya kecuali hanya sebagian perkara ibadah, ritual dan akhlak.

Generasi yang amat awam terhadap peraturan-peraturan Islam dalam masalah mu’amalah maupun interaksi-interaksi antar manusia. Dengan sendirinya generasi muda ini akan bertahkim -baik secara suka rela maupun terpaksa- kepada sistem peraturan Barat yang kafir, berpikir seperti halnya Barat berpikir, berorientasi seperti orientasi mereka, bahkan berguru di bawah telapak kaki Barat untuk memperoleh pemikiran dan ilmu yang akan menjadi pedoman hidupnya, dan yang akan menduduki posisi sebagai penguasa, yang berhak mengeluarkan perintah dan larangan.

Sungguh mengherankan kondisi kaum Muslim seperti itu. Padahal umat ini -tidak seperti umat-umat lain- memiliki masa lalu yang gemilang dan sejarah yang agung; sejarah yang penuh dengan kepahlawanan dan kemenangan; sejarah yang menggambarkan kepemimpinan dunia seluruhnya. Umat Islam pada waktu itu merupakan zahratu ad-dunyĆ¢ (pusat peradaban dunia) selama berabad-abad; sejarah yang memberikan kepada umat ini pelajaran hidup yang amat berharga karena telah mengalami pasang surut, kemajuan, kemunduran, dinamika dan kevakuman, kuat dan lemah.

Berbagai kondisi pernah dirasakannya, keadaan yang bermacam-macam bukanlah sesuatu yang baru baginya, sehingga berdiri menyongsong seluruh problematika dengan penuh ketenangan, tidak bingung atau pun gugup. Ketegaran sikap itu bisa dilakukan oleh umat kecuali untuk satu keadaan saja, yaitu tatkala runtuhnya negara Khilafah Islam, dan lenyaplah eksistensinya dari muka bumi. Keadaan seperti itu belum pernah dialaminya sepanjang usianya, sejak Rasul pilihan, Muhammad saw, mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah hingga periode dimana Barat imperialis kafir meruntuhkannya pada awal abad ini.

Kondisi umat yang berada dalam keadaan hina amatlah mengherankan, padahal dia- tidak seperti umat-umat lainnya- adalah pemilik dari kekayaan pemikiran dan kekayaan perundang-undangan yang amat luar biasa. Umat ini bukan hanya memiliki sumber-sumber perundang-undangan yang mencakup seluruh aspek kehidupan, tetapi juga memiliki warisan yang tiada ternilai yang ditinggalkan oleh para ulamanya yang cerdas di berbagai cabang ilmu pengetahuan. Sampai-sampai jika seseorang membahas satu masalah di bidang ekonomi, sosial atau politik –misalnya- maka dia pasti akan menemukan dalam turats (khasanah)nya berbagai tulisan yang sangat banyak yang membahas masalah tersebut dengan pembahasan yang mendalam dan pemikiran yang cemerlang.

Betapa amat mengherankan, umat yang besar ini berada dalam keadaan hina, mendengar seluruh teriakan dan mengikuti orang-orang kafir lagi dzalim, padahal umat ini –tidak seperti umat-umat lain- memiliki beban (kewajiban) untuk menyebarluaskan risalah Islam kepada seluruh umat manusia. Seharusnya dialah yang patut didengar oleh umat-umat lain, bukan sebagai pendengar (obyek). Selayaknya umat ini memperoleh derajat yang mulia dan diikuti (diteladani), bukan malah hina dan membebek. Sepatutnya umat ini menjadi pengajar umat manusia, bukan umat yang belajar (diajar). Artinya, umat ini ditengah-tengah umat manusia lainnya harus menjadi seperti Rasulullah di tengah-tengah umatnya. Allah Swt berfirman:

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (QS. al-Baqarah [2]: 143)

Sesungguhnya kelemahan politik dan kemunduran kaum Muslim itu diikuti oleh adanya kerusakan yang besar di dalam akidah mereka. Kerusakan-kerusakan itu meskipun belum mengeluarkan kaum Muslim dari agama Islam, akan tetapi telah benar-benar mengeluarkan sebagian mereka dari akidah, sehingga mereka menjadi orang-orang kafir yang murtad dari agamanya. Hal itu mempengaruhi kehidupan kaum Muslim, sehingga kekufuran yang nyata dipertontonkan secara telanjang dalam kehidupan mereka. Sebab-sebab yang mengharuskan kaum Muslim menghadapi kesrusakan-kerusakan itu, penampakan dan bentuk-bentuknya bermacam-macam. Seperti apakah gerangan penampakan-penampakan kerusakan akidah kaum Muslim saat ini, dan bagaimana cara mengobatinya?

Sebelum melanjutkan pembahasan tentang masalah ini serta cara mengatasinya, maka sudah seharusnya kita bertasbih kepada Allah yang Maha Agung dan mensucikan syari’at-Nya yang lurus dari persangkaan bahwa syari’at ini telah lalai dalam menjelaskan pengobatan terhadap masalah-masalah seperti ini, atau tidak menjelaskan tentang praktek pengobatannya itu. Oleh karena itu, kami menyisipkan juga ke dalam tulisan ini (kritik atas) ijtihad-ijtihad aqliyah, yang melihat dan memperhatikan realita kaum Muslim dan problematikanya, kemudian mencari pengobatan yang diambil dari realita itu sendiri –bukan dari syara- sebagai sumber pemikiran, kemudian memanipulasi nash-nash serta dalil-dalil dan memelintirnya sehingga hasil ijtihad mereka tidak menggunakan dalil-dalil yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Orang yang benar-benar mengamati keyakinan kaum Muslim sekarang ini mengetahui, bahwa penampakan-penampakan utama dari kerusakan-kerusakan akidah tidak keluar dari tiga penampakan berikut ini:

1- Kelemahan iman.

2- Kekufuran-kekufuran yang tampak pada kaum Muslim.

3- Tidak menjadikan akidah Islam sebagai qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar