Minggu, 20 Maret 2011

Kerusakan Akidah; Fenomena dan Pengobatannya (2)

Kerusakan Akidah; Fenomena dan Pengobatannya (2)
PostDateIconThursday, 29 October 2009 12:04 | PostAuthorIconWritten by Shodiq Ramadhan | PDF Print E-mail

* Lintas Berita

Oleh: Ikhwanul Wa'ie

Pertama: Kelemahan Iman
Yang dimaksud dengan kelemahan iman adalah tidak adanya gambaran tentang akhirat dan hal-hal ghaib pada diri kaum Muslim yang dapat mempengaruhi perasaan dan tingkah laku mereka. Banyak sekali nash-nash yang menunjukkan bahwa keimanan bisa bertambah, bisa berkurang dan melemah.

Allah Swt berfirman:

Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). (QS. al-Fath [48]: 4)

(Yaitu) orang-orang (yang menta`ati Allah dan Rasul), yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung’. (QS. Ali Imran [3]:173)

Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata: ‘Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini? Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang mereka merasa gembira. (QS. at-Taubah [9]: 124)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (QS. al-Anfal [8]: 2)

Rasulullah saw bersabda:

Andai ditimbang imannya Abu Bakar dan iman umat ini maka iman Abu Bakar lebih berat.

Lemahnya iman seseorang meskipun amat parah tidak akan mengeluarkannya dari agama Islam dan tidak dianggap sebagai kekufuran, asalkan tidak dibarengi dengan pengingkaran kepada perkara yang qath’i yang ma’lûmun min ad-dîn bi adh-dharûrah.

Iman dan i’tiqâd memiliki arti yang sama, yaitu tashdîq al-jâzim al muthâbaq li al-wâqi’ ‘an dalîlin (pembenaran yang pasti dan sesuai dengan realita serta ada dalil atasnya). Jadi, tashdîq (pembenaran) itu kadang-kadang tidak jazm (pasti). Dengan kata lain tidak mencapai derajat yakin, contohnya adalah berita-berita yang sampai kepada kita dari seseorang yang bersifat adil, maka kita akan membenarkan berita yang dibawanya akan tetapi kita tidak menempatkan orang tadi dalam membenarkan berita yang dibawanya sampai derajat jazm (pasti). Meskipun kita membenarkan berita darinya akan tetapi masih ada kemungkinan dusta, keliru atau lalai (meskipun amat sedikit peluangnya), sehingga tidak menghasilkan jazm (kepastian). Apabila tercapai jazm maka akan tercapai iman. Sebaliknya, apabila jazm tidak tercapai maka hal itu hanya tashdîq (pembenaran) biasa.

Iman secara etimologi merupakan bentuk dari kata âmana. Di dalam kamus Lisanul Arab dikatakan, âmana yang berarti watsaqa wa ithma’annâ. Apabila dikatakan mautsûqun bihi berarti ma’mûn (aman). Jika dikatakan: âmana bi asy-syai (iman dengan sesuatu) berarti shaddaqahu wa âmina kadzibu man akhbarahu (membenarkan dan aman dari dusta atas orang yang mengkhabarkannya).

Ada beberapa aliran yang mendefinisikan iman. Kalangan Khawarij berpendapat: al-îmânu huwa ath-thâ’atu (iman adalah ketaatan). Berdasarkan definisi ini mereka mengatakan bahwa pelaku maksiat sebagai kafir, sebagaimana mereka mengkafirkan Ali, Utsman dan pihak-pihak yang menerima tahkim pada peperangan Shiffin. Adapun al-Karamiyyah mengatakan bahwa: al-îmanu iqrârun bi al-lisân (iman adalah pengakuan secara lisan). Dari sini mereka beranggapan bahwa seseorang yang menyembunyikan kekafiran tetapi secara dzahir menampakkan keimanan adalah tetap mukmin (yang sebenarnya), meskipun dia kekal di neraka. Dan orang yang menyembunyikan keimanannya bukanlah seorang mukmin, akan tetapi dia kekal di surga.

Aliran Murji’ah berpendapat bahwa: al-îmânu tashdîqun wa ma’rifatun, ‘ammâ al-‘amal falâ atsara lahu muthlaqan (iman adalah pembenaran dan pengetahuan, adapun perbuatan maka tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap iman). Mereka berpendapat bahwa lâ tadhurru ma’al îmân ma’shiyatun kama lâ tanfa’u ma’al kufri thâ’atun (suatu kemaksiatan tidak akan merusak iman sebagaimana keta’atan tidak berguna sedikitpun bagi kekafiran). Sebagian di antara mereka amat ekstrem dengan mengatakan bahwa iman adalah pembenaran dengan hati, meskipun menyatakan kekufuran dengan lisannya dan menyembah berhala.

Sementara Ahlul Hadits (yakni sebagian ahli sunnah wal jama’ah) mengatakan bahwa: al-îmânu ma’rifatun bil jinan wa iqrârun bil lisân wa ‘amalun bil arkân (iman itu adalah pembenaran dengan hati, pernyataan dengan lisan serta melaksanakan dengan perbuatan).

Kalangan al-‘Asy’ariyah dan Ahli Sunnah lainnya berpendapat bahwa: al-îmânu tashdîqun wa ammâ al-‘amal fahuwa min kamâlil îmân wa âtsarihi (iman adalah pembenaran, adapun amal perbuatan merupakan penyempurna iman dan pengaruhnya).

Masuknya (iqrârun bil lisân wal ‘amal bil jawârih, yakni pembenaran dengan lisan dan pelaksanaan dengan perbuatan) dalam definisi iman atau tidak, merupakan masalah yang harus ditinjau kembali karena akan mengakibatkan hilangnya sifat iman pada orang yang tidak melaksanakan konsekuensi dari keimanan, yang mungkin terjadi pada sebagian aliran yang ada dewasa ini. Bahkan mungkin saja akan berakibat adanya takfir (mengkafirkan) sebagian besar kaum Muslim, karena mereka meninggalkan konsekuensi-konsekunsi keimanan, sehingga pandangan terhadap kerusakan akidah pada kaum Muslim pun berbeda-beda.

Disyaratkannya iqrâr dan ‘amal dalam definisi iman yang merupakan aliran Ahli Hadits telah dikritik oleh banyak ulama akidah dan para fuqaha, seperti al-Juwaini, Imam al-Haramain, al-Baqillani dan lain-lain. Yang dikritik mereka adalah bahwa pada dasarnya harus digunakan definisi lughawî (secara bahasa) bagi iman selama tidak terdapat nash-nash syara’. Namun jika terdapat makna syar’iy-nya maka definisi lughawi tidak bisa digunakan.

Adapun nash-nash syara yang menunjukkan bahwa pembenaran dengan lisan atau perbuatan termasuk dalam definisi iman, maka nash-nash tersebut tidak dapat berfungsi sebagai qarâin (indikasi-indikasi) yang dapat mengalihkan makna lughawi kepada makna syar’iy, karena terdapat nash-nash dan dalil-dalil lain yang menunjukkan bahwa iman adalah tashdîq al-qalbi (jazm) saja. Seandainya Syâri’ telah menetapkan definisi syar’iy atas iman, maka pasti terdapat nash-nash syara’ yang menunjukkan hal itu, sebagaimana halnya definisi tentang shalat.

Dalil-dalil dan qarînah-qarînah yang menyebutkan bahwa iman hanya terbatas pada tashdîq saja banyak sekali, diantaranya adalah firman Allah Swt:

Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar. (QS. Yusuf [12]: 17)

Dalil lain adalah Ijma’, yakni bahwa iman tetap ada pada orang yang melakukan maksiat. Juga nash yang menunjukkan bahwa syara’ memerintahkan untuk beramal setelah penetapan iman, seperti firman Allah Swt:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. al-Baqarah [2]: 183)

Syara’ juga membedakan antara iman dan amal ketika memisahkan keduanya dengan wawu ‘athaf, seperti dalam firman Allah Swt:

‘Athaf digunakan untuk membedakan. Dalil lainnya adalah bahwa hukum-hukum syara’ yang hanya ditujukan kepada orang-orang yang beriman, juga ditujukan kepada orang-orang yang fasik, seperti juga ditujukan kepada orang-orang yang bertakwa. Ini berarti bahwa orang yang fasik dimasukkan dalam kriteria orang-orang yang beriman, dan jika dia mati maka dikuburkan di pemakaman kaum Muslim; dia dishalatkan, warisannya dibagi-bagikan dan lain-lain.

Selain itu, nash-nash berbagai hadits yang memasukkan iqrâr atau amal dalam definisi iman merupakan nash-nash tasyri’iyyah (yang mengandung hukum-hukum) bukan nash-nash ta’rifiyyah (untuk definisi saja). Nash-nash tersebut antara lain:

Orang yang beriman itu adalah orang yang manusia merasa aman terhadapnya.

Muslim itu adalah orang yang tidak menyakiti muslim (lainnya) dengan lisan dan tangannya.

Orang yang pailit (bangkrut) di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat nanti dan dia telah mencaci orang ini….

Nash-nash tersebut dan yang semisalnya tidak dimaksudkan untuk mendefinisikan sesuatu tetapi lebih ditujukan untuk memberikan petunjuk dan ajakan untuk mengerjakan suatu perbuatan tertentu. Oleh karena itu makna yang ada di dalam nash-nash tadi dipalingkan kepada kesempurnaan iman atau hasil-hasilnya, bukan dititik beratkan pada adanya iman. Orang-orang Arab di dalam asâlib (gaya-gaya bahasa) yang mereka gunakan terkadang menamakan sesuatu dengan sesuatu yang merupakan hasil (akibat) dari suatu perkara, atau menamakan sesuatu dengan sebab terjadinya suatu perkara. Adapun hadits:

Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkannya dengan lisan serta melaksanakan dengan amal perbuatan.

Tidak mencapai derajat hadits marfu’. Itu merupakan atsar sebagaimana telah disebutkan oleh al-Baqillaani.

Demikian juga nash-nash yang menyatakan bahwa iman telah hilang dari orang yang mengerjakan perbuatan tertentu, atau mensifatinya dengan kekufuran, atau menyebutkannya sebagai jahiliyah, seperti hadits: Tidaklah akan berzina seorang pezina ketika ia berzina sedangkan dia beriman.

Demi Allah, tidak beriman…orang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan.

Barangsiapa yang tidak memotong kumisnya maka dia tidak termasuk golongan kami.

Barangsiapa yang mati dan dipundaknya tidak ada bai’at maka sungguh dia telah mati jahiliyah.

Jika merujuk kepada nash-nash sebelumnya yang membedakan antara tashdîq dan amal serta berdasarkan pada definisi secara bahasa –yang sebenarnya- maka makna nash-nash ini harus dipalingkan. Disamping itu nash-nash tersebut tidak ditujukan untuk mendefinisikan esensi seorang mukmin dan esensi iman. Nash-nash ini hanya menafikan kesempurnaan iman (kamâl al-imân) dan kebenarannya, bukan menafikan eksistensinya. Artinya, nash-nash ini hanya berupa indikasi-indikasi (qarâ’in) kearah keharaman, dan jika perbuatan itu dilakukan berakibat mendapatkan siksa.

Dengan demikian maka kelemahan iman dan tidak tampaknya pengaruh iman tersebut di dalam tingkah laku, tidak akan mengeluarkan seseorang dari agama Islam, kecuali jika bercampur dengan pengingkaran kepada hal-hal yang ma’lûmun min ad-dîn bi adh-dharûrah.

Begitu juga lemahnya iman tidak mempengaruhi pada tashdîq al-jâzim (pembenaran yang pasti) sehingga menjadikannya ghaira jâzim (pembenaran yang tidak pasti). Sebab, hakekat perkara yang qath’i akan tetap qath’i, baik sudah tertanam di dalam benak dan mempengaruhi tingkah laku atau pun belum hadir di dalam benak ketika melaksanakan amal perbuatan. Dalam dua kondisi tersebut tetap saja merupakan hakekat yang qath’i dan jâzim.

Berdasarkan hal ini tingkatan paling rendah dari lemahnya iman tetap saja dianggap iman, dan dianggap pembenaran yang pasti. Meskipun demikian pembenaran yang pasti saja tidak cukup untuk memperoleh ridha Allah, tetapi juga harus menta’ati-Nya serta konsekuen melaksanakan segala perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. (bersambung)

Kerusakan Akidah; Fenomena dan Pengobatannya (Bagian 1)

Kerusakan Akidah; Fenomena dan Pengobatannya (Bagian 1)
PostDateIconWednesday, 21 October 2009 12:13 | PostAuthorIconWritten by Shodiq Ramadhan | PDF Print E-mail

* Lintas Berita

Oleh: Ikhwanul Wa’ie

Tidak diragukan lagi bahwa umat Islam saat ini hidup dimasa yang paling hitam, mengalami kelemahan dan perpecahan yang tidak ada tolok bandingnya sepanjang sejarah hidupnya. Umat-umat lain memperebutkan kaum Muslim seperti mereka memperebutkan makanan yang tersaji di meja makan. Musuh-musuh Islam telah mendominasi kaum Muslim; memaksakan kehendak dan keinginannya; mereka menggiringnya bagai menggiring binatang ternak menuju kehancurannya, sementara umat bersikap pasrah dan tidak berdaya.

Pada akhirnya, umat merubah identitas Rabbaninya; menghapuskan kepribadian Islamnya; dan menyusupkan secara perlahan-lahan pemikiran Barat penjajah, sistem peraturan dan gaya hidupnya. Yang keluar dari balik mantel generasi muda yang tidak mengenal Islam tidak lain hanya sekedar nama, tidak mengetahui al-Qur’an kecuali tulisannya, tidak diketahui dari agamanya kecuali hanya sebagian perkara ibadah, ritual dan akhlak.

Generasi yang amat awam terhadap peraturan-peraturan Islam dalam masalah mu’amalah maupun interaksi-interaksi antar manusia. Dengan sendirinya generasi muda ini akan bertahkim -baik secara suka rela maupun terpaksa- kepada sistem peraturan Barat yang kafir, berpikir seperti halnya Barat berpikir, berorientasi seperti orientasi mereka, bahkan berguru di bawah telapak kaki Barat untuk memperoleh pemikiran dan ilmu yang akan menjadi pedoman hidupnya, dan yang akan menduduki posisi sebagai penguasa, yang berhak mengeluarkan perintah dan larangan.

Sungguh mengherankan kondisi kaum Muslim seperti itu. Padahal umat ini -tidak seperti umat-umat lain- memiliki masa lalu yang gemilang dan sejarah yang agung; sejarah yang penuh dengan kepahlawanan dan kemenangan; sejarah yang menggambarkan kepemimpinan dunia seluruhnya. Umat Islam pada waktu itu merupakan zahratu ad-dunyâ (pusat peradaban dunia) selama berabad-abad; sejarah yang memberikan kepada umat ini pelajaran hidup yang amat berharga karena telah mengalami pasang surut, kemajuan, kemunduran, dinamika dan kevakuman, kuat dan lemah.

Berbagai kondisi pernah dirasakannya, keadaan yang bermacam-macam bukanlah sesuatu yang baru baginya, sehingga berdiri menyongsong seluruh problematika dengan penuh ketenangan, tidak bingung atau pun gugup. Ketegaran sikap itu bisa dilakukan oleh umat kecuali untuk satu keadaan saja, yaitu tatkala runtuhnya negara Khilafah Islam, dan lenyaplah eksistensinya dari muka bumi. Keadaan seperti itu belum pernah dialaminya sepanjang usianya, sejak Rasul pilihan, Muhammad saw, mendirikan Daulah Islamiyah di Madinah hingga periode dimana Barat imperialis kafir meruntuhkannya pada awal abad ini.

Kondisi umat yang berada dalam keadaan hina amatlah mengherankan, padahal dia- tidak seperti umat-umat lainnya- adalah pemilik dari kekayaan pemikiran dan kekayaan perundang-undangan yang amat luar biasa. Umat ini bukan hanya memiliki sumber-sumber perundang-undangan yang mencakup seluruh aspek kehidupan, tetapi juga memiliki warisan yang tiada ternilai yang ditinggalkan oleh para ulamanya yang cerdas di berbagai cabang ilmu pengetahuan. Sampai-sampai jika seseorang membahas satu masalah di bidang ekonomi, sosial atau politik –misalnya- maka dia pasti akan menemukan dalam turats (khasanah)nya berbagai tulisan yang sangat banyak yang membahas masalah tersebut dengan pembahasan yang mendalam dan pemikiran yang cemerlang.

Betapa amat mengherankan, umat yang besar ini berada dalam keadaan hina, mendengar seluruh teriakan dan mengikuti orang-orang kafir lagi dzalim, padahal umat ini –tidak seperti umat-umat lain- memiliki beban (kewajiban) untuk menyebarluaskan risalah Islam kepada seluruh umat manusia. Seharusnya dialah yang patut didengar oleh umat-umat lain, bukan sebagai pendengar (obyek). Selayaknya umat ini memperoleh derajat yang mulia dan diikuti (diteladani), bukan malah hina dan membebek. Sepatutnya umat ini menjadi pengajar umat manusia, bukan umat yang belajar (diajar). Artinya, umat ini ditengah-tengah umat manusia lainnya harus menjadi seperti Rasulullah di tengah-tengah umatnya. Allah Swt berfirman:

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. (QS. al-Baqarah [2]: 143)

Sesungguhnya kelemahan politik dan kemunduran kaum Muslim itu diikuti oleh adanya kerusakan yang besar di dalam akidah mereka. Kerusakan-kerusakan itu meskipun belum mengeluarkan kaum Muslim dari agama Islam, akan tetapi telah benar-benar mengeluarkan sebagian mereka dari akidah, sehingga mereka menjadi orang-orang kafir yang murtad dari agamanya. Hal itu mempengaruhi kehidupan kaum Muslim, sehingga kekufuran yang nyata dipertontonkan secara telanjang dalam kehidupan mereka. Sebab-sebab yang mengharuskan kaum Muslim menghadapi kesrusakan-kerusakan itu, penampakan dan bentuk-bentuknya bermacam-macam. Seperti apakah gerangan penampakan-penampakan kerusakan akidah kaum Muslim saat ini, dan bagaimana cara mengobatinya?

Sebelum melanjutkan pembahasan tentang masalah ini serta cara mengatasinya, maka sudah seharusnya kita bertasbih kepada Allah yang Maha Agung dan mensucikan syari’at-Nya yang lurus dari persangkaan bahwa syari’at ini telah lalai dalam menjelaskan pengobatan terhadap masalah-masalah seperti ini, atau tidak menjelaskan tentang praktek pengobatannya itu. Oleh karena itu, kami menyisipkan juga ke dalam tulisan ini (kritik atas) ijtihad-ijtihad aqliyah, yang melihat dan memperhatikan realita kaum Muslim dan problematikanya, kemudian mencari pengobatan yang diambil dari realita itu sendiri –bukan dari syara- sebagai sumber pemikiran, kemudian memanipulasi nash-nash serta dalil-dalil dan memelintirnya sehingga hasil ijtihad mereka tidak menggunakan dalil-dalil yang berkaitan dengan masalah tersebut.

Orang yang benar-benar mengamati keyakinan kaum Muslim sekarang ini mengetahui, bahwa penampakan-penampakan utama dari kerusakan-kerusakan akidah tidak keluar dari tiga penampakan berikut ini:

1- Kelemahan iman.

2- Kekufuran-kekufuran yang tampak pada kaum Muslim.

3- Tidak menjadikan akidah Islam sebagai qiyadah fikriyah (kepemimpinan berpikir).

Orang-orang yang Amalnya Tidak Berpahala

Orang-orang yang Amalnya Tidak Berpahala
PostDateIconTuesday, 11 May 2010 14:50 | PostAuthorIconWritten by Shodiq Ramadhan | PDF Print E-mail

* Lintas Berita

alt
Oleh: Hartono Ahmad Jaiz

Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi Muhammad saw banyak yang menegaskan tidak adanya pahala bagi orang kafir, musyrik, munafiq, tidak beriman, dan bahkan orang Islam yang berbuat baiknya bukan karena Allah swt tetapi karena riya’, yaitu pamer kebaikan untuk dilihat orang lain. Bukan ikhlas karena Allah swt. Sehingga dari ayat-ayat dan hadits Nabi saw telah jelas bahwa orang kafir, baik mereka itu dari Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) yang tidak masuk Islam, maupun orang-orang kafir musyrik (bukan Ahli Kitab, beragama apapun) maka tidak ada pahala bagi mereka, dan kelak di akherat kekal di neraka. Itu jelas dalam Al-Qur’an Surat Al-Bayyinah ayat 6.

Selain orang kafir, orang yang mengaku Islam tetapi sebenarnya kafir (yaitu munafiq), mereka juga tidak ada pahala apa-apa di akherat.

Orang kafir dan munafiq (menampakkan dirinya Islam tetapi hatinya kafir) itu agamanya sama, yaitu agama kekafiran. Orang kafir itu sendiri agamanya berbeda-beda, hanya saja di dalam istilah Islam sudah dikategorikan bahwa al-kufru millah waahidah, kekafiran itu adalah agama yang satu. Berbeda-beda agamanya (yakni selain Islam) tetapi sama kafirnya. Itu semua mereka tidak berpahala, dan di akherat kelak tempatnya di neraka selama-lamanya. Itu jelas dalam Al-Qur’an:
Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (QS Al-Bayyinah/ 98: 6).

Ayat-ayat tentang hapusnya amal
Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi. (QS Al-Maaidah/ 5 : 5).

Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS Al-An’aam/ 6: 88).

Mereka bakhil terhadapmu apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam, sedang mereka bakhil untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapuskan (pahala) amalnya. Dan yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS Al-Ahzab/ 33: 19).

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka. (QS Muhammad/ 47: 9).

Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan (karena) mereka membenci (apa yang menimbulkan) keridhaan-Nya; sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka. (QS Muhammad/ 47: 28).

Sesungguhnya orang-orang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah serta memusuhi rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudharat kepada Allah sedikitpun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka. (QS Muhammad/ 47: 32).

Jika mereka yang kamu seru itu tidak menerima seruanmu (ajakanmu) itu maka (katakanlah olehmu): "Ketahuilah, sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?"

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.

Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS Hud/ 11 : 14, 15, 16).

Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani Israil berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)".

Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan. (QS Al-A’raaf/ 7 : 138, 139).

Hadits dan tafsir tentang batalnya amal hingga tak berpahala
Riwayat dari Abi Waqid Al Laitsi, ia berkata: “Kami keluar kota Madinah bersama Rasulullah menuju perang Hunain, maka kami melalui sebatang pohon, aku berkata: “Ya Rasulullah jadikanlah bagi kami pohon “dzatu anwaath” (pohon yang dianggap keramat) sebagaimana orang kafir mempunyai “dzatu anwaath”. Dan adalah orang-orang kafir menggantungkan senjata mereka di pohon dan beri’tikaf di sekitarnya. Maka Rasulullah menjawab: “Allah Maha Besar, permintaanmu ini seperti permintaan Bani Israil kepada Nabi Musa: (`Jadikanlah bagi kami suatu sembahan, sebagaimana mereka mempunyainya`), sesungguhnya kamu mengikuti kepercayaan orang sebelum kamu.” (HR Ahmad dan Al-Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah, hadits no 267).

Tafsir Al-Qur’an keluaran Departemen Agama RI mengulas sebagai berikut:

Kenyataan tentang adanya kepercayaan itu diisyaratkan hadits di atas pada masa dahulu dan masa sekarang hendaknya merupakan peringatan bagi kaum muslimin agar berusaha sekuat tenaga untuk memberi pengertian dan penerangan, sehingga seluruh kaum muslimin mempunyai akidah dan kepercayaan sesuai dengan yang diajarkan agama Islam. Masih banyak di antara kaum muslimin yang masih memuja kuburan, mempercayai adanya kekuatan gaib pada batu-batu, pohon-pohon, gua-gua, dan sebagainya. Karena itu mereka memuja dan menyembahnya dengan ketundukan dan kekhusyukan, yang kadang-kadang melebihi ketundukan dan kekhusyukan menyembah Allah sendiri.

Banyak juga di antara kaum muslimin yang menggunakan perantara (wasilah) dalam beribadah, seakan-akan mereka tidak percaya bahwa Allah Maha Dekat kepada hamba-Nya dan bahwa ibadah yang ditujukan kepada-Nya itu akan sampai tanpa perantara. Kepercayaan seperti ini tidak berbeda dengan kepercayaan syirik yang dianut oleh orang-orang Arab Jahiliyyah dahulu, kemungkinan yang berbeda hanyalah namanya saja. (Al-Qur’an dan Tafsirnya, Departemen Agama RI, Jakarta, 1985/ 1986, jilid 3, halaman 573-574).

Imam Al-Baghowi menjelaskan dalam tafsirnya:
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (QS Hud/ 11 : 16)

Para ulama berbeda pendapat dalam makna ayat ini. Mujahid berkata: Mereka itu adalah ahli riya’ (pemilik sikap riya’, sombong, pamer). Kami telah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda:

“Sesungguhnya yang paling saya khawatirkan atas kalian adalah syirik kecil”. Mereka (para sahabat) bertanya: “Ya Rasulallah, apakah syirik kecil itu?” Beliau menjawab: “Riya’” (sombong, pamer). Allah berfirman di hari qiyamat ketika membalas manusia dengan perbuatan-perbuatan mereka: “Pergilah kalian ke orang-orang yang kalian pameri di dunia, maka lihatlah apakah kalian dapati balasan (pahala) di sisi mereka?” (HR Ahmad).

(Pendapat lain) dikatakan: (Makna ayat) ini mengenai orang kafir. Adapun orang mukmin, maka menginginkan dunia dan akherat, sedang keinginannya untuk akherat itu dominan, maka dibalas kebaikan-kebaikannya di dunia, dan diberi pahala atas kebaikan-kebaikannya itu di akherat. Kami telah meriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla tidak mendhalimi orang mukmin satu kebaikan pun, maka orang mukmin itu diberi atas perbuatan baiknya (berupa) rizki di dunia, dan diganjar kebaikan-kebaikannya itu di akherat. Adapun orang kafir maka diberi (balasan) kebaikan-kebaikannya di dunia sehingga begitu habis (kebaikannya) lalu ke akherat tidak ada kebaikan lagi baginya yang akan diberikan sebagai (balasan) kebaikan. (HR Muslim dan Ahmad). (Al-Baghowi, Tafsir Al-Baghowi/ Ma’alimut Tanzil, Daru Thibah, Riyad, cetakan 4, 1417H/ 1997M, juz 4 halaman 166).

Kematian mendadak semakin banyak di akhir zaman, waspadalah!

Kematian mendadak semakin banyak di akhir zaman, waspadalah!

Saif Al Battar

Ahad, 6 Februari 2011 13:22:20

Hits: 453

Oleh: Ustadz Abu Harits Badru Tamam, Lc

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala limpahan nikmat. Tidak ada satu nikmat kecuali itu berasal dari-Nya. Karenanya, kita harus senantiasa bersyukur kepada-Nya dengan menggunakan segala nikmat untuk taat kepada-Nya.

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah yang senantiasa bersyukur kepada Allah dengan memperbanyak ibadah kepada-Nya hingga bengkak kedua kakinya. Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga dan para sahabatnya serta siapa saja yang meniti sunnah-sunnahnya.

Kabar duka menimpa anak negeri ini dini hari tadi sekitar pukul 00.00 WIB (Sabtu, 5 Februari 2011). Raden Pandji Chandra Pratomo Samiadji Massaid atau yang lebih dikenal dengan Adjie Massaid, politikus senayan dari partai Demokrat menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Fatmawati Jakarta Selatan. Kabarnya, ia meninggal karena serangan jantung setelah sebelumnya sempat bermain futsal.

Kematian Adjie yang bertubuh atletis dan dikenal memiliki gaya hidup sehat dengan rajin berolahraga, tergolong mendadak. Sehingga mengejutkan semua pihak, (tulis Kompas.com/ Sabtu, 5 Februari 2011). Bahkan menurut rekan se-profesi dan satu partai dengannya, Ruhut Sitompul, selama ini Adjie tidak pernah mengeluh tentang penyakitnya.

"Saya kaget. Enggak ada tanda-tanda, siang masih sama saya, rapat fraksi. Kami pisah dia mau Jumatan (shalat Jumat)," katanya ketika ditemui di kediaman Adjie, Jalan Taman Cilandak II Blok E Nomor 14, Cilandak Barat, Jakarta, Sabtu (5/2/2011).

Kematian Datang Tanpa Diundang

Sesungguhnya kematian merupakan misteri bagi manusia. Tak seorangpun yang tahu kapan datangnya. Namun satu kepastian bahwa ajal (waktu kematian) seseorang sudah tercatat jauh hari di Lauhul Mahfudz sebelum manusia diciptakan. Dan ketika seseorang sudah tiba ajalnya, maka tidak bisa diajukan barang sesaat ataupun diundurkan. Allah Ta'ala berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al A'raf: 34)

Setelah kematian maka kesempatan beramal telah habis. Manusia akan mendapatkan balasan dari amal-amal perbuatannya di alam kubur, berupa nikmat atau adzab kubur. Dan ketika sudah terjadi kiamat, dia akan dibangkitkan dan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah.

"Maka barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS.Al-A'raf:35)

Sedangkan orang yang kafir dan ingkar terhadap kebenaran Islam, "Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya."(QS.Al-A'raf:36)

Kematian Mendadak Semakin Marak di Akhir Zaman

Kasus Meninggal mendadak seperti yang terjadi pada Adjie Massaid sudah atau sering kita dengar dalam keseharian kita. Dan di akhir zaman, jumlahnya semakin banyak sebagimana yang diungkapkan oleh Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al Wabil dalam kitabnya Asyratus Sa'ah.

Dalam kitabnya tersebut, Yusuf al-Wabil menyebutkan bahwa kematian yang datang tiba-tiba atau mendadak merupakan salah satu dari tanda dekatnya kiamat. Hal ini didasarkan pada beberapa kabar hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Salah satunya hadits marfu' dari Anas bin Malik radliyallah 'anhu,

إِنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ . . . أَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجْأَةِ

"Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah . . . akan banyak kematian mendadak." (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 5899)

Fenomena kematian mendadak ini sudah sering kita saksikan pada masa sekarang. Orang yang sebelumnya sehat bugar, -beraktifitas seperti biasa, atau bahkan berolah raga sepak bola, futsal, badminton dan semisalnya- tiba-tiba ia terjatuh lalu meninggal dunia. Hal ini dibenarkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) berdasarkan sebuah penelitian, setiap tahunnya banyak orang meninggal karena stroke dan serangan jantung. Bahkan disebutkan kalau penyakit jantung menempati urutan pertama yang banyak menyebabkan kematian pada saat ini.

Dalam hadits di atas terdapat mukjizat ilmiah yang kita benarkan melalui kajian kedokteran yang harus diakui. Mukjizat ini membuktikan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah utusan Allah yang tidak berbicara berdasar hawa nafsunya, tapi yang beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepada beliau.

Rasanya orang yang hidup pada zaman Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tak pernah membayangkan akan datangnya zaman yang merebaknya kematian mendadak, kecuali berdasarkan wahyu ilahi yang menyingkap fenomena ini.

Maksud Kematian Mendadak

Banyak sebab kematian, tapi kematian itu tetap satu. Hal ini menunjukkan bahwa kematian memiliki sebab, seperti sakit, kecelakaan, atau bunuh diri dan semisalnya. Sedangkan kematian yang tanpa didahului sebab itulah maksud kematian yang mendadak yang belum bisa diprediksi sebelumnya.

Seiring majunya ilmu kedokteran, manusia bisa menyingkap tentang sebab kematian seperti kanker, endemik, atau penyakit menular. Penyakit-penyakit ini mengisyaratkan dekatnya kematian, tetapi sebab yang utama adalah mandeknya jantung secara tiba-tiba yang datang tanpa memberi peringatan.

Para ulama mendefinisikan kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang terkena serangan jantung.

Imam al-Bukhari dalam shahihnya membuat sebuah bab, بَاب مَوْتِ الْفَجْأَةِ الْبَغْتَةِ "Bab kematian yang datang tiba-tiba". Kemudian beliau menyebutkan hadits Sa'ad bin 'Ubadahradliyallah 'anhu ketika berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku yakin seandainya ia berbicara sebelum itu, pastilah dia ingin bersedekah. Maka dari itu, apakah dia akan mendapat pahala apabila jika aku bersedekah untuknya?" Beliaupun menjawab, "Ya". (Muttafaq 'alaih)

Kematian Mendadak Dalam Pandangan Ulama

Sebagian ulama salaf tidak menyukai kematian yang datang secara mendadak, karena dikhawatirkan tidak memberi kesempatan seseorang untuk meninggalkan wasiat dan mempersiapkan diri untuk bertaubat dan melakukan amal-amal shalih lainnya. Ketidaksukaan terhadap kematian mendadak ini dinukil Imam Ahmad dan sebagian ulama madzhab Syafi'i. Imam al-Nawawi menukil bahwa sejumlah sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan orang-orang shalih meninggal secara mendadak. An-Nawawi mengatakan, "Kematian mendadak itu disukai oleh para muqarrabin (orang yang senantiasa menjaga amal kebaikan karena merasa diawasi oleh Allah)." (Lihat (Fathul Baari: III/245)

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Dengan demikian, kedua pendapat itu dapat disatukan." (Fathul Baari: III/255)

Terdapat keterangan yang menguatkan bahwa kematian mendadak bagi seorang mukmin tidak layak dicela. Dari Abdullah bin Mas'ud radliyallah 'anhu, dia berkata, "Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir." Ini adalah lafadz Abdul Razaq dan al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir, sedangkan lafadz Ibnu Abi Syaibah, "Kematian mendadak merupakan istirahat (ketenangan) bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang kafir." (HR. Abdul Razaq dalam al Mushannaf no. 6776, al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir no. no. 8865)

Dari Aisyah radliyallah 'anha, berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengenai kematian yang datang tiba-tiba. Lalu beliau menjawab,

رَاحَةٌ لِلْمُؤْمِنِ وَأَخْذَةُ أَسَفٍ لِفَاجِرٍ

"Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi orang-orang jahat." (HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dha'if al Jami' no. 5896)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dan Aisyah radliyallah 'anhuma, keduanya berkata, "Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih sayang bagi orang mukmin dan kemurkaan bagi orang dzalim." (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf III/370, dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al Kubra III/379 secara mauquf).

Alangkah indahnya hadits yang dijadikan sebagai penguat oleh Imam al-Baihaqi dalam al Sunan al-Kubra pada kitab "Al-Janaiz" Bab, "Fi Mautil Faj'ah", dari hadits Abu Qatadah, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah dilalui iring-iringan jenazah. Beliau lalu bersabda, "Yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya?" Beliau menjawab,

الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ

"Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya, kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba, negeri, pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan tenang) darinya." (HR. Muslim no. 950, Ahmad no. 21531)

Kematian mendadak yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya. Dia merdeka dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnah-fitnahnya. Sedangkan Kematian mendadak yang dialami seorang fajir merupakan kabar gembira bagi hamba Allah. Mereka akan terbebas dari gangguannya. Di antara gangguannya adalah kedzalimannya terhadap mereka, kesenangannya melakukan kemungkaran dan jika diingatkan malah menantang dan itu menyulitkan mereka. Jika diingatkan malah menyakiti dan bila didiamkan mereka menjadi berdosa. Sedangkan istirahatnya binatang adalah dikarenakan sang fajir tadi selalu menyakiti dan menyiksanya serta membebani di luar kemampuannya, tidak memberinya makan dan yang lainnya. Sedangkan istirahatnya negeri dan pepohonan adalah karena perbuatan jahat sang fajir hujan tidak turun, dia mengeruk kekayaannya dan tidak mengairinya.

"Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir." Ibnu Mas'ud

Menyikapi Kematian Mendadak

Bagi orang yang berakal sehat tentu akan mengambil pelajaran dari fenomena yang ia saksikan. Terlebih fenomena tersebut telah disampaikan oleh orang yang terpercaya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Maka sepantasnya ia segera kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, sebelum kematian itu menjemputnya.

Imam al-Bukhari pernah berkata,

"Peliharalah waktu ruku'mu ketika senggang. Sebab, boleh jadi kematian akan datang secara tiba-tiba. Betapa banyaknya orang yang sehat dan segar bugar. Lantas meninggal dunia dengan tiba-tiba"

Dan setelah memahami adanya kematian yang mendadak, dan semakin sering terjadi pada akhir zaman (termasuk zaman kita ini), hendaknya kita mempersiapkan diri dengan bersegera menyambut seruan Allah untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Dan perintah Allah yang paling utama adalah memurnikan tauhid kepada-Nya semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, baik dalam masalah ibadah dan pengabdian, juga dalam masalah ketaatan dan ketundukan kepada syariat-Nya.

Sesungguhnya kematian akan tetap datang ke manapun kita lari dan di manapun kita sembunyi. Tidak ada kekuatan di alam raya yang bisa melawan ketetapan ilahi ini. Dan setelah kematian, setiap orang akan mendapat balasan dari amal yang telah dikerjakannya di dunia. Maka bertakwalah kepada Allah, Wahai hamba-hamba Allah! Janganlah engkau menjadi orang yang menyesal ketika kematian datang dan minta diberi kesempatan untuk beramal. Sesungguhnya ajal tidak bisa ditangguhkan dan tidak bisa ditunda barang sesaat.

Ketahuilah! sesungguhnya dunia ini terus berjalan ke belakang meninggalkanmu, dan akhirat berjalan mendatangi. Ingatlah saat kematian dan perpindahan ke alam Barzah. Dan (ingatlah) yang akan tergambarkan di hadapanmu, berupa banyaknya keburukan dan sedikitnya kebaikan. Maka, apa yang ingin engkau amalkan pada saat itu, segeralah amalkan sejak hari ini. Dan apa yang ingin engkau tinggalkan saat itu, maka tinggalkanlah sejak sekarang.

Maka seandainya setelah mati, kamu dibiarkan. Sesungguhnya kematian itu merupakan kenyamanan bagi seluruh yang hidup. Namun. jika kamu telah mati, kamu pasti dibangkitkan dan akan ditanya tentang segala sesuatu, lalau diberi balasan dari setiap perbuatan. Kalau seperti itu, maka kematian merupakan sesuatu yang menakutkan dan menghawatirkan. Wallahu Ta'ala a'lam!

(voa-islam/arrahmah.com)

Source: http://arrahmah.com/read/2011/02/06/10897-kematian-mendadak-semakin-banyak-di-akhir-zaman-waspadalah.html#ixzz1H8SPtfqC

Apa dosa Ulil terhadap Islam dan kaum Muslimin sehingga harus dibunuh?

Apa dosa Ulil terhadap Islam dan kaum Muslimin sehingga harus dibunuh?

M. Fachry

Jum'at, 18 Maret 2011 11:23:53

Hits: 5063

Ulil Abshar Abdalla, tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) dikirimi paket buku berisi bom, Selasa (15/3/2011) di KBR 68 H, Utan Kayu, Jakarta Timur. Buku berisi bom tersebut berjudul "Mereka Harus Dibunuh! Karena Dosa-Dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslimin". Apa dosa Ulil terhadap Islam dan kaum Muslimin sehingga harus dibunuh?

Dosa Ulil terhadap Islam dan kaum Muslimin

Tidak aneh jika Ulil, tokoh JIL menjadi target pembunuhan. Track record lelaki kelahiran Pati, Jawa Tengah, 11 Januari 1967 ini sudah dikenal "anti" syariat Islam. Pada 18 November 2002, Ulil menulis artikel di harian umum Kompas berjudul "Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam" yang menuai fatwa hukum mati dari Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI).

Dalam artikel yang menghebohkan tersebut, Ulil mengobok-obok Islam sesadis-sadisnya yang tentu saja menjadi dosa Ulil terhadap Islam dan kaum Muslimin paling parah dan takkan pernah terlupakan. Dalam artikel tersebut Ulil menistakan syariat Islam, dan menganggapnya hanya sebagai budaya Arab.

"Aspek-aspek Islam yang merupakan cerminan kebudayaan Arab, misalnya, tidak usah diikuti. Contoh, soal jilbab, potong tangan, qishash, rajam, jenggot, jubah, tidak wajib diikuti, karena itu hanya ekspresi lokal partikular Islam di Arab. Aspek-aspek Islam yang merupakan cerminan kebudayaan Arab, misalnya, tidak usah diikuti. Contoh, soal jilbab, potong tangan, qishash, rajam, jenggot, jubah, tidak wajib diikuti, karena itu hanya ekspresi lokal partikular Islam di Arab."

Ulil tidak mengimani syariat Islam atau yang disebutnya sebagai hukum Tuhan.

"Menurut saya, tidak ada yang disebut "hukum Tuhan" dalam pengertian seperti dipahami kebanyakan orang Islam. Misalnya, hukum Tuhan tentang pencurian, jual beli, pernikahan, pemerintahan, dan sebagainya. Yang ada adalah prinsip-prinsip umum yang universal yang dalam tradisi pengkajian hukum Islam klasik disebut sebagai maqashidusy syari'ah, atau tujuan umum syariat Islam."

Lebih jauh, Ulil juga menghina insan termulia dalam Islam, nabi Muhammad SAW., dan menganggapnya banyak kekurangan.

"Bagaimana meletakkan kedudukan Rasul Muhammad SAW dalam konteks pemikiran semacam ini? Menurut saya, Rasul Muhammad SAW adalah tokoh historis yang harus dikaji dengan kritis, (sehingga tidak hanya menjadi mitos yang dikagumi saja, tanpa memandang aspek-aspek beliau sebagai manusia yang juga banyak kekurangannya), sekaligus panutan yang harus diikuti (qudwah hasanah).

Ulil bahkan membenarkan semua agama, mencampuradukan dan mengatakan kebenaran Islam ada dalam filsafat Marxisme.

"Saya berpandangan lebih jauh lagi: setiap nilai kebaikan, di mana pun tempatnya, sejatinya adalah nilai Islami juga. Islam-seperti pernah dikemukakan Cak Nur dan sejumlah pemikir lain-adalah "nilai generis" yang bisa ada di Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu, Yahudi, Taoisme, agama dan kepercayaan lokal, dan sebagainya. Bisa jadi, kebenaran "Islam" bisa ada dalam filsafat Marxisme."

Dari artikel Ulil di tahun 2002 yang dimuat Kompas saja, dosa-dosa Ulil kepada Islam dan kaum Muslimin dianggap tidak dapat diampuni. Sayangnya, Ulil tidak berhenti menghina Islam dan kaum Muslimin.

Di tahun 2005, dari Boston dia menulis sebuah surat yang lagi-lagi menistakan Islam dan menbuat heboh. Dalam surat tersebut Ulil mengatakan yang salah saat ini bukan hanya umat Islam, tetapi Islam itu sendiri.

"Menurut saya, memang ada yang salah saat ini, bukan pada umat Islam, tetapi pada Islam itu sendiri. Kalau hal ini tidak diakui, maka "kultur kematian" (saya tak mau menyebutnya sebagai "martyrdom") seperti yang meledak di Bali itu akan terus-menerus mewarnai Islam,
di masa-masa mendatang. Hanya saat umat Islam menyadari kesalahan itu, dan mengakuinya sebagai sejenis penyakit, maka mereka akan segera bergegas ke
dokter, dan mencari pengobatan. "Politic of denial", menolak terus-menerus, sambil mengatakan bahwa "Ini bukan Islam, ini oknum," hanya memperpanjang umur penyakit itu, akan membuatnya kian kronis, dan menggerogoti Islam sendiri. Kultur itu hanyalah
parasit yang harus segera dipotong."

Dosa Ulil dan JIL Menuai Adzab & Bencana

Dosa-dosa Ulil secara khusus dan JIL secara umum terhadap Islam dan Kaum Muslimin tersebut bisa jadi merupakan penyebab dirinya dikirimi paket buku berisi bom. Hal ini terlihat dari judul buku "Mereka Harus Dibunuh! Karena Dosa-Dosa Mereka terhadap Islam dan Kaum Muslimin" yang dikirim seseorang bernama Drs. Sulaiman Azhar, Lc dan mengaku berasal dari Ciomas, Bogor.

Dalam surat tersebut, pengirim menjelaskan bahwa tema bukunya adalah "Deretan nama dan dosa-dosa tokoh Indonesia yang pantas dibunuh". Dalam buku berjumlah halaman 412 tersebut, nama Ulil tentu saja dipastikan ada walaupun entah di urutan keberapa dan apakah buku tersebut betul-betul telah ditulis dan diterbitkan.

Nama Ulil dalam buku berjudul "50 Tokoh Islam Liberal Indonesia" yang ditulis oleh Budi Handrianto dan diterbitkan oleh Hujjah Press, menempati urutan ke 48 dan termasuk ke dalam kategori "Para Penerus Perjuangan" JIL Indonesia. Di urutan ke 49, terdapat nama Zuhairi Misrawi, yang uniknya juga nyaris dibunuh karena kiprahnya di JIL. Juga Masdar F Mas'udi (urutan ke 19 dan masuk kategori senior JIL).

Berikut kronologis peristiwanya sebagaimana terdapat dalam buku "Kekafiran Berfikir Sekte Paramadina, Wihdah Press, 2004, hlm 146).

Medio Februari 2004 publik muslim Mesir dan Indonesia geger dengan peristiwa ancaman bunuh terhadap Masdar F Mas'udi dan Zuhairi Misrawi oleh Limra Zainuddin, Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir.

Masdar F Mas'udi, Direktur Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Jum'at sore di bulan Februari 2004 berada di Hotel Sonesta, Kairo. Ia berada di sana karena memiliki gawe bertajuk "Pendidikan dan Bahtsul Masail Islam Emansipatoris". Acara ini akan dilangsungkan di hotel bintang lima tersebut, Sabtu hingga Senin. Kegiatan tersebut merupakan kerja sama P3M, Kekatiban Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), dan organisasi mahasiswa setempat, "Sanggar Strategi TEROBOSAN". Pesertanya sekitar 75 mahasiswa Indonesia di Mesir yang mewakili sejumlah simpul. Pemikir Mesir, Prof.Dr.Hassan Hanafi dan Dr.Youhanna Qaltah, dijadwalkan menjadi pembicara.

Sore itu, Limra mendatangi hotel untuk menolak acara tersebut. Setelah menemui manajer hotel, ia bertemu panitia dari unsur mahasiswa Indonesia di Kairo. Limra menyebutkan alasan menolak acara, karena lontaran pemikiran Zuhairi dianggap meresahkan masyarakat.

"Peryataan Zuhairi tentang shalat tidak wajib. Dan permasalahan muslim menikahi wanita musyrik," kata Limra. "Juga pendapat Masdar tentang haji," Limra menambahkan. Baru beberapa menit Limra berada di lobi hotel, kemudian muncul Masdar bersama beberapa mahasiswa.

Limra menyampaikan tembusan surat keberatan PPMI kepada Masdar. Surat tertanggal 5 Februari 2004 itu meminta Duta Besar RI untuk Mesir meniadakan acara yang akan digelar Zuhairi Misrawi selaku koordinator Program Islam Emansipatoris P3M. Penolakan itu, katanya, berdasar aspirasi mahasiswa Indonesia di Mesir. Ujung surat PPMI itu menyiratkan ancaman. "Bapak sudah bisa membaca apa yang terjadi, bila acara Zuhairi tetap dilaksanakan." Menanggapi persoalan itu, Masdar berusaha mendinginkan suasana dengan menawarkan dialog. Limra menolak, dengan alasan hanya buang-buang waktu. Ia menilai pandangan Masdar tentang pelanggaran waktu haji telah mengungkit akidah. "Itu sekedar pemikiran. Anda tidak harus mengikutinya," kata Masdar, berargumentasi. "Pokoknya tidak bisa," ujar Limra dengan nada tinggi. "Saya sudah capek mengurus persoalan seperti ini, sampai program saya terbengkalai. Sejak lebaran, saya sudah marah. Sampai sekarang saya masih marah."

Masdar lalu menantang, "Seandainya acara ini tetap dilaksanakan, apa akibatnya ?" Limra menanggapinya dengan melontarkan ancaman akan membunuh Masdar. Dengan tenang, Masdar meledek Limra, "Bisa enggak saya dibikinkan surat ancaman bahwa saya akan dibunuh?" Dan Limra pun berkelit, "Saya hanya bisa lewat lisan, saya banyak pekerjaan."

Masdar kembali melontarkan pertanyaan, "Jadi, sama sekali enggak ada jalan keluar?" Limra naik pitam. Napasnya terengah-engah. Tangan kanannya mengambil asbak di meja, lalu diacungkan ke muka Masdar. "Apa perlu Bapak saya bunuh sekarang?" Limra membentak.

Dalam teks yang lain (ancaman itu dikutip dalam catatan kronologi bikinan tim panitia yang beredar di milis para mahasiswa Universitas al-Azhar, Mesir), Limra antara lain menyatakan : "Saya akan membunuh Bapak atau Zuhairi. Kalau bukan Bapak yang mati, atau Zuhairi, maka saya yang mati. Pilihannya mayat saya, mayat Bapak atau Zuhairi. Kalau Bapak masih bersikeras, saya sendiri yang akan membunuh Bapak."

Kejadian serupa, dengan tokoh liberal asal Mesir juga pernah terjadi, menimpa Dr. Faraj Faudah (1945-1993). Dr.Faraj Faudah terbunuh setelah peristiwa "debat besar" antara kelompok sekuler di Mesir dengan kelompok Islam, tahun 1992. Dr. Faraj Faudah terbunuh enam bulan setelah acara debat, yaitu pada April 1993, di Mesir.

Syekh Muhammad Al-Ghazali yang menjadi 'teman debat' Faudah didatangkan oleh pengadilan sebagai saksi ahli atas terbunuhnya tokoh sekuler itu. Kesaksian Al-Ghazali ini kemudian ramai di media massa Mesir, ada yang pro dan kontra. Hal ini karena teryata di pengadilan Al-Ghazali menyatakan tegas bahwa orang yang mengaku muslim tapi menolak terang-terangan pelaksanaan syari'at Islam dan mengajak untuk mengganti syari'at Allah dengan syari'at thaghut, maka orang itu telah keluar dari agama Islam alias murtad.

Syekh Umar Bakri Muhammad dalam sebuah artikel di Majalah Shariah berjudul The Secularist's Attack on Islam and Muslim mengungkapkan bahwa terdapat orang-orang Islam tetapi mempropagandakan ide-ide bukan Islam. Sifat dan perbuatan jahat orang-orang tersebut sudah tidak terhitung lagi banyaknya, bahkan mereka adalah ancaman paling berbahaya bagi keberadaan kaum Muslimin dan kemunculan kembali khilafah, karena mereka adalah "ancaman" yang tidak terlihat (munafik).

Abdurrahman Al Maliki dalam Nidzomul Uqubat fil Islam, memasukkan aktivitas penyebaran ideologi kufur ke dalam sanksi jenis ta'zir, yaitu sanksi yang ditetapkan atas tindakan maksiyat yang di dalamnya tidak ada had dan kifarat .

"setiap orang yang melakukan aktivitas penyebaran ideologi kufur, atau pemikiran kufur, maka akan dikenakan sanksi penjara mulai 2 tahun hingga 10 tahun. Hal ini jika orang tersebut bukan muslim. Jika pelakunya seorang muslim, maka kepadanya ditetapkan hukum murtad, yakni dibunuh. Dan setiap orang yang melakukan penyebaran agama kufur di tengah-tengah kaum muslimin, maka ia akan dikenakan sanksi serupa."

"Setiap tulisan atau seruan yang mengandung celaan terhadap salah satu dari akidah kaum Muslim, maka pelakunya akan dikenakan sanksi penjara mulai dari 5 tahun sampai 15 tahun, jika pelakunya bukan muslim atau celaannya tidak sampai mengkafirkan pengucapnya. Namun jika pelakunya seorang muslim dan jika celaan tersebut dapat mengkafirkan pengucapnya, maka ia akan dikenakan sanksi murtad (hukuman mati)."

Wallahu'alam bis showab!

By: M. Fachry
International Jihad Analysis

Source: http://arrahmah.com/read/2011/03/18/11409-apa-dosa-ulil-terhadap-islam-dan-kaum-muslimin-sehingga-harus-dibunuh.html#ixzz1H8RoDubt

Apakah mengucapkan kata-kata berikut ini termasuk syirik? "Ya Allah, berikanlah shalawat dan salam kepada Rasulullah. Sungguh sulit jalanku sekarang,

Apakah mengucapkan kata-kata berikut ini termasuk syirik?
"Ya Allah, berikanlah shalawat dan salam kepada Rasulullah. Sungguh sulit jalanku sekarang, wahai Rasulullah!"



Jawab:

AlHamdulillah. Memang benar, bahwa kata-kata di atas tergolong syirik, karena itu termasuk meminta keselamatan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ucapan itu juga mengesankan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dapat mendengarkan panggilan dan pengaduan orang yang memanggilnya di manapun juga, bahkan menyelamatkan orang yang meminta keselamatan darinya, menghilangkan kesulitannya. Yang demikian itu tidak dapat dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, kala masa hidup atau sesudah wafatnya beliau. Beliau juga tidak mengetahui yang ghaib, tidak memiliki kemampuan memberi manfaat atau mudharrat bagi diri beliau sendiri atau bagi orang lain, kecuali sebatas yang dikehendaki oleh Allah. Allah berfirman, menceritakan pernyataan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam:

"Katakanlah:"Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya.." (Yunus : 49)

Dan juga dalam firman-Nya:

"Dan Rabb-mu berkata: "Berdoalah kepada-Ku niscaya akan aku penuhi.."

Demikian juga dalam firman-Nya:

" Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa sanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku.." (Al-Baqarah : 186)

Maka kewajiban seorang hamba adalah hanya berdoa kepada Allah semata, tidak meminta keselamatan kepada selain-Nya dan tidak juga mengharap-harap kepada selain-Nya; tidak bertawakkal melainkan hanya kepada-Nya semata. Karena Allah yang memiliki kekuasaan dan kebaikan di tangan-Nya, yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Karena mengenal keghaiban, membebaskan dari kesulitan, mendengar dan memenuhi doa seorang hamba adalah kekhususan-kekhususan yang dimiliki hanya oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala saja. Barangsiapa yang menjadikan salah satu dari semua itu untuk selain Allah, berarti ia telah berbuat kemusyrikan yang besar. Allah berfirman:

"Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada ilah (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati." (An-Naml : 62)

Demikian juga firman-Nya:

" Katakanlah:"Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.." (An-Naml : 65)

Allah yang mengampuni dosa-dosa, menghilangkan kesulitan dan mengetahui apa yang ada dalam hati. Oleh sebab itu, seorang hamba dalam meminta ampunan, menghilangkan dosa, melenyapkan kesulitan dan berbagai hal lain yang hanya mampu dilakukan oleh Allah, ia tidak boleh memintanya selain kepada Allah semata. Karena hanya Allah yang memiliki kekuasaan untuk itu dan mampu melakukannya.

Syeikh Abdurrahman Al-Barrak
Islam Tanya - Jawab

Source: http://arrahmah.com/read/2008/06/13/1952-berdoa-kepada-rasul-dosakah.html#ixzz1H8RF1yL0

Sabtu, 19 Maret 2011

Surat Kongres AS yang Menekan SBY Agar Mencabut SKB dan UU Penodaan Agama

Surat Kongres AS yang Menekan SBY Agar Mencabut SKB dan UU Penodaan Agama
PostDateIconSaturday, 19 March 2011 21:30 | PostAuthorIconWritten by Shodiq Ramadhan | PDF Print E-mail

* Lintas Berita

alt
Jakarta (SI ONLINE)-Berikut ini adalah terjemah dari surat yang dikirimkan 27 anggota Kongres Amerika Serikat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Scan surat asli itu berasal dari Kantor Human Rights Watch (HRW) di Washington, yang dikatakan sebagai lembaga yang melakukan advokasi dukungan dari kongres AS untuk pencabutan SKB.


HRW lantas mengirimkan surat tersebut melalui e-mail kepada Indria Fernida A, Wakil Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), yang beralamat di Jl. Borobudur No. 14 Menteng, Jakarta Pusat.

Dalam pengantarnya, Fernida menulis, "Mereka prihatin melihat kekerasan meningkat terhadap anggota Ahmadiyah. Mereka menulis bahwa sumber dari berbagai kekerasan di provinsi-provinsi adalah SKB 2008. Mereka minta Presiden SBY bekerja melindungi kebebasan beragama di Indonesia dgn mencabut SKB tersebut." Surat itu lantas di-forward ke pengurus JAI dan puluhan aktivis liberal di Indonesia serta para wartawan.

Dalam surat ini jelas bisa dibaca bahwa anggota Kongres AS telah melakukan intervensi terhadap pemerintah berdaulat di Indonesia. Mereka dengan sekehendak hatinya meminta agar SBY mencabut Surat Keputusan Bersama 3 Menteri tantang Pelarangan Aktivitas Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan juga UU Penodaan Agama. Berikut isi surat tertanggal 15 Maret 2011 itu selengkapnya:


KONGRES AMERIKA SERIKAT
WASHINGTON DC 20515

15 Maret 2011


Yang Terhormat H. Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden Republik Indonesia
c/o Kedutaan Besar Republik Indonesia
2020 Massachusetts Ave NW
Washington DC 20036


Tuan Presiden,

Kami menulis hari ini untuk mengungkapkan ekspresi atas kecemasan kami yang mendalam, mengenai isu keputusan daerah (SK-Gubernur) di Jawa Timur dan Jawa Barat, yang membuat pelarangan kelompok minoritas Muslim Ahmadiyah di beberapa provinsi. Kami juga meminta Anda segera mencabut Keputusan 2008 tentang pelarangan aktivitas Ahmadiyah di negara ini (SKB Tiga Menteri, red), dan undang-undang lama tentang penodaan agama (Penpres No. 1/PNPS/1965, red) yang digunakan sebagai (dasar hukum) untuk menuntut penerapan/ pelaksanaan kegiatan agama minoritas sebagai (wujud) kebebasan beragama.

Pada 6 Februari, ratusan warga menyerang 25 anggota Ahmadiyah di Cikeusik, Propinsi Banten, di Jawa bagian Barat. Tragisnya, sekitar 30 anggota polisi hanya melakukan upaya minim untuk menggagalkan serangan. Tiga orang meninggal dan enam orang luka-luka setelah mereka secara brutal dipukuli oleh massa menggunakan tongkat kayu, cangkul dan parang.

Sejak adanya Keputusan 2008 (SKB) tentang pelarangan aktivitas Ahmadiyah, kerusuhan menentang agama minoritas terus meningkat. Bukan hanya keputusan yang dikeluarkan di Jawa Timur dan Jawa Barat itu bertentangan dengan prinsip hak asasi internasional, tetapi, jami juga takut bahwa mereka akan memberikan keberanian kepada ekstrimis dan memperburuk kekerasan terhadap Ahmadiyah.

Sekali lagi, dengan segala hormat kami meminta, bahwa keputusan pelarangan aktivitas Ahmadiyah dicabut, dan undang-undang penodaan agama dibatalkan.

Terima kasih atas perhatian Anda terhadap hal yang penting ini, dan kami menunggu respon Anda.

Hormat kami,

Frank R Wolf (Anggota Kongres)
Maurice D Hinchey (Anggota Kongres)
Madeleine Z Bordalo (Anggota Kongres)
Dan Burton (Anggota Kongres)
Joseph R Pitts (Anggota Kongres)
Michael M. Honda (Anggota Kongres)
James P Mc Govern (Anggota Kongres)
Daniel E Lungren (Anggota Kongres)
Sheila Jackson Lee (Anggota Kongres)
Zou Lofgren (Anggota Kongres)
Lloyd Doggett (Anggota Kongres)
Jackie Spejer (Anggota Kongres)
Janice D Schakowsky (Anggota Kongres)
Barney Frank (Anggota Kongres)
Gregorio Kilili Camacho Sablan (Anggota Kongres)
Trent Franks (Anggota Kongres)
Edward J. Markey (Anggota Kongres)
David Wu (Anggota Kongres)
Keith Ellison (Anggota Kongres)
Christopher H Smith (Anggota Kongres)
John F Tierney (Anggota Kongres)
Roscoe G Bartlett (Anggota Kongres)
Thomas E Petri (Anggota Kongres)
Gary C Peters (Anggota Kongres)
David N. Cicilline (Anggota Kongres)
Chethe Pingre (Anggota Kongres)
Jim McDermott (Anggota Kongres)


Rep: M Syah Agusdin
Red: Shodiq Ramadhan

Selasa, 15 Maret 2011

Ulil Dikirimi Paket Bom: Siapa Bermain?

Ulil Dikirimi Paket Bom: Siapa Bermain?



Rabu, 16 Maret 2011

Hidayatullah.com—Dua bom mengguncang Jakarta Selasa (15/3) ini. Bom pertama meledak di Kantor Berita Radio 68H, Utan Kayu, Matraman Jakarta Timur, yang juga markas Jaringan Islam Liberal (JIL) berkatifitas. Bom yang meledak pada pukul 16.05 itu, berupa sebuah paket buku yang ditujukan untuk Ulil Abshar Abdallah, aktivis JIL sekaligus kader Partai Demokrat.

Sementara itu, paket serupa, juga dikirim di Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) Cawang, Jakarta Timur. Bom kedua, ditujukan untuk Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), Gories Mere. Paket bom itu diterima staf BNN dan dibawa ke lantai dua, tempat Gories bekerja.

Sama persis dengan bom yang ditujukan untuk Ulil Abshar Abdala, modus yang digunakan juga berupa permintaan memberikan kata pengantar buku.

"Ada permintaan memberikan komentar di dalam buku," kata Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Sutarman sebagaimana dikutip detikcom, Selasa (15/30).

"Di dalamnya ada pita dan potasium klorat, diperkiran low explosive," imbuh Sutarman.

Paket pertama meledak ketika polisi berusaha membuka buku. Tiba-tiba, blaaaam..., buku itu meledak berkeping-keping. Sejumlah polisi dan petugas kantor Komunitas Utan Kayu (KUK) terjengkang. Akibat ledakan, sedikitnya tiga polisi dan seorang petugas kantor Komunitas Utan Kayu terluka. Ketiga polisi yang terluka adalah Komisaris Dodi Rahmawan, Ajun Komisaris Karliman, dan Inspektur Dua Bara. Dodi terluka serius pada tangan kirinya akibat ledakan itu.

Menurut Richard, salah seorang pegawai KBR 68H, paket berukuran 30 x 20 dan tinggi 10 sentimeter itu sudah datang sejak pagi dan ditujukan kepada Ulil Abshar Abdalla, koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL). Bom dikirimkan oleh seseorang bernama Drs. Sulaiman Azhar, LC dengan alamat Jalan Bahagia, Gg Panser no 29. Ciomas, Bogor, Jawa Barat.

Sekitar pukul 15.00 WIB, kemudian datang 7 orang polisi dari Polres Jakarta Timur yang dipimpin oleh Komisaris Pol Dodi Rahmawan. Tim dari Polres Jakarta Timur ini berusaha membuka paket dan buku itu, walau Gegana belum datang.

Akhirnya, paket buku berjudu, "Mereka yang Harus Dibunuh" itu meledak sebelum Satuan Gegana tiba.

Aneka Motif

Meski polisi baru memulai pengungkapan, tak urung, peristiwa ini langsung memancing reaksi berbagai pihak. Bahkan sebagaimana biasa, kasus ini melahirkan berbagai analisis, kutukan dan dugaan motif pelaku.

Kepada Kompas, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Inspektur Jenderal (Purn) Ansyaad Mbai mengatakan, pelaku bom Utan Kayu jelas teroris. Namun, dirinya belum dapat mengungkapkan secara rinci pelaku tersebut.

”Pelaku itu membutuhkan keahlian khusus. Lihat saja, begitu rapi. Pasti punya organisasi. Ada yang mengantar, ada yang merakit. Ada juga yang membungkus itu jadi paket dan mengantarnya. Ini semua membutuhkan perencanaan, jam berapa kamu antar, caranya mengantar bagaimana, dan sebagainya,” ujar Ansyaad kepada para wartawan di Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan.

Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Sutarman meminta berbagai pihak tidak buru-buru mengaitkan peristiwa dengan terorisme "Masih telalu sumir, jangan simpulkan sesuatu. Karena masih penyelidikan awal dengan memeriksa saksi-saksi," ujarnya.

Sementara itu, Ulil yang kini menjabat Ketua Pusat Pengembangan Strategi dan Kebijakan Partai Demokrat (PD), menduga kuat ada motif politik di balik bom Utan Kayu yang ditujukan pada dirinya.

"Saya sudah lama aktif di organisasi terkait kebebasan beragama. Tetapi kenapa setelah saya aktif di politik ada ancaman seperti ini," kata Ulil, ditemui usai menjenguk Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Kepolisian Resor Jakarta Timur Komisaris Dodi Rahmawan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Selasa.

Analisis lain datang dari anggota Komisi III DPR Syarifuddin Sudding. Syarifuffin mencurigai bahwa ledakan yang cukup dahsyat tersebut merupakan upaya pengalihan isu dari berita miring Wikileaks tentang keluarga Cikeas.

“Tidak tertutup kemungkinan pengalihan isu karena ini lagi hangat-hangatnya masalah Wikileaks yang sangat sensitif dan menusuk jantung Istana. Perlu dicermati juga, siapa tahu ini memang dirancang untuk itu,” ujarnya kepasa matanews.com, Selasa 15 Maret 2011.

Menurutnya, selama dua hari terakhir ini perhatian publik tak lepas dari isu tak sedap yang dipublikasikan di dua media massa Australia, The Age dan Sydney Morning Herald. Berita yang didapat dari bocoran kawat diplomatik Amerika Serikat melalui Wikileaks tersebut dianggap Sudding mengguncang tanah air.

Meski demikian, apa pula dugaan bahwa peristiwa ini ingin memecah belah dengan bermain di tengah-tengah. Sebagaimana diketahui, aktivis JIL selama ini dikenal pembela Ahmadiyah yang berhadapan pendapat dengan mayoritas umat Islam Indonesia. Dengan memanfaatkan isu Ahmadiyah ini, pelaku ditengarai ingin menyalahkan kelompok mayoritas Muslim. Setidaknya menciptakan rasa saling curiga.*

Mengapa Jaringan Islam Liberal begitu Jumawa?

Mengapa Jaringan Islam Liberal begitu Jumawa?

Hanin Mazaya

Selasa, 15 Maret 2011 19:19:46

Hits: 993

JAKARTA (Arrahmah.com.com) - Banyak pihak yang belum memahami tentang sepak terjang JIL yang gemar mengobok-obok kedamaian umat Islam di Indonesia pada khususnya. Sebagai negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia, kaum Yahudi dengan Freemasonry mendukung JIL yang juga sesungguhnya didanai oleh Asia Foundation yang disupport oleh CIA, badan intelejen AS.

Apa itu Islam liberal dan Mengapa disebut Islam Liberal?

“Islam liberal” sejatinya pembangkangan diri dan pemikiran melalui gerakan, yayasan, kantor berita, gerakan politik terhadap islam ala Nabi Muhammad SAW. Pemikiran Islam (klaim mereka) menekankan kebebasan pribadi dan pembebasan dari struktur sosial-politik yang menindas. Tujuan JIL adalah menyebarkan gagasan Islam Liberal seluas-luasnya kepada masyarakat dengan dukungan Yahudi Internasional yang bercokol kuat di Indonesia dan dukungan pemerintah AS melalui Asia Foundation yang disokong oleh CIA dan Imperialisme Barat dan kini menguasai Universitas Paramadina dan UIN Syarif hidayatullah Jakarta.

JIL lebih mirip kepanjangan imperalisme Barat atas dunia Islam yang dicarikan bentuk pembenarannya dari khazanah Islam. Dari segi politis, ada benang merah dengan CIA. JIL yang resmi hadir sekitar Maret 2001— impact penting yang timbul dari lahirnya gudang pemikiran itu adalah lahirnya atmosfir ‘ndableg alias konyol’ yang oleh kebanyakan pengikutnya disebut dengan istilah “kekritisan berfikir”. Mereka begitu semangat ‘mengkritisi’ Al-Qur’an, menolak beberapa nash hadits-hadish shahih, serta menuduh para ulama’ sebagai kelompok konservatif. Dilain pihak, mereka bahkan teramat sibuk bergelut dengan referensi-referensi liberal. Bacaan-bacaan wajib mereka, kini Tahrirul Mar’ah milik Qasim Amin, The Spirit of Islam-nya Amir Ali, serta Al Islam wa Ushul Al Hukmi yang sesungguhnya hanya jiplakan dari tulisan orientalis Inggris Thomas W. Arnold.

Nama-nama semisal, Sayid Ahmad Khand, Arkeun, Ali Abdul Razik, Charles Kuzman, Fatimah Marnissi, Nasir Hamid Abu Zaid dan Fadzlurrahman seolah-olah “kitab suci” baru yang kini melekat di otak mereka. Di saat yang sama, mereka mulai tampak malas menelaah Al-Qur’an, bahkan boleh jadi mules (muak, red) jika mendengar dalil-dalil dari hadits.

Kalau kita mengamati dengan seksama tentang agenda-agenda JIL, maka kita akan menemukan korelasi antara imperialisme barat dan agenda JIL. Luthfi Asy-Syaukanie, salah satu motor JIL pernah menyebut dengan jujur empat agenda utama lahirnya Islam Liberal. Pertama, agenda politik, Kedua, agenda toleransi agama, Ketiga, agenda emansipasi wanita, dan Keempat, agenda kebebasan berekpresi.

Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin “diarahkan” oleh JIL untuk mempercayai sekularisme, dan menolak sistem pemerintahan Islam (Khilafah). Dalam agenda plurarisme, kelompok ini menyeru bahwa semua agama adalah benar, tidak boleh ada truth claim. Agenda emansipasi wanita, seperti menyamaratakan secara absolut peran atau hak pria dan wanita tanpa kecuali, dan agenda kebebasan berekspresi, seperti hak untuk tidak beragama, tak jauh bedanya dengan agenda politik di atas. Semua ide-ide ini pada ujung-ujungnya, pada muaranya, kembali kepada ideologi dan kepentingan imperialis.

Adian Husaini dan Nuim Hidayat menandaskan, Karena itu, sulit sekali-untuk untuk tidak mengatakan --minimal mustahil-- mencari akar pemikiran-pemikiran tersebut dari Islam itu sendiri secara murni, kecuali setelah melalui pemerkosaan teks-teks Al-Qur’an dan As-Sunnah. Misalnya teologi pluralisme yang menganggap semua agama benar, sebenarnya berasal dari hasil Konsili Vatikan II 1963-1965) yang merevisi prinsip extra ecclesium nulla salus (di luar Katolik tak ada keselamatan) menjadi teologi inklusif-pluralis, yang menyatakan keselamatan dimungkinkan ada di luar Katolik. (Islam Liberal: "Sejarah, Konsepsi dan Penyimpangannya", Adian Husaini dan Nuim Hidayat).

Selain itu, dari kerangka ideologi, ide-ide JIL sendiri, dapatlah kiranya dinyatakan sebagai ide-ide kapitalisme. Luthfi Asy-Syaukanie dalam bukunya Wajah Liberal Islam di Indonesia (2002) telah berhasil menyajikan deskripsi dan peta ide-ide JIL. Jika dikritisi, kesimpulannya adalah di sana ada banyak contekan sempurna terhadap ideologi kapitalisme.

Tentu ada kreativitas dan modifikasi. Khususnya pencarian ayat atau hadits atau preseden sejarah yang kemudian ditafsirkan secara paksa agar cocok dengan kapitalisme. Ide-ide besar kapitalisme itu antara lain; (1) sekularisme, (2) demokrasi, dan (3) kebebasan. Dukungan kepada sekularisme --pengalaman partikular Barat-- nampak begitu getolnya mereka melakukan penolakan terhadap bentuk sistem pemerintahan Islam (khilafah), dan penolakan yang begitu bersemangat terhadap syariat Islam. Tetapi mereka menerima begitu saja semua gagasan demokrasi tanpa ada nalar kritis. Istilahnya, mereka cepat-cepat ‘melek’ (terbelalak) jika mengkritisi Islam, tapi buru-buru buta (pura-pura tak melihat) jika sumber-sumber itu datangnya dari Barat.

Kentalnya ide-ide pokok kapitalisme dan berbagai derivatnya ini, masih ditambah dengan suatu metode berpikir yang kapitalistik pula, yaitu menjadikan ideologi kapitalisme sebagai standar pemikiran. Meminjam bahasa Al Jawi, ide-ide kapitalisme diterima lebih dulu secara taken for granted dan dianggap benar secara absolut, tanpa pemberian peluang untuk didebat (ghair qabli li an-niqasy) dan tanpa ada kesempatan untuk diubah (ghair qabli li at-taghyir). Lalu ide-ide kapitalisme itu dijadikan cara pandang (dan hakim!) untuk menilai dan mengadili Islam.

JIL Asia Foundation dan CIA

The Asia Foundation adalah LSM raksasa yang markas besarnya di San Fransisco. LSM ini memiliki 17 kantor cabang di seluruh Asia, termasuk Washington, D.C. Tahun 2003 kemarin, The Asia Foundation mengucurkan bantuan sebesar 44 juta USD dan mendistribusikan 750 ribu buku dan materi pendidikan yang nilainya berkisar mencapai 28 juta USD di seluruh wilayah Asia.

Sebagaimana dikutip situs resmi pemerintah AS, http://usinfo.state.gov, Oktober lalu –beberapa hari menjelang Pemilu di Afghan-- lalu, The Asia Foundation, membikin program The Mobile Theater Project, sebuah bioskop keliling. Dengan alasan pendidikan demokrasi --atau lebih tepat kampanye pemaksaan demokrasi— mereka berkeliling kampung untuk memutar film dengan ditonton sekitar 430.000 pemirsa.

Di Indonesia, dalam Pemilu 2004 kemarin, seperti diakuinya di situs http://www.asiafoundation.org/, lembaga ini ikut mendanai JPPR (JPPR atau Jaringan Pendidikan Pemilih Untuk Rakyat) dengan mempekerjakan 141.000 relawan dan melakukan training kurang lebih 70 ribu orang. Mereka bisa memanfaatkan radio dengan asumsi 25 juta pendengar, memanfaatkan TV yang ditonton 74 juta pemirsa, juga menguasai media cetak dengan perkiraan dibaca 3 juta orang.

Di Indonesia, keberadaanya sudah ada sejak tahun 1970. Mereka berdiri di balik program-program bernama; training keagamaan, studi gender, HAM dalam Islam, civic education di lembaga-lembaga Islam, pusat pembelaan perempuan untuk Islam (Muslim Women Advocacy), dan isu-isu pluralisme, paralalel dengan program-program JIL.

Jika dilihat berbagai agenda dan kegiatannya selama ini, ada korelasi antara agenda-agenda JIL dengan LSM Raksasa bernama The Asia Foundation.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa kehidupan kelompok ini amat tergantung pada kucuran dana dari The Asia Foundation. Dan karena donor yang amat besar dari LSM ini, maka JIL dalam waktu yang relatif singkat sudah bisa mendirikan Radio satelit pertama di Indonesia, Radio 68H, yang siarannya direlai puluhan pemancar radio di Indonesia, mampu membeli satu halaman penuh koran Jawa Pos, bahkan mampu menayangkan iklan-iklan di televisi dengan durasi yang panjang, semisal iklan “Islam Warna-Warni” yang akhirnya berhenti tayang karena somasi MMI, bahkkan bisa menghidupi kegiata-kegiatan mereka yang membutuhkan biaya besar. Jika ditilik dari sponsor utama (sebut The Asia Foundation) yang selama ini menjadi ‘penyangga’ utama pendanaan JIL, bisa ditarik kesimpulan bahwa The Asia Foundation adalah jaringan ‘induk’nya. Dengan bahasa lain, JIL adalah ‘karyawan’ The Asia Foundation yang bertugas di lapangan, untuk menjalankan proyek-proyek besarnya.

The Asia Foundation, yayasan ini ditengarai banyak mendanai kegiatan-kegiatan dalam rangka penyebaran paham kapitalisme dan sejenisnya. Yang paling nampak mencolok keterlibatan The Asia Foundation bagaimana dia mem-back up Tim Pengarasutaman Gender (PUG) bentukan Departemen Agama, yang kemudian berhasil menyusun draf Kompilasi Hukum Islam yang isinya kemudian menimbulkan kontroversial.

Merujuk sebuah makalah yang berjudul CIA's Hidden History in the Philippines, Roland G. Simbulan, yang disampaikan pada ceramahnya di University of The Philipinnes (18 Agustus, 2000), mengutip dari tulisan seorang sosiolog Amerika, James Petras, yang dimuat dalam Journal of Contemporary Asia, menggambarkan, bagaimana LSM yang besar bisa dikendalikan --jika tidak didukung oleh pemerintah Amerika-- atau perusahaan raksasa yang dikendalikan agen-agen rahasia atau CIA yang ingin memanfaatkannya sebagai sarana penyamaran. Yang dimaksud Petras, hal itu untuk mengelabuhi dan menghindari konflik yang diakibatkan benturan langsung terhadap struktur resmi pemerintahan. Serta menghindari class analysis adanya penjajahan dan eksploitasi kapitalis.

Roland G. Simbulan juga menjelaskan bahwa yang memainkan peran CIA yang paling menonjol di Manila adalah The Asia Foundation. Pernyataan ini dinilai cukup valid, karena didasari oleh pernyataan seorang anggota Departemen Birokrasi Amerika, William Blum. Dalam sebuah resensi buku yang berjudul Asia Foundation is the principal CIA front, dalam salah satu buku seorang jurnalis investigasi majalah Times, Raymond Bonner, yang berjudul: Waltzing with a Dictator: The Marcoses and the Making of American Policy, menyatakan bahwa “Asia Foundation adalah bentukan dan kedok CIA!”. Ini semakin diperkuat oleh interview Roland G. Simbulan dengan seorang mantan mata-mata CIA yang beroperasi di Philipina pada tahun 1996, dimana ia aktif menggunakan yayasan ini (The Asia Foundation) sebagai agen. Bahkan secara terang-terangan pula diungkapkan dalam laporan tahunan The Asia Foundation, tahun1985, yang menyebutkan di dalamnya pernyataan Victor Marchetti, salah satu dari pimpinan deputy CIA, bahwa “Asia Foundation didirikan oleh CIA dan sampai 1967 mendapat subsidi darinya.” (Asia Foundation Annual Report, 1985). Jelas, bahwa LSM The Asia Foundation memang bentukan CIA, didirikan sebagai alat, dan sarana untuk memperluas dan mempermudah proses imperialisme Amerika Serikat terhadap Negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik dengan cara non konfrontatif.

Dari sini pulahlah, boleh jadi, JIL --setelah dilihat dari substansi ide yang diusung, serta pertnershipnya-- bahwa sesungguhnya aktifitasnya tidak ada hubungannya dengan Islam, tidak pula ada sangkut-pautnya dengan perbedaan metode penafsiran nash, pembaharuan, pencerahan, atau sifat kritis. Aktifitas JIL, sekali lagi --boleh jadi-- tak lain, merupakan kemungkinan aktivitas intelejen asing yang hendak menancapkan kuku-kuku imperialismenya di bumi umat Islam, umumnya dan Indonesia, pada khususnya. Benarkah demikian? Wallahu a’lam.

Waspada pada Pemikiran Tokoh Sesat di bawah ini agar tidak tertipu manis kata dan bualan mereka agar tidak tersesat dunia dan akhirat:

Daftar 50 TOKOH JIL INDONESIA

A. Para Pelopor
1. Abdul Mukti Ali
2. Abdurrahman Wahid (Mantan Presiden)
3. Ahmad Wahib
4. Djohan Effendi
5. Harun Nasution
6. M. Dawam Raharjo (Tokoh liberal)
7. Munawir Sjadzali (mantan Menteri Agama)
8. Nurcholish Madjid (Cak Nun)

B. Para Senior
9. Abdul Munir Mulkhan
10. Ahmad Syafi’i Ma’arif
11. Alwi Abdurrahman Shihab
12. Azyumardi Azra (Mantan Rektor UIN Jakarta)
13. Goenawan Mohammad (Tempo)
14. Jalaluddin Rahmat (Tokoh Syiah dan Lintas Agama)
15. Kautsar Azhari Noer
16. Komaruddin Hidayat (Rektor UIN Jakarta, saat ini, 2011)
17. M. Amin Abdullah
18. M. Syafi’i Anwar
19. Masdar F. Mas’udi
20. Moeslim Abdurrahman
21. Nasaruddin Umar
22. Said Aqiel Siradj (Mantan Menteri Agama)
23. Zainun Kamal

C. Para Penerus “Perjuangan”
24. Abd A’la
25. Abdul Moqsith Ghazali
26. Ahmad Fuad Fanani
27. Ahmad Gaus AF
28. Ahmad Sahal
29. Bahtiar Effendy
30. Budhy Munawar-Rahman
31. Denny JA
32. Fathimah Usman
33. Hamid Basyaib
34. Husein Muhammad
35. Ihsan Ali Fauzi
36. M. Jadul Maula
37. M. Luthfie Assyaukanie
38. Muhammad Ali
39. Mun’im A. Sirry
40. Nong Darol Mahmada
41. Rizal Malarangeng
42. Saiful Mujani
43. Siti Musdah Mulia
44. Sukidi
45. Sumanto al-Qurthuby
46. Syamsu Rizal Panggabean
47. Taufik Adnan Amal
48. Ulil Abshar-Abdalla
49. Zuhairi Misrawi
50. Zuly Qodir

Source: http://arrahmah.com/read/2011/03/15/11357-mengapa-jaringan-islam-liberal-begitu-jumawa.html#ixzz1GibUvxYK

Minggu, 13 Maret 2011

Jusuf Kalla dan Yusril Akui Kebenaran Bocoran Wikileaks

Jusuf Kalla dan Yusril Akui Kebenaran Bocoran Wikileaks
PostDateIconSaturday, 12 March 2011 11:32 | PostAuthorIconWritten by Jaka | PDF Print E-mail

* Lintas Berita

alt
Jakarta (SI ONLINE) - Jusuf Kalla dan Yusril Ihza Mahendra mengakui kebenaran bocoran informasi wikileaks mengenai dirinya. Bocoran dari Wikileaks diangkat oleh Philiph Dorling yang dimuat di dua Surat Kabar Harian Australia, The Age dan Sydney Morning Herald pada Jumat (11/3/2011).



Yusril melalui rilis yang dikeluarkan untuk media mengatakan bahwa ia sudah merasakan di awasi sejak lama sehingga ketika berita tersebut di rilis ia tidak merasa terkejut. "Saya sebenarnya tidaklah terlalu terkejut mendengar berita itu. Karena saya memang sudah sejak lama merasakannya," tandas Yusril, Jumat (11/3/2011). Kalaupun kegiatan memata-matai itu ada, Yusril mengaku dirinya tidak mungkin bisa melacaknya karena itu adalah pekerjaan intelijen.

Namun jika perintah SBY itu benar, lanjut Yusril, dia amat menyayangkan sikap Presiden kepada menterinya. "Kalaulah apa yang saya rasakan memang benar dan juga disebutkan dalam surat rahasia Kedubes Amerika Serikat, maka apa yang dilakukan SBY terhadap saya, dalam hal ini yang dilakukan presiden terhadap seorang menterinya, maka patut disesalkan," ungkap Yusril lagi.

Yusril juga menjelaskan bahwa saat itu kepergiannya ke Singapura bertemu dengan pengusaha China bukanlah untuk membicarakan sesuatu yang rahasia.

Dalam pemberitaan yang memuat judul "Yudhoyono Abused Power" tersebut dituturkan bahwa Yudhoyono telah memerintahkan kepala BIN yang saat itu dipimpin oleh Syamsir Siregar untuk memata-matai Yusril dalam perjalanan ke Singapura menemui pengusaha dari China.

Senada dengan Yusril, Jusuf Kalla juga dengan gamblang mengakui kebenaran berita yang dilansir dua koran Australia, The Age dan Sidney Morning Herald tersebut. Dua koran itu menyebut Kalla menyebar uang saat terpilih sebagai Ketua Partai Golongan Karya pada Musyawarah Nasional Partai Golkar di Bali pada 2004. Berita itu bersumber dari dokumen WikiLeaks yang mengutip laporan kawat diplomatik Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta ke Washington.

Menurut Kalla, jumlahnya sekitar 2-3 miliar rupiah dan uang itu digunakan untuk membayar tiket pesawat pengurus Golkar dari pusat dan daerah. Ia memperkirakan ada tiga ribu orang yang dibayari tiketnya. Kalla juga mengaku membayar hotel tempat berlangsungnya Musyawarah Nasional Golkar itu.

Menurut Kalla sudah menjadi kebiasaan calon ketua yang terpilih Partai Golkar untuk membayari tiket pesawat dan hotel. “Hampir semua partai juga begitu,” ujarnya. “Itu bukan rahasia lagi.” Namun Kalla mengaku uang itu berasal dari kantongnya sendiri. “Jadi bukan korupsi,” tuturnya.

The Age edisi Jumat 11 Maret 2011 menyebutkan, Kedubes AS melaporkan Jusuf Kalla membayar suap besar untuk memenangkan kepemimpinan Golkar, salah satu partai terbesar di Indonesia saat Munas Partai Golkar, Desember 2004. Disebutkan disitu, Kalla mengeluarkan uang jutaan dollar untuk mendapatkan akses mengontrol Partai Golkar.

"Sumber yang dekat dengan kandidat utama, tim Kalla menawarkan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Rp 200 juta (lebih dari US$ 22.000) kepada pemilihnya," mengutip The Age.

Diplomat Amerika, seperti dikutip WikiLeaks dan dilansir The Age, menyebut 243 suara diperlukan untuk mendapatkan suara mayoritas sehingga calon ketua umum Golkar harus merogoh US $ 6 juta. Bahkan juga disebut, Agung Laksono, Wakil Ketua Umum Partai Golkar yang juga Ketua DPR waktu itu, ikut mengalokasikan Rp 50 miliar lebih di even itu.

Sampai saat ini sikap resmi pemerintah Indonesia adalah membantah dan meminta klarifikasi terhadap Kedutaan Besar AS atas bocornya dokumen yang bersumber dari surat menyurat mereka tersebut. Melalui Menlu dan Jubir Istana, Indonesia melakukan protes dan meminta agar Pemerintah AS mengeluarkan pernyataan resmi mengenai hal ini. Hingga berita ini diturunkan , belum ada pernyataan resmi dari Presiden Yudhoyono terkait hal tersebut selain dari pembantu, orang dekat maupun mesin politiknya Partai Demokrat yang mengeluarkan bantahan.

Sabtu, 12 Maret 2011

Masa Berakhirnya Para Toghut

Masa Berakhirnya Para Toghut

M. Fachry

Ahad, 13 Februari 2011 16:26:41

Hits: 237

Revolusi di Tunisia, Mesir, dan disusul di negeri-negeri Islam lainnya diharapkan bisa menjadi titik awal kebangkitan Islam. Hal ini juga menandakan berakhirnya masa para toghut di negeri-negeri kaum Muslimin dan dimulainya masa penerapan syariat Islam secara menyeluruh dalam bingkai kekhilafahan Islam. Insya Allah!

Melacak Jejak Toghut Mendeklarasikan Tauhid

Sungguh, ingkar kepada toghut dan beriman kepada Allah adalah pondasi kehidupan seorang muslim. Hal ini merupakan realisasi syahadat La ilaha illallah yang mencakup an-nafyu (peniadaan) dan al-itsbat (penetapan). Hal ini juga merupakan inti seruan dakwah para nabi sejak dahulu hingga kini. Dengan demikian, siapa pun yang dapat merealisasikan ingkar kepada toghut dan beriman kepada Allah maka sungguh dia telah mantap urusannya dan telah berjalan di atas jalan yang lurus.

Siapakah para toghut dan dimanakah mereka berada ? Dan siapa pula para pendukung toghut dan bagaimana hukumnya ? Sungguh mengetahui seluruh masalah ini saat ini adalah perkara penting bagi seluruh muslim, apalagi yang menginginkan tegaknya izzul Islam wal muslimin. Karena seluruh bagunan Islam dan aplikasinya berupa pelaksanaan syariat tidak akan pernah terealisir tanpa mengkufuri toghut, memastikan keberadaan mereka, membongkar selubung mereka, membenci mereka, dan memerangi mereka. Niscaya, jika kita telah mengetahui apa saja toghut di dunia ini dan sikap manusia terhadapnya, maka kita melihat kebanyakan manusia berpaling dari ibadah kepada Allah dan lalu beribadah kepada toghut, dan dari berhukum kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi berhukum kepada toghut. Dan dari mentaati Allah serta mengikuti Rasul-Nya menjadi mentaati toghut serta mengikutinya.

Sungguh, orang-orang kafir tidak mungkin melakukan kerusakan di bumi atau menzalimi sebuah bangsa, kecuali pasti dengan bantuan orang-orang yang mendukungnya untuk melakukan kezaliman dan kerusakan, dan yang menjaga mereka dari orang yang ingin membalasnya. Dengan demikian, orang kafir itu tidak akan bisa terus melakukan kerusakan kecuali lantaran ada orang yang membantu dan membelanya, dan merekalah para anshoru toghut, penolong toghut, yang statusnya juga sama dengan toghut itu sendiri.

Dengan demikian, pada hakikatnya peperangan yang dilancarkan kaum muslimin terhadap para penguasa toghut, dengan tujuan menggulingkan mereka demi mengangkat seorang penguasa muslim, maka peperangan tersebut pada kenyataannya adalah peperangan melawan para pendukung mereka yang terdiri dari para pembela toghut. Oleh karena itu wajib hukumnya mengetahui siapa para toghut dan pendukungnya ini, dan status hukum mereka di sisi Allah SWT

Menolak Thoghut Adalah Kewajiban Pertama Dalam Islam

Kewajiban pertama atas setiap Muslim adalah Tauhid (beribadah kepada Allah tanpa menyekutukanNya); dan pilar pertama Tauhid adalah Al Kufur Bit Thoghut, atau menolak Thoghut. Seseorang tidak bisa menjadi Muslim kecuali mereka menolak semua bentuk Thoghut, apakah itu berbentuk konsep, benda tertentu atau seseorang.

Thoghut telah didefenisikan oleh Shahabat dan Ulama klasik yang mengikuti jalan salaf yaitu: "Sesuatu yang disembah, ditaati atau diikuti selain dari Allah."

Imam Malik bin Anas berkata: "Thoghut adalah segala sesuatu yang disembah (atau ditaati) selain Allah." (Diriwayatkan dalam Al Jaami' li Ahkaam Al Qur'an oleh Imam Al Qurtubi)

Syeikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: "Dan thoghut secara umum, adalah sesuatu yang disembah selain Allah, dan itu disetujui untuk disembah, diikuti atau ditaati." (Risalatun fii Ma'naa At Thoghut oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab)

Thagut dan Pembahasannya Menurut Para Ulama

Pembahasan masalah toghut masyhur di kalangan para ulama. Mereka telah menjelaskan masalah ini secara rinci dan umat menerapkannnya secara pasti. Bahkan masalah pembahasan toghut ini menjadi bahasan pertama dan utama dalam Islam. Sebagaimana yang telah kita maklumi bahwasanya:

1.Inti dakwah para rasul-rasul adalah: beriabadah kepada Allah dan menjauhi thaghut (QS. An Nahl (16): 36)

2.Iman seorang tidak sah sehingga ia mengkufuri thaghut (QS. Al Baqarah: 256)

3.Masalah thaghut dan mengkufurinya adalah termasuk masalah iman dan kufur, dan tidak ada masalah yang lebih penting dalam dien ini dibandingkan dengan masalah iman dan kufur dan tidak ada kesalahan yang lebih besar daripada kesalahan dalam masalah iman dan kufur.

Para Penolong & Ulama Toghut

Adapun yang dimaksud dengan ansharuth thawaghit (pembela-pembela thaghut) adalah siapa saja yang menolong mereka (para toghut) dengan ucapan maupun perbuatan. Sehingga kalaupun penolong atau pembela tersebut pemerintah negara lain, maka hukumnya juga sama.

Termasuk ke dalam pembela para toghut adalah mufti atau ulama pemerintah toghut, yakni mereka yang selalu berlawanan dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Allah SWT., berfirman :

"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan." (QS Huud 11: 113)

Siapakah orang yang lebih salah dari orang yang membela syetan atau orang-orang yang membuat keringanan atas ke-kufuran-nya? Jika seseorang tidak menolak thaghut (dalam realitas, tidak hanya secara teori) bagaimana bisa kita mempercayai dia untuk masalah dien kita? Tauhid adalah persoalan yang utama yang harus diperhatikan.

"Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim." (QS Al Jumu'ah 62: 5)

Wallahu'alam bis showab!

Source: http://arrahmah.com/read/2011/02/13/10971-masa-berakhirnya-para-toghut.html#ixzz1GOcBmVwN

Senin, 07 Maret 2011

Cara Memerangi Hawa Nafsu

Cara Memerangi Hawa Nafsu
Rabu, 02/02/2011 10:39 WIB | email | print

Assalamualaikum wr. wb.

Ustadz, dalam hidup ini, musuh terbesar kita adalah hawa nafsu. Bagaimanakah cara kita memerangi hawa nafsu kita?

Novi Subekhan
Jawaban

Waalaikumussalam Wr. Wb.

Saudara Novi yang dimuliakan Allah SWT.

Hawa nafsu bermakna kecenderungan dan kecintaan. Ia tidak hanya digunakan untuk menyatakan kecenderungan satu jiwa manusia untuk menyalahi kebenaran akan tetapi ia juga digunakan untuk kecenderungan kepada kebenaran. Ia dianggap menyalahi kebenaran ketika dikedepankan oleh si pemiliknya atau ditempatkan melebihi kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya, menyalahi batasan-batasan yang telah ditentukan agamanya.

Ibnu Rajab mengatakan bahwa seluruh kemasiatan bermula dari mendahulukan hawa nafsu daripada kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT telah mensifati orang-orang musyrik dengan mengikuti hawa nafsu di beberapa tempat didalam al Qur’an, demikian pula perbuatan-perbuatan bid’ah. Sesungguhynya hal itu muncul dari mendahulukan hawa nafsu daripada syariat, karena itulah maka orang-orangnya disebut dengan Ahlul Ahwa.

Setiap hawa nafsu baik itu hawa syubhat maupun hawa syahwat membahayakan keimanan seorang hamba dan diwajibkan baginya untuk mencintai apa-apa yang dicintai Allah dan Rasul-Nya serta membenci apa-apa yang dibenci Allah dan Rasul-Nya agar hawa nafsunya mengikuti syariah, dan inilah yang dituntut dari keimanan seorang hamba.

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya : “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An Nisa [4] : 65)

Di antara bahaya mengikuti hawa nafsu terhadap keimanan seorang hamba Allah adalah :

1. Mengikuti hawa nafsu dapat menghalangi si pelakunya dari berbuat adil didalam hukum dan pergaulan serta akan mendorongnya kepada kezhaliman dan permusuhan. Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa [4] : 135)
2. Mengikuti hawa nafsu akan mendorong pelakunya melakukan perbuatan bid’ah didalam agamanya dan menjauhi sunnah.

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
Artinya : “Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm [53] : 3–4)
3. Mengikuti hawa nafsu menyebabkan terhalangnya si pelaku daripada hidayah dan taufiq.

وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya : “Dan kalau Kami menghendaki, Sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi Dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya Dia mengulurkan lidahnya (juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” (QS. Al A’raf [7] : 176)
4. Mengikuti hawa nafsu akan membawa si pelakunya menolak kebenaran dan sesat dari jalan Allah SWT bahkan dapat menyesatkan orang lain darinya.

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Artinya : “Maka jika mereka tidak Menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesung- guhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. sesung- guhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Qashash [28] : 50)
5. Yang paling berat adalah bahwa mengikuti hawa nafsu dapat menjadikan si pelakunya kafir dan keluar dari agama islam.

وَمَا لَكُمْ أَلَّا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُم مَّا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلَّا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا لَّيُضِلُّونَ بِأَهْوَائِهِم بِغَيْرِ عِلْمٍ ۗ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِالْمُعْتَدِينَ
Artinya : “Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, Padahal Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya. dan Sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al-An’am [6] : 119)

Pokok dari syahwat dunia didalam diri seseorang ada empat, yaitu : wanita, harta, anak-anak dan jabatan atau kekuasaan, sebagaimana disebutkan didalam firman-Nya :

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Artinya : “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS. Ali-Imran [3] : 14)

Untuk itu hendaklah setiap mukmin harus ekstra waspada terhadap sikap mengikuti hawa nafsu baik hawa syubhat maupun syahwatnya. Dan diantara yang bisa dilakukan untuk mengalahkan tarikan hawa nafsu yang senantiasa memerintahkan dirinya agar melakukan maksiat, adalah :

1. Takut akan adzab dan siksa Allah SWT. Karena hal ini merupakan pertahanan yang paling kokoh untuk menghindarinya dari mengikuti hawa nafsu, sebagaimana firman-Nya :

وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ
Artinya : “Dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” (QS. An-Najm [53] : 3–4)

Al Imam Ibnu Jarir ath Thabari mengatakan,”Adapun siapa yang takut akan pertanyaan Allah terhadap dirinya tatkala ia berdiri dihadapan-Nya pada hari kiamat. Maka bertakwalah kepada-Nya dengan mengerjakan berbagai kewajiban-Nya serta menjauhi berbagai maksiat-Nya. Dia mengatakan, ”Melarang jiwanya daripada hawa nafsunya didalam hal-hal yang dibenci Allah dan tidak diredhoi oleh-Nya serta menghindar darinya. Kemudian menempatkannya kepada hal-hal yang diperintahkan Tuhannya, sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”
2. Senantiasa meminta pertolongan kepada Allah Yang menggenggam hati hamba-hamba-Nya. sesungguhnya Allah telah menjanjikan hidayah kepada orang-orang yang meminta petunjuk kepada-Nya, sebagaimana disebutkan didalam hadits qudsi, ”Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kesesatan, kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk. Oleh karena itu, mohonlah petunjuk kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepadamu!” (HR. Muslim)
3. Berlindung kepada Allah dari kejahatan hawa nafsu dan syahwat jiwa. Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa, sebagaimana disebutkan didalam hadits Khutbah al Hajah, ” Dan kami berlindung kepadanya dari kejahatan jiwa kami dan kejelekan perbuatan-perbuatan kami.” (HR. Nasai), (dari kitab : Min Mu’awwiqat ad Da’wah ‘Ala Dhaui al Kitab wa as Sunnah)

Wallahu A’lam.

Membuat Tertawa Itu Dosa?

Membuat Tertawa Itu Dosa?
Sabtu, 05/02/2011 05:53 WIB | email | print

Assalamu'alaykum wr. wb.

Ustadz, saya pernah baca katanya kalau membuat orang lain tertawa terbahak-bahak itu dosa. Berarti pelawak berdosa? Kalau tidak salah saya baca di salah satu hadis Bukhari. Apakah benar demikian ustadz?

Torres
Jawaban

Wa'alaikumussalam Wr. Wb.

Di dalam kitab al Mausu’ah al Fiqhiyah disebutkan Tertawa bisa berupa tersenyum atau terbahak-bahak. Pada dasarnya : jika ia berupa senyuman maka diperbolehkan menurut kesepekatan para ulama bahkan hal itu pernah dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menganjurkannya sebagaimana terdapat dalam hadits Abdullah bin al Harits yang mengatakan, ”Tertawanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam hanya sekedar senyum." (HR. Tirmidzi) Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, "Senyummu kepada saudaramu merupakan sedekah.” (HR. Tirmidzi)

Adapun tertawa dengan terbahak-bahak maka para ulama memakruhkannya dan melarangnya jika hal itu banyak dilakukan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Jangan sering tertawa karena seringnya tertawa itu mematikan hati." Tsabit al Bananiy mengatakan, ”Tertawanya seorang mukmin adalah bagian dari kelalaiannya yaitu kelalaian terhadap perkara akherat dan jika dirinya tidak lalai maka tidaklah ia tertawa.” (hal. 10083)

Jadi pada dasarnya tertawa adalah sesuatu yang mubah (boleh) selama tidak kebanyakan (berlebihan) karena hal itu dapat mematikan hati, menjadikannya tertipu, berada di dalam kegelapan dan melupakan perkara-perkara akherat, sebagaimana apa yang diriwayatkan Oleh Imam Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Jangan sering tertawa karena seringnya tertawa itu mematikan hati."

Imam Nawardi di dalam kitabnya Adab ad Dunia wa ad Diin menyebutkan bahwa tertawa sesungguhnya kebiasaan yang dapat menyibukkannya dari melihat perkara-perkara penting, melalaikan dari berfikir terhadap berbagai musibah yang memilukan. Orang yang banyak tertawa tidaklah memiliki kehormatan dan kemuliaan. Diriwayatkan Oleh Abu Idris al Khulani dari Abu Dzar al Ghifari berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Waspadalah kamu terhadap banyak tertawa. Sesungguhnya ia dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah (mu).” Diriwayatkan dari Ibnu Abbas terhadap firman Allah SWT :

هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ

Artinya : “Kitab Apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.” (QS. Al Kahfi [18] : 49), Sesungguhnya yang kecil di situ adalah tertawa.

Adapun tentang melawak —disebutkan didalam Fatawa al Azhar— bahwa ia adalah sesuatu, baik berupa perkataan maupun perbuatan yang didominasi oleh tertawa, memasukkan kebahagiaan didalam jiwa maka hukumnya tergantung pada tujuan darinya serta uslub (cara-cara) yang digunakan di dalamnya. Apabila tujuannya adalah menghina atau merendahkan (orang lain) atau menggunakan cara-cara dusta maka hal itu dilarang dan jika tidak terdapat hal-hal demikian maka tidaklah dilarang, ia seperti canda. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercanda dan tidaklah dia mengatakan kecuali kebenaran, sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dan terdapat didalam sunan at Tirmidzi, ”Sesungguhnya Anda bercanda dengan kami,” Beliau bersabda: "Sesungguhnya aku tidaklah mengatakan sesuatu kecuali yang benar", ini adalah hadits hasan.

Di antara beberapa peristiwa, disebutkan bahwa ada seorang laki-laki yang berkata kepadanya, ”Bawalah aku di atas onta.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Bahkan kami akan membawamu di atas anak onta.” Orang itu berkata, ”Bagaimana aku melakukannya? Sesungguhnya ia tidaklah bisa membawaku.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Tidak ada satu onta pun kecuali dia adalah anak onta.” Diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi dan dishahihkan olehnya. Didalam “al Adzkar” milik Imam Nawawi hal 322 disebutkan bahwa yang bertanya adalah seorang wanita.

Saya mengingatkan untuk menyedikitkan tertawa dan janganlah selalu tertawa karena hal itu bisa menjadikannya haram, disebutkan di dalam hadits, "Bisa jadi seseorang mengatakan satu patah kata yang menurutnya tidak apa-apa tapi dengan kalimat itu ia jatuh ke neraka selama tujuhpuluh tahun." (HR. Bukhari dan Muslim)

Umar berkata, ”Barangsiapa yang banyak tertawa maka sedikit kemuliaannya, barangsiapa yang bercanda maka dia akan diremehkan.” Umar bin Abdul Aziz berkata, ”Bertakwalah kepada Allah dan waspadalah terhadap canda. Sesungguhnya canda dapat mewariskan kedengkian dan membawanya kepada keburukan.” Imam Nawawi di dalam kitabnya itu mengatakan bahwa para ulama berkata, ”Sesungguhnya canda yang dilarang adalah yang kebanyakan dan berlebihan karena ia dapat mengeraskan hati dan menyibukkannya dari dzikrullah dan menjadikan kebanyakan waktu untuk menyakiti, memunculkan kebencian, merendahkan kehormatan dan kemuliaan. Adapun canda yang tidak seperti demikian maka tidaklah dilarang. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedikit melakukan canda untuk suatu kemaslahatan, menyenangkan dan menghibur jiwa. Dan yang seperti ini tidaklah dilarang sama sekali bahkan menjadi sunnah yang dianjurkan apabila dilakukan dengan sifat yang demikian. Maka bersandarlah dengan apa yang telah kami nukil dari para ulama dan telah kami teliti dari hadits-hadits dan penjelasan hukum-hukumnya dan hal itu karena besarnya kebutuhkan terhadapnya. wa billah at Taufiq (Fatawa al Azhar juz X hal 225)

Wallahu A’lam.