Jumat, 22 April 2011

Ketahuilah Dunia Bukan Tempat Kenikmatan

Ketahuilah Dunia Bukan Tempat Kenikmatan

oleh Sheikh Yusuf Qardawi

Salah satu faktor yang membantu manusia memiliki sikap sabar, khususnya terhadap musibah dan kesulitan, adalah pandangannya terhadap dunia. Manusia yang memiliki pandangan yang jelas tentang dunia, maka ia akan menjadi manusia yang sabar.

Hakekatnya dunia bukanlah surga tempat kenikmatan dan juga bukan tempat yang abadi. Ia hanya berupa cobaan dan pembebanan (taklif). Manusia diciptakan di dalamnya untuk diuji guna memeprsiapkan kehidupan yang abadi di akhirat. Siapa yang telah mengetahui watak kehidupan dunia seperti ini, maka ia tidak akan dikejutkan oeh "malapetaka" dunia. Sesuatu yang datang dari dalam kehidupannya, maka tak asing lagi bagi kehidupannya.

Tetapi bagi orang-orang yang memandang kehidupan dunia ini sebagai jalan llyang penuh ditaburi bunga dan aroma, maka apabila ia tergelincir sedikit saja, akan dirasakannya sangat berat dan sulit, karena sebelumnya tidak pernah membayangkannya. Al-Qur'an mengisyarakatkan bahwa kehidupan manusia ini diliputi oleh berbagai kesengsaraan dan derita. Firman Allah SWT:

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ

"Sungguh Kami telah ciptakan manusia berada dalam susah payah." (QS. al-Balad [90] : 4)

Selain itu juga diisyaratkan bahwa watak kehidupan ini tida pernah konstan dalam suatu keadaan. Hari membawa kebaikan dan esok har membawa kesengsaraan.

Allah Ta'ala berfirman :

إِن يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهُ ۚ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

"Jika kamu mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun mendapat lukayang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran." (QS. Ali Imran [3] : 140)

Allah menciptakan kehidupan ini dengan memasukkan antara kesenangan dan kesengsaraan, antara kecintaan dan kebencian. Tidak ada kesenangan dan kenikmatan tanpa ada kesengsaraan dan kepedihan, tidak ada kesehatan tanpa diganggu rasa sakit, atau kebahagiaan tanpa kesedihan atau keamanan tanpa ketakutan. Sebab hal ini menyalahi kodrat kehidupan dan peranan manusia di dalamnya. Kenyataan inilah yang disadari oelh para filsuf, penyair dan pemikir sejak dahulu kala, sehingga banyak kita temui ungkapan mereka yang mengenai hal ini.

Ali bin Ali Talib pernah ditanya tentang dunia, kemudian menjawab, "Apa yang dapat aku katakan tentang dunia yang awalnya tangis, tengahnya kesengsaraan, dan ujungnya ketidak abadian ?"

Di dalam kitab Zadul Ma'ad, Ibn Qayyim menjelaskan tentang 'obat' panas dan sedihnya musibah :

"Diantara penyembuhannya ialah, hendaknya ia memadamkan api musibah itu dengan kesejukan meneledani orang-orang yang mengalami musibah. Hendaknya diketahui bahwa di setiap lembah itu mash terdapat orang-orang yang bahagia, tetapi hendaknya pula ia menoleh ke kanan melihat kesengsaraan yang ada dan menoleh ke kiri melihat derita yang menimpa. Kalau saja ia menjelejahi dunia, niscaya akan mendapati bahwa tidak ada orang yang luput dari cobaan. Baik dengan kehilangan kekasih maupn menderita sesuatu yang tidak disukai.

Sesungguhnya kebahagiaan dunia itu laksana mimpi orang-orang yang sedang tidur seperti bayangan. Jika membuatnya tertawa sejenak maka akan membuatnya bahagia sehari, maka akan membuatnya sengsara setahun. Jika menghiburnya sebentar, maka akan menyedihkannya secara berkepanjangan.

Berkata Ibn Mas'ud : "Setiap kebahagiaan pasti mengandung kesedihan, tidak ada kebahagiaan tanpa kesedihan."

Berkata Ibn Sirin : "Sesuatu yang berwujud gelak tawa semata, niscaya pada akhirnya membawa tangis."

Berkata Hindun binti Nu'man bin al-Mundzir (seorang raja Arab), "Kami pernah menjadi oran gyang paling berwibawa dan paling kuat pemerintahannya, tetapi sebelum matahari terbenam kami telah menjadi orang yang paling sedikit dan lemah. Sesungguhnya Allah tidak memberikan kemegahan kepada sesuatu negeri kecuali dijadikan sebagai pelajaran dan peringatan."

Pada suatu hari Hindun pernah ditanya tentang nasibnya, maka dia menjawab : "Sekarang tak seorangpun dari bangsa Arab yang berharap kepada kami bahkan tak seorang pun dari bangsa Arab yang mengasihi kami."

Tak ada yang kekal di dunia ini, dan yang kekal hanyalah Allah Azza Wa Jalla, setiap saat kehidupan ini berubah, dan selalu berganti-ganti. Adakalahnya sedih dan adakalnya bergembira. Kehidupan yang kekal hanyalah di akhirat. Janganlah terpedaya dengan kehidupan dunia yang palsu ini. Wallahu'alam.
Senin, 18/04/2011 13:58 WIB | email | print

Defeated Mentality (Mental Pecundang)

Defeated Mentality (Mental Pecundang)
Selasa, 19/04/2011 07:14 WIB | email | print

oleh Ihsan Tandjung

Salah satu penyakit menonjol kaum Muslimin dewasa ini ialah terjangkiti Defeated Mentality (Mental Pecundang). Tidak sedikit saudara muslim kita yang malu menampilkan identitas ke-Islam-annya di tengah masyarakat. Ia sangat khawatir bila dirinya memperlihatkan segala sesuatu yang terkait dengan nilai-nilai Islam maka ia akan diejek, dipandang rendah, diasingkan, dikucilkan, ditolak bahkan dimusuhi. Inilah yang menyebabkan tidak sedikit pegawai kantoran yang membiarkan dirinya menunda bahkan meninggalkan sholat bila mendapati dirinya sedang “terjebak” di dalam suatu meeting panjang. Tidak sedikit muslimah yang ragu untuk berjilbab karena tidak siap menghadapi “komentar negatif” orang-orang di sekelilingnya. Dan banyak daftar contoh lainnya. Padahal menampilkan identitas Islam merupakan perintah Allah سبحانه و تعالى :

فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)." (QS. Ali Imran [3] : 64)

Keberpalingan orang lain dari agama Allah سبحانه و تعالى tidak berarti kitapun harus ikut-ikutan berpaling darinya. Berjalanlah di tengah masyarakat dengan identitas Islam yang jelas terlihat. Sebab menampilkan identitas Islam merupakan bukti seorang muslim siap beribadah kepada Rabbnya dalam situasi dan kondisi apapun. Di manapun dan di hadapan siapapun. Memperlihatkan perilaku dan akhlak Islam merupakan bukti seorang muslim meyakini bahwa sosok Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم merupakan teladan utama bagi dirinya yang perlu ia contoh begaimanapun situasi dan kondisi yang melingkupi dirinya. Seorang muslim tidak dibenarkan membiarkan dirinya berperilaku laksana bunglon. Berubah warna menyesuaikan diri dengan warna di sekitar dirinya. Warna Islam harus menjadi warna seorang muslim betapapun ramainya aneka warna lainnya di sekitar dirinya. Muslim yang tidak konsisten menampilkan identitas Islamnya merupakan orang yang memiliki mentalitas pecundang. Ia telah kalah sebelum bertarung.

Apa sebenarnya yang menyebabkan banyak muslim dewasa ini ber-mental pecundang? Banyak sebabnya. Di antaranya ialah:

Tidak memiliki keyakinan yang mantap bahwa sesungguhnya Allah سبحانه و تعالى pasti menolong orang yang menolong (agama) Allah سبحانه و تعالى. Dia ragu apakah benar jika dirinya tampil dengan identitas Islam ia bakal ditolong Allah سبحانه و تعالى? Sehingga akhirnya dia menawar dalam hal ini. Dia mulai mencari identitas lain yang dia sangka jika ia tampilkan –baik bersama dengan identitas Islam maupun tidak- maka manusia di sekitar akan memberikan apresiasi kepada dirinya. Ia akan dianggap sebagai orang yang lebih “mudah diterima”. Padahal jelas Allah سبحانه و تعالى berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (QS. Muhammad [47] : 7)
Dia silau melihat kaum kafir yang Allah sedang berikan kesempatan memimpin dunia dewasa ini di zaman yang penuh fitnah (baca: ujian) bagi kaum yang beriman. Lalu dalam rangka supaya bisa segera menyaingi keberhasilan kaum kafir, maka diapun mengikuti jejak langkah, tabiat dan kebiasaan kaum kafir. Jika kaum kafir bisa meraih kemenangan tanpa menghiraukan keterlibatan agama dalam urusan kehidupan sosial, politik dan ekonomi, maka iapun menganggap bahwa hal itu juga bisa diraih oleh ummat Islam jika paham sekularisme turut dikembangkan di tengah kaum muslimin. Akhirnya ia beranggapan bahwa identitas berdasarkan kesamaan bangsa lebih dapat diandalkan daripada identitas berdasarkan kesamaan aqidah dan ketundukan kepada Allah, Rabb Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam raya. Paham nasionalisme yang merupakan ideologi produk manusia dipercaya dapat “lebih menjual” daripada ideologi dienullah (agama Allah) Al-Islam yang bersumber dari Allah سبحانه و تعالى . Alhasil keyakinan bahwa Allah سبحانه و تعالى merupakan sebab bersatunya hati manusia digantikan dengan man-made ideologies sebagai sebab persatuan dan kesatuan umat manusia. Padahal jelas Allah سبحانه و تعالى berfirman:

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًامَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ
“Dan (Allah) Dialah Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.” (QS. Al-Anfal [8] : 63)
Dia mudah terjebak oleh paham-paham sesat modern yang bertentangan dengan ajaran Islam. Sementara ada sebagian ummat Islam bahkan tokoh Islam yang justeru mendukung paham-paham tersebut. Dukungan yang diberikan kadang-kala dijabarkan dalam tulisan-tulisan yang berdalilkan ayat dan hadits pula. Di antaranya adalah seperti paham Pluralisme, Sekularisme, Humanisme serta Demokrasi. Memang harus diakui bahwa jika seorang muslim tidak memiliki ilmu yang cukup dan rajin membaca berbagai tulisan para ulama dan pemikir Islam yang kritis membedah kesesatan paham-paham tersebut, niscaya dia akan dengan mudah menelan berbagai pandangan yang mendukung dan menjustifikasi keabsahan paham-paham tadi. Sebab media yang pada umumnya sekuler lebih condong memuat pendapat yang sejalan dengannya. Hanya sedikit sekali media Islam yang cukup cerdas membongkar bahayanya paham-paham tadi. Karena disamping kecerdasan juga diperlukan keberanian untuk menentang arus yang mengkampanyekannya. Itulah rahasianya Allah سبحانه و تعالى memerintahkan ummat Islam agar tidak mudah ikut arus yang ramai.

وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِإِنْ يَتَّبِعُونَ إِلا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَخْرُصُونَ
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)." (QS. Al-An’aam [6] : 116)
Dia tidak cukup sabar meniti jalan sulit dan mendaki sesuai sunnah (tradisi) cara berjuang Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم untuk meraih janji kemenangan agama Allah سبحانه و تعالى di dunia. Dia mengira bahwa jadwal kemenangan ummat Islam mesti ditentukan oleh perhitungan akal dirinya sendiri. Padahal segala sesuatu memiliki dan mengikuti sunnatullah. Akhirnya demi segera tercapainya kemenangan ia rela berjalan dan berjuang tidak lagi mencontoh sunnah Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم Mulailah dia memandang para mujahidin yang sejatinya berada di atas jalan Allah سبحانه و تعالى justeru sebagai kalangan yang bodoh, tidak progressif dan tidak realistis. Sedangkan para kolaborator (baca: para pengkhianat) justeru dipandangnya sebagai kalangan yang berpandangan luas, progressif dan realistis dalam berjuang. Mereka lupa bahwa kalah dan menang merupakan tabiat hidup di dunia. Tidak mungkin ummat Islam terus-menerus meraih kemenangan di dunia sebagaimana tidak mungkin kaum kafir pasti selalu mengalami kekalahan di dunia. Allah سبحانه و تعالى menggilir masa kejayaan dan kemenangan di antara ummat manusia. Ada masanya ummat Islam berjaya, ada masanya ummat Islam terpuruk. Ada masanya kaum kafir terpuruk, ada masanya mereka diizinkan Allah meraih kemenangan di dunia.

إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُوَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُواوَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran [3] : 140)
Yang pasti, hanya kaum beriman sejati sajalah yang selamanya akan berjaya dan bahagia di akhirat. Dan hanya kaum kafirlah —beserta kaum munafiq yang berkolaborasi dengan mereka— yang selamanya bakal merugi dan menderita kekalahan sejati di akhirat kelak nanti.

Begitu kita menyadari bahwa secara konteks zaman kita ditaqdirkan Allah سبحانه و تعالى lahir ke dunia di era dimana giliran kekalahan sedang menimpa ummat Islam dan giliran kejayaan sedang Allah taqdirkan berada di tangan kaum kuffar, maka kita segera sadar bahwa ini merupakan era badai fitnah (baca: badai ujian). Dengan legowo kita harus mengakui bahwa ummat Islam dewasa ini sedang babak belur dan kaum kafir sedang berjaya secara duniawi. Tapi itu bukan alasan untuk kemudian kita meniti kehidupan di dunia ini dengan defeated mentality (mental pecundang). Ini sama sekali bukan alasan ummat Islam untuk meninggalkan jalan hidup Islam dan malah mengadopsi jalan hidup kaum kuffar.

وَلا تَهِنُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran [3] : 139)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

Dari Abu Hurairah dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing,maka beruntunglah orang-orang yang terasing'." (HR. Muslim No. 208)

aib

Manusia memang tidak lepas dari salah dan lupa. Opsi terbaik saat kita khilaf adalah sesegera mungkin bertobat, bersungguh-sungguh menyesali dosa kita, tidak mengulanginya lagi dan banyak beramal saleh dengan harapan agar amal saleh tersebut dapat menghapus dosa yang pernah kita perbuat.

But, the problem is, kadangkala, ada seseorang yang dengan bangganya menceritakan kelamnya masa lalu atau aib yang pernah ia lakukan.

Mungkin kita pernah mendengar seseorang bercerita–dengan santai dan cekakak-cekikik- tentang list aib-aibnya, seperti kalimat di bawah ini:

“Saya pernah pacaran dengan si A dan si B lho, bla… bla… bla”. “Gue dulu suka minum miras, merk A dan merk B mah sudah jadi langganan Gue…”

Hei… bukankah pacaran dan mabuk miras itu dosa? Lantas kenapa mesti diceritakan dengan penuh kebanggaan? Bukankah dosa-dosa itu semestinya disimpan rapat, tak usah ada yang tahu. Jika perlu, simpan dosa-dosamu dalam brankas dan buang ke laut. Aneh bukan, bermaksiat koq bangga.

Ada aturan yang mesti kita pahami, bahwa dosa adalah hal yang memalukan jadi tak perlu ada “press conference”. Segatal apapun mulut kita ingin mengumbar dosa masa lalu, it’s enough, tidak layak kita ceritakan pada orang lain.

Banyak fakta menunjukkan si fulan melakukan dosa karena terinspirasi dosa orang lain, biasanya anak-anak kos yang gemar berbagi pengalaman. Misalnya, si A suka cerita pada si B tentang betapa serunya berpacaran, enaknya nyabu, dll dan lama-lama si B juga ingin mencoba pacaran dan nyabu, nah lho?

Tanpa kita sadari kita telah menjerumuskan orang lain ke jurang dosa gara-gara kita hiasi cerita dosa kita dengan kata-kata nan indah, sehingga bermaksiat jadi terlihat keren bin seru, naudzubillahi min dzalik.

Bila kita pernah khilaf, boleh saja kita menceritakannya. Tapi harus pada orang yang berkompeten, misal pada ustaz atau psikolog, semua dalam rangka mencari satu hal yakni solusi, sekali lagi solusi.

Jika kita telah bertobat, maka simpanlah kisah kelammu baik-baik, jika engkau ingin berbagi cerita bahwa engkau pernah salah dan agar orang lain mengambil ibroh (hikmah) dari ceritamu, maka ceritakan secara umum atau garis besarnya saja tanpa harus deti.

Misalnya, ”Saya juga pernah tergelincir, tapi Alhamdulillah Allah telah menyelamatkan saya”, that’s all. Jika ada teman yang iseng bertanya tentang masa lalumu seperti kalimat ini “Idih, gimana ceritamu sama si A mantanmu dulu, masih ingat nda?”, tak usahlah diperpanjang, cukup katakan “Itu masa lalu kawan, aku telah bertobat dan telah membuka lembaran baru”.

Cukuplah hadis dari Abu Hurairoh bahwa Rasululloh bersabda:

“Semua ummatku dimaafkan (kesalahannya) kecuali Mujahirin (orang yang memberitahukan kemaksiatannya pada orang lain). Dan sesungguhnya termasuk Al-majanah bila orang itu pada malam hari berbuat kejahatan, kemudian pada waktu paginya dia berkata, 'Wahai fulan, tadi malam aku berbuat demikian dan demikian' padahal malam harinya Robb-nya telah menutupi (aibnya tersebut), namun pagi hari dia sendiri yang membuka apa yang telah ditutup oleh Alloh," (HR.Bukhori 5/3254).

Bila Allah telah menutupi aib kita, maka tak perlu kita memberitahukan pada orang-orang. Bukankah malu adalah sebagian dari tanda orang beriman? So the points are; bertobatlah dahulu saat kita tahu bahwa kita berdosa, ceritakan saja kesalahan kita pada orang yang mumpuni agar kita mendapat bimbingan untuk menapaki jalan hidup yang lebih baik dan jika kita “sekedar” cerita pada orang lain tentang aib kita dan tidak akan ada manfaat bagi yang mendengarnya, tampaknya kita lebih baik diam.

Berkatalah yang baik atau diam. Jangan sampai ada yang mencontoh dosa kita hanya karena kita telah bercerita pada orang yang salah dan dengan cara yang salah pula.

Bermaksiat di masa lalu? Usai sudah, jangan berbangga atas kemaksiatan kita, apalagi jika kita telah bertaubat dan Allah telah menutupi aib kita dari orang-orang sedunia.

Rabu, 13 April 2011

Training ESQ

Training ESQ tenyata bukan sekedar training biasa. Lebih dari itu, ajaran ESQ yang dikembangkan Ary Ginanjar menawarkan sebuah jalan hidup melalui konsep yang disebut The ESQWay 165.

Syaifullah (27 tahun) tersentak kaget ketika membaca visi dan misi ESQ (Emotional Spiritual Quotient) di website resmi ESQ Leadership Center yang beralamat di www.esqway165.com.

Dalam website itu ditemukan bahwa misi ESQ adalah “menyebarkan dan menjadikan The ESQWay 165 sebagai jalan hidup terbaik di muka bumi”.

“Astaghfirullahal adzim, yang benar aja masa ajaran ESQ mau dijadikan sebagai jalan hidup terbaik?”, ucapnya saat itu.

Baginya kalimat itu sangat dahsyat. Lelaki yang juga aktivis gerakan Islam itu merasa bahwa misi yang dibuat oleh ESQ LC itu bertentangan dengan Al Qur’an, terutama Surat Ali Imran ayat 85. “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

Alumni ESQ Angkatan 52 itu sebelumnya hanya berpandangan bahwa kekurangan metode ESQ yang dikembangkan oleh Ary Ginanjar Agustian adalah tidak sampainya materi pelatihan kepada syariat Islam. ESQ dia pandang hanya bisa menyadarkan orang untuk beriman. “Setelah orang beriman kepada Allah, Ary tidak mengajarkan bahwa konsekuensi keimanan itu adalah terikat dengan syariat Islam”, jelas Syaifullah.

Ia masih ingat betul saat mengikuti training ESQ di Jakarta Convention Center, Jakarta, pada tanggal 5-8 Oktober 2006 silam. Bersama dua orang temannya, kala itu ia menjadi delegasi dari sebuah gerakan dakwah yang ia ikuti. Beberapa keanehan ajaran ESQ sebenarnya sudah dirasakannya, namun tidak sampai membuat ia mendalami. Tetapi ketika pertengahan Juni 2010 Pejabat Mufti Wilayah Persekutuan Malaysia mengeluarkan fatwa sesat terhadap ajaran, pedoman dan paham ESQ LC yang dipimpin Ary Ginanjar, Syaifullah pun tersadar. Bahwa ajaran ESQ memang benar-benar sesat dan menyesatkan.

Syaifullah menceritakan ketika mengikuti training empat tahun silam, saat pembukaan Ary mengumumkan bahwa trainingnya bukanlah ceramah agama, karena itu boleh-boleh saja semua penganut agama mengikuti trainingnya. Selain itu peserta juga tidak boleh mengajukan pertanyaan. “Tapi Ary selalu membawa ayat-ayat Al Qur’an, bahkan mengajak peserta agar meneladani sifat-sifat Allah (Asmaul Husna). Ini kan kacau”, ungkapnya.

Kesesatan ESQ

Jika diteliti secara mendalam, sebenarnya kesesatan ajaran lembaga yang beridiri sejak 16 Mei 2000 itu sangatlah banyak. Ketua Lajnah Tsaqafiyah DPP Hizb Dakwah Islam (HDI) Ustadz Bernard Abdul Jabbar mencatat setidaknya ada 38 poin kesesatan ESQ. Sementara peneliti aliran-aliran sesat Ustadz Hartono Ahmad Jaiz menemukan setidaknya ada 27 penyimpangan. Catatan yang mereka berikan terhadap ESQ secara garis besar mirip dengan fatwa yang dikeluarkan oleh Mufti Malaysia.

Misi ESQ yang dinyatakan dalam kalimat “menyebarkan dan menjadikan The ESQWay 165 sebagai jalan hidup terbaik di muka bumi”, dinilai oleh mantan misonaris itu sebagai upaya Ary untuk membuat agama baru yang bernama Agama ESQ 165. “Jalan hidup terbaik itu hanya Islam, kalau dia buat ESQ sebagai jalan hidup (way of live), apa bedanya ESQ dengan Ahmadiyah?”, ungkap Bernard lantang.

Bernard bahkan menyuguhkan fakta bahwa ajaran ESQ adalah sinkretistik yang mencampurkan antara ajaran Islam, Kristen dan Hindu. “ESQ itu ajaran gado-gado”, tegasnya.

Ketua Lembaga Pengkajian dan Penelitian Islam (LPPI) Amin Djamaludin menyatakan bahwa ia telah melakukan penelitian terhadap ESQ sejak lama. Pada tahun 2009 lalu, Amin mengaku didatangi oleh tim dari Malaysia yang meminta penjelasannya seputar ESQ. “Saat itu saya sudah menyatakan bahwa ESQ memang menyimpang”, jelasnya di hadapan peserta Forum Kajian Sosial Kemasyarakatan (FKSK), di Jakarta, Kamis (29/10).

Menurut anggota Komisi Pengkajian MUI Pusat itu, penyimpangan terbesar yang dilakukan oleh Ary Ginanjar adalah menafsirkan makna Asmaul Husna. “Karena ini adalah kunci dan inti buku ini. Dalam buku ini, masalah Asmaul Husna merupakan kesimpulan akhir”, katanya sambil mengangkat buku ESQ yang ditulis Ary Ginanjar.
“Sebagai contoh, Asmaul Husna “Al-Muqsith” diartikan saya adil dalam menghukum. Bagaimana mungkin menyamakan keadilan Allah dengan keadilan manusia?”, lanjutnya.

Ungkapan itu menurut Amin adalah penyimpangan yang ingin menyaingi Allah SWT. “Sama kayak HMA Bijak Bestari yang dulu sering tampil di televisi tiap Sabtu mengobati orang. Bijak Bestari mengaku dirinya tuhan tertinggi di atas Allahu Akbar. Allahu Akbar setingkat di bawah dia. Hampir sama ESQ dengan HMA Bijak Bestari”, jelasnya.

Pengasuh Kajian Tauhid Radio DAKTA Ustadz Farid Okbah berpendapat senada dengan Amin. Menurut Ustadz Farid, kesalahan terbesar yang dilakukan oleh Ary Ginanjar adalah mendoktrinkan dalam buku maupun kajian yang ada di dalam forum itu supaya peserta mengikuti akhlak Allah.
Dalam setiap kesempatan, Ary memang selalu membawakan hadits “Takhallaquu bi-akhlaaqillaah”. Padahal menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Al-Fawa’id itu adalah hadits palsu. Ungkapan tersebut bukanlah hadits Nabi, tapi ucapan Yahya bin Mu’adz. ”Karena ungkapan ini bukan hadits, maka tidak bisa dijadikan pedoman”, jelas Farid.

Kewajiban umat Islam adalah mengikuti akhlak Rasulullah. Mengikuti akhlak Allah adalah indikasi ajaran sufi. ”Inilah kesalahan dasar Ary Ginanjar yang harus diluruskan. Dan Ary Ginanjar harus melakukan koreksi total terhadap ESQ-nya sebelum menyebar lebih luas lagi”, tegas Alumni ESQ Angkatan 46 itu.

Sementara itu, meski belum sampai pada kesimpulan menyesatkan, Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat Dr. H. Anwar Ibrahim mengatakan bahwa ia mengkhawatirkan ajaran ESQ dengan sejumlah alasan. Diantaranya kelahiran ESQ 16 Mei 2000 lalu hampir bersamaan dengan kemunculan Jaringan Islam Liberal (JIL). Selain itu Anwar juga mempertanyakan kemampuan Ary dalam penguasaan bahasa Arab (sebagai salah satu syarat untuk bisa memahami Al Qur’an) dan keahliannya dalam memahami literatur Islam.

”Gelagat Ary juga mencurigakan. Ia membaca Al Qur’an tapi bilang itu bukan dakwah. Lantas Al Qur’an ditempatkan dimana?, tanyanya.

Secara faktual, ajaran ESQ memang terpengaruh dari ajaran di luar Islam. Konsep ’Suara Hati’ jelas diambil dari kitab Injil (Yohanes 8:9, Matius 15:19), sementara konsep Zero Mind Process (ZMP) diambil dari ajaran Hindu yang dibawa oleh Swami Vivekananda. Konsep Spiritual Quotient (SQ) sendiri adalah temuan seorang Yahudi bernama Danah Zohar. Konsep God Spot yang dianggap sebagai dimensi spiritual manusia sendiri merupakan temuan VS Ramachandran dan timnya dari California University AS. Dalam ESQ, 99 Asma Allah (Asmaul Husna) direfleksikan pada God Spot sebagai Core Values (nilai inti).

Bukan hanya pengaruh dari agama lain, penulis buku ”Gerakan Theosofi di Indonesia”, Artawijaya, bahkan mensinyalir adanya pengaruh aliran kebatinan di dalam ESQ. Hal ini bisa diketahui dari pemakaian istilah dan isi dari Nilai Dasar ESQ yang disebut dengan 7 BUDI UTAMA. Tujuh Budi Utama ini di dalam ESQ merupakan nilai yang harus dipegang teguh dan tidak boleh dilanggar. Selain itu juga ada 7 Belenggu Pikiran dan Hati yang harus dibersihkan melalui Zero Mind Process (ZMP).

Bagi Arta, angka tujuh sangat berkaitan dengan ajaran aliran kebatinan yang disebut Martabat Tujuh yang disebarkan oleh aliran Wihdatul Wujud (salah satu aliran tasawuf yang menyimpang). Sementara kata BUDI UTAMA mengingatkan kita pada salah satu organisasi pergerakan yang didirikan para anggota Freemasonry di Indonesia, Boedi Oetomo. ”Kata itu dulu sangat dipersoalkan oleh tokoh-tokoh Islam. Karena terlalu mengagungkan budi”, jelasnya.

Dalam buku Bangkitnya Semangat Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908-1918, sebagaimana yang dikutip oleh Artawijaya disebutkan bahwa pada tanggal 21 April 1904, sebuah koran Melayu-Jawa bernama ”Darmo-Kondo” yang terbit di Surakarta memuat karangan tanpa nama penulis berjudul ”Hal Budi Manusia”. Dalam tulisan itu dibahas tentang pengertian Budi. ”Diantara keagungan yang ada di dunia, tidak ada yang lebih agung daripada ”Budi”...orang berbudi yang tertidur lebih mulia dari pada si dungu yang shalat”.

Dalam buku yang dikarang oleh Akira Nagazumi itu juga ditulis bahwa mereka yang menyebut ”Budi” sebagai puncak kegiatan moral manusia dan mengendalikan akal dan watak seseorang, adalah mereka yang mengamalkan kebatinan dan kejawen. Sementara para penganut kebatinan, pada masa itu, kerap melakukan pelecehan terhadap ajaran Islam.

Ary Ginanjar Membela Diri

Serangkaian aksi telah dilakukan oleh Ary Ginanjar dan timnya untuk menyelesaikan persoalan ini. Pada tanggal 13 Juli 2010, di Harian Umum Republika, Ary Ginanjar memasang iklan satu halaman penuh yang mengklaim bahwa ajarannya tidak menyimpang karena didukung oleh para tokoh agama di Indonesia dan Malaysia.

Untuk membuktikan klaimnya, pada halaman 25 koran nasional itu juga dipajang beberapa surat rekomendasi berbagai ormas yang menyatakan ajaran ESQ tidak sesat. Salah satu surat rekomendasi yang paling ditonjolkan adalah Surat Rekomendasi Dewan Dakwah Indonesia (DDII) Pusat. Belakangan diketahui bahwa surat rekomendasi DDII itu tidak sah mewakili sikap resmi DDII. Dalam pernyataan resmi yang ditandatangani Ketua Umum Syuhada Bahri dan Sekretais Umum Abdul Wahid Alwi, Jum'at (17/7), DDII membantah telah mengeluarkan surat rekomendasi yang mendukung ESQ Ary Ginanjar.

Dukungan MUI yang diklaim oleh Ary Ginanjar juga dibantah oleh Ketua Komisi Fatwa MUI, Dr. H. Anwar Ibrahim. Menurut Anwar sampai saat ini MUI secara resmi belum mengeluarkan keputusan soal ESQ. “Jika dikatakan MUI mendukung ESQ, Itu baru pernyataan salah satu pengurus MUI”, ujarnya.

Selain itu, Ary juga menemui Amin Djamaludin. Pertemuan dilakukan pada hari Sabtu, 17 Juli 2010 pukul 10.00 WIB di Kantor LPPI. Kepada Amin, Ari mengaku menghargai dan berterima kasih atas saran yang diberikan secara langsung. ”Yang dikritisi oleh Pak Amin adalah buku ESQ bukan training ESQ”, ujar Ary.

Sementara pada Diskusi FKSK (29/7) Amin mengaku dalam pertemuannya dengan Ary ia menjelaskan tentang kesesatan ESQ berkaitan dengan Suara Hati dan Konsep Zakat serta meminta Ary agar mengumumkan kesesatannya itu di sejumlah media. ”Jadi saya bukan sekedar mengkoreksi kesalahan redaksional sebagaimana isi surat yang dikirimkan pada saya”, jelasnya. Amin juga ditawari untuk menjadi Tim Penyusun Buku ESQ untuk edisi berikutnya.

Pada hari Selasa (20/7) pukul 18.30 - 20.00 WIB di Meeting Room Radio DAKTA Jl. KH. Agus Salim Bekasi juga diadakan pertemuan antara Ary Ginanjar dengan Ustadz Farid Okbah. Dalam pertemuan itu Ustadz Farid juga mengungkapkan sejumlah kesesatan dalam ajaran ESQ. Menurut salah satu saksi yang hadir dalam pertemuan itu, Wildan Hasan, sangat jelas dan terang Ary Ginanjar menerima semua koreksi Ustadz Farid dan berjanji akan memperbaiki kekeliruan-kekeliruannya. Menurut Wildan, Ary juga menawarkan pada Ustadz Farid untuk berkunjung ke Amerika Serikat.

Selain bergerilya menemui tokoh-tokoh Islam, para alumni ESQ juga ramai-ramai membela bekas ’almamater’ mereka. ”Apa yang sesat dari ESQ, apa ada dari kami yang mengingkari sholat, tidak membayar zakat, dan tidak puasa?. Lagian itu kan hanya satu orang mufti, masih banyak mufti lain yang mendukung ESQ”, begitulah pembelaan mereka di forum diskusi FKSK, Kamis (29/7) lalu. Bahkan seorang anggota Dewan Penasehat FKA ESQ, Iskandar Zulkarnain, terang-terangan mengajak para peserta ESQ untuk mengikuti training ESQ secara gratis. Iskandar bahkan mendatangi host FKSK, Luthfie Hakim, agar mengumumkan hal itu kepada peserta. Kontan permintaan itu ditolak oleh Luthfie.

Ungkapan para Alumni yang membabi buta itu persis dengan pernyataan Ary Ginanjar dalam konferensi pers dengan sejumlah wartawan media Islam pada hari Sabtu (17/7) ketika ditanya tanggapannya tentang tudingan bahwa ESQ sesat ia menjawab:

”Kriteria sesat yaitu apabila mengubah, menambah, atau mengurangi Rukun Islam dan Rukun Iman. Di ESQ tidak ada perubahan sama sekali akan hal itu. Justru banyak orang yang tidak membaca syahadat, jadi bersyahadat. Yang tadinya tidak shalat dan puasa, jadi rajin shalat dan puasa. Yang mampu jadi rajin membayar zakat dan pergi haji. Shalat wajibnya tetap lima waktu, menghadapnya tetap kiblat, puasa wajibnya tetap di bulan Ramadhan, hajinya tetap pergi ke Mekkah. Semua sesuai aqidah dan syariah Islam”.

Tentu saja pernyataan ini sangat menggelikan. Rupanya ia tidak paham kritera sesat yang telah diumumkan. Sebab kriteria aliran sesat yang ditetapkan MUI, bukan soal ingkar terhadap rukun Iman dan rukun Islam saja, tetapi juga menafsirkan Al Qur’an yang tidak berdasarkan kaidah tafsir. Soal kebenaran juga bukan soal angka, berapa lawan berapa, tetapi soal kekuatan hujah.

“Ingat, sedikit dan banyaknya orang tidak menjadi ukuran suatu kebenaran. Kata Ali bin Abi Thalib, “Ukuran kebenaran tidak diukur dengan banyaknya orang. Tapi kenalilah kebenaran, niscaya kamu akan tahu siapa yang di atas kebenaran itu”, kata Ustadz Farid Okbah.

Bukan Training Biasa

Training ESQ memang bukan training Sumber Daya Manusia (SDM) biasa. Training ini menawarkan jalan hidup. Bahkan jalan hidup itu akan disebarluaskan.”Setelah membaca buku ESQ ini secara jelas, saya sampai pada satu kesimpulan, bahwa ESQ bukan model pelatihan SDM biasa”, ujar seorang penulis AM Waskito.

Warsito membuktikan pernyataannya didasarkan atas buku ESQ karya Ary Ginanjar halaman 14. Dalam buku itu Ary menulis: Di posisi inilah ESQ tampil menjawab permasalahan tersebut. ESQ sebagai sebuah metode dan konsep yang jelas dan pasti, adalah jawaban dari kekosongan batin sang jiwa. Ia adalah konsep universal yang mampu menghantarkan seseorang pada ‘predikat memuaskan’ bagi dirinya sendiri, juga bagi sesamanya. ESQ pula yang dapat menghambat segala hal yang kontra-produktif terhadap kemajuan umat manusia.”

Menurut Warsito, melalui kalimat itu Ary Ginajar seolah memiliki agenda untuk mereformasi ajaran Islam. Ajaran Islam dianggap membutuhkan konsep ESQ-nya, agar ia menjadi “The Way of Life” bagi kaum Muslimin. Padahal sejak lama, sebelum Ary menemukan hidayah, para ulama Islam sudah menyebut agama ini sebagai Minhajul Hayah (metode kehidupan manusia). ”Kalimat Ary Ginanjar itu sangat pekat bermakna: missi, arogansi, sekaligus penyesatan opini”, ungkapnya.

Karena itu, Sekjen Forum Umat Islam (FUI) KH. Muhammad Al Khaththath menasehati agar Ary Ginanjar segera ruju’ ilal haq (kembali ke jalan yang benar) dan menghadapi segala kritikan dengan senyum. ”Kita mengkritik itu sebagai tanda sayang. Jangan sampai di akhirat kelak kita ditanya oleh Allah Swt, ini saudaramu sesat kok tidak kamu ingatkan. Ahmadiyah saja kalau ruju’ ilal haq kita terima, apalagi Ary Ginanjar”, ujar alumni ESQ Angkatan 36 itu.

Menurut Al Khaththath, mengakui kesalahan tidak akan merendahkan derajat dan martabat, sebaliknya akan mengangkat derajat. Ary Ginanjar hendaknya mencontoh seorang ulama madzhab Syafi’i yang bergelar Shultanul Ulama, Syaikh Izzudin Abdul Aziz bin Abdus Salam ketika suatu waktu memfatwakan sesuatu yang di kemudian hari keliru. Beliau kemudian mengkoreksi sendiri fatwanya itu di tengah-tengah kota Kairo. Untuk saat ini mengkoreksi ajaran yang menyimpang caranya jauh lebih mudah dibandingkan dengan jaman Syaikh Izzudin. "Mumpung nasi belum menjadi bubur", tutupnya. (shodiq ramadhan, dari berbagai sumber)

Selasa, 05 April 2011

Hukum Waris Bertentangan dengan Syariat, Muslim Bangladesh Protes

Hukum Waris Bertentangan dengan Syariat, Muslim Bangladesh Protes
PostDateIconTuesday, 05 April 2011 19:26 | PostAuthorIconWritten by Shodiq Ramadhan | PDF Print E-mail

Lintas Berita

alt
Dhaka (SI ONLINE) - Umat Islam Bangladesh marah atas rencana pemerintah yang akan menerapkan hukum waris bagian antara wanita dengan pria sama. Ribuan pemuda Bangladesh, Senin (4/4/2011) melanjutan mogok hari ketiga mengakibatkan bentrokan dengan polisi, menewaskan satu orang dan melukai puluhan demonstran.

Komite Pelaksanaan Hukum Islam, menyerukan mogok untuk memprotes langkah pemerintah untuk mengesahkan undang-undang yang sama memberikan kekayaan dan hak waris bagi perempuan di negara mayoritas Muslim.

Pendemo bergabung atas nama Perempuan Nasional Kebijakan Pembangunan 2011, terdiri kelompok-kelompok Islam, gabungan oposisi utama Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) dan sekutunya, Islami Oikya Jote (IOJ), mengatakan hukum itu bertentangan dengan ajaran Al Qur’an. Berdasarkan aturan baru, baik laki-laki dan perempuan akan mewarisi jumlah yang sama.

Pada hari Senin, sekitar 1.000 pengunjuk rasa memblokir jalan raya Dhaka-Chittagong utama. "Keamanan diperketat untuk mencegah kekerasan," kata komisaris polisi Dhaka Benazir Ahmed Agence France Presse pada hari Senin, (4/4). "Kami memiliki penyebaran yang cukup di seluruh ibukota."

Menghadapi protes besar, pasukan polisi menembakkan peluru karet, gas air mata dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa, terutama siswa di sekolah-sekolah Islam atau madrasah.

Sementara lembaga baru mengatakan bahwa sekitar satu orang tewas dan 30 lainnya luka-luka, polisi mengatakan bahwa sembilan petugas polisi terluka di seluruh negeri ketika mencoba untuk memutus arus orang banyak, sementara 118 orang ditahan.

"Sampai 1.500 pengunjuk rasa tiba-tiba menyerang kami dengan batu dan tongkat bambu," inspektur Shahidul Haq kota Nagarkanda sentral mengatakan. "Mereka membakar salah satu truk kita." Protes serupa sebelumnya meletus pada tahun 2008 atas RUU yang akan memberikan hak waris wanita sama dengan pria.

Pemerintah telah membantah bahwa rencana telah disahkan menjadi UU, menyatakan bahwa undang-undang tidak akan diteruskan yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan As Sunnah.

Ketua IOJ Mufti Fazlul Haque Amini mengatakan bahwa undang-undang baru itu anti-Muslim. Islam mengatakan "perempuan tidak pernah bisa sama dengan pria," kata Amini mengacu pada hak waris. Sementara Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina menolak klaim Amini. “Kebijakan ini telah dirumuskan dalam penjelasan Quran suci dan Hadis (Sunnah)," kata Hasina.

Bangladesh merupakan negeri muslim ketiga terbesar di dunia, dengan jumlah penduduk muslim 148 juta. Negara ini menerapkan sistem hukum sekuler. Tetapi berkaitan dengan warisan dan perkawinan Muslim mengikuti Syariah.

Rep: M Syah Agusdin
Sumber: OnIslam

Sabtu, 02 April 2011

Liberal Lebih Iblis daripada Iblis

Liberal Lebih Iblis daripada Iblis
PostDateIconSaturday, 02 April 2011 17:30 | PostAuthorIconWritten by Shodiq Ramadhan | PDF Print E-mail

Lintas Berita

alt
Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA
Ketua umum DPP Front Pembela Islam

Pada hari Selasa 22 Februari 2011, KH. Hasyim Muzadi saat menjadi keynote speaker dalam acara Harlah NU ke-88 yang digelar PWNU Jawa Timur di Surabaya, beliau menyatakan dengan santai tanpa beban bahwa Liberal Indonesia kalau ke Amerika masih dianggap ”kurang kafirnya”, para peserta pun tertawa mendengar gurauan tersebut. Satu canda yang dalam sekali, bahkan bagi saya dan kawan-kawan FPI yang ikut hadir sebagai undangan, itu bukan sekedar guyonan, tapi satu pukulan telak dan tusukan mendalam yang memposisikan Liberal di tempat yang semestinya.

Vonis kafir untuk Liberal bukan serampangan tak berdasar. Dan Fatwa sesat dari MUI terhadap Liberal bukan ijtihad sembarangan. Serta kesimpulan bahwa Liberal adalah musuh besar Islam bukan kesimpulan berantakan. Begitu pula pernyataan bahwa Liberal lebih Iblis dari pada Iblis bukan pernyataan asal-asalan. Akan tetapi semua itu sudah melalui proses pengkajian mendalam, cermat dan teliti terhadap semua produk pemikiran Liberal, baik di tingkat nasional mau pun internasional.

Melalui tulisan yang lalu, saya sudah memaparkan bahwasanya Liberal merupakan gabungan berbagai virus yang mematikan akal dan nalar serta membunuh iman, yaitu virus-virus Relativisme, Skeptisisme, Agnostisisme dan Atheisme, yang mengakibatkan komplikasi dari berbagai penyakit pemikiran yaitu Pluralisme, Sekularisme, Materialisme dan Rasionalisme, yang secara berurut bisa disebut sebagai kanker pemikiran stadium satu hingga empat.

Pada tulisan yang lalu juga telah diuraikan rincian laporan Setara Institute tahun 2010 yang sangat anti Islam lengkap dengan halamannya, sebagai bukti bahwa saya tidak sedang berbohong, apalagi memfitnah tentang kesesatan Liberal, sekaligus bukti bahwa saya membaca dengan cermat dan sangat memahami kebobrokan pemikiran Liberal. Kini, sejumlah fakta dan data lain akan saya ungkapkan untuk lebih mempertegas kesesatan Liberal.

Jadi, melalui tulisan tersebut dan tulisan kali ini, saya bukan sedang mencaci-maki Liberal, tapi tepatnya sedang menelanjangi kesesatan dan kebobrokan Liberal, sekaligus menjadi saham perjuangan untuk membela Islam. Insya Allah.

LIBERAL DAN PENODAAN AGAMA

Nashr Hamid Abu Zaid pentolan Liberal asal Mesir, yang telah dikafirkan oleh Ulama Mesir dan divonis Hukum Mati oleh Mahkamah Mesir, lalu melarikan diri ke Barat, di Indonesia justru dinobatkan sebagai Imam Kaum Liberal. Nashr Hamid merupakan rujukan utama Kaum Liberal dari kalangan yang mengaku ”Muslim Liberal”. Dalam buku karyanya yang berjudul Naqd Al-Khithaab Ad-Diinii, Nashr Hamid menyimpulkan bahwa semua ayat tentang hal-hal yang yang Ghaib seperti ‘Arsy, Al-Kursiy, Lauh, Qolam, Sorga, Neraka, Jin, Syetan, dsb, hanya merupakan Gambaran Mitologis yang sudah tidak rasional untuk zaman kontemporer. Karenanya, semua ayat tentang Alam Ghaib harus dita’wilkan secara Metafor, sehingga sesuai dengan alam Materialistik dan sejalan dengan Metode Ilmiah Modern. Dengan kata lain bahwa ayat tentang Alam Ghaib mesti dirasionalisasikan, karena agama harus sesuai dengan akal.

Jika semua masalah ghaib dianggap sebagai Mitos (Takhayul), maka konsekwensi ilmiahnya bahwa masalah ketuhanan pun pada akhirnya menjadi Mitos juga, karena justru masalah ketuhanan adalah masalah ghaib yang paling besar. Dan justru ciri utama orang yang muttaqin adalah beriman kepada yang ghaib, seperti beriman kepada Allah SWT, para Malaikat, Hari Qiyamat, Qodho dan Qodar, dsb. (QS.2. Al-Baqarah : 1-4).

Selanjutnya, jika Tuhan sudah dianggap sebagai Mitos maka akan mengantarkan kepada sikap Atheis yang anti Tuhan. Konsekwensi tersebut akhirnya terbukti, dalam Jurnal JUSTISIA yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah IAIN Walisongo pada edisi 26 Th. XI 2004, di kolom Ekpresi dinyatakan bahwa Tuhan hanyalah sebuah Faith Identity (Identitas Keyakinan) bagi sebuah agama, yang kemudian direduksi oleh masing-masing agama dalam nama-nama : Allah SWT, Allah, Yesus, Sidarta Gautama, Yahwe, Brahma, Wisnu, Shiva, Laat, ‘Uzza, dsb. Disitu juga dinyatakan bahwa Atheis bukan anti Tuhan, melainkan anti Mitologi Ketuhanan atau Anti Rumusan Tuhan Tradisonal yang abstrak dan tidak rasional, sehingg perlu ada perumusan ulang tentang Tuhan berdasarkan Rasionalitas.

Jejak Liberal lainnya menunjukkan bahwa Gus Dur dan Cak Nur semasa hidup keduanya dimana-mana selalu mengkampanyekan bahwa semua agama sama dan semuanya benar serta semuanya menyembah Tuhan yang sama. Ulil Abshar di Majalah Gatra 21 Desember 2002 menyatakan bahwa semua agama sama dan semuanya menuju jalan kebenaran, sehingga Islam bukan yang paling benar. Dawam Rahardjo dalam Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia pada Rabu, 25 Januari 2006 di Pekanbaru menyatakan bahwa pindah agama tidak murtad. Luthfi Syaukani di Harian Kompas 3 September 2005 menyatakan bahwa pada gilirannya, perangkat dan konsep agama seperti Kitab Suci, Nabi, Malaikat dan lain-lain tak terlalu penting lagi. Syafi’i Ma’arif dalam Majalah MADINA No.06 / Tahun I, Juni 2008, hal.9, membuat tulisan tentang kesamaan umat Islam, Nashrani dan Yahudi di mata Allah. Jalaluddin Rahmat dalam bukunya Islam dan Pluralisme mengaminkan pendapat bahwa semua agama menyembah Tuhan yang sama. Abdul Munir Mulkhan dalam bukunya Ajaran dan Jalan Kematian Syeikh Siti Jenar menuliskan : ”Jika semua agama memang benar sendiri, penting diyakini bahwa surga Tuhan yang satu itu sendiri, terdiri banyak pintu dan kamar. Tiap pintu adalah jalan pemeluk tiap agama memasuki kamar surganya.”

Selain itu, Nashr Hamid sebagai Gembong Liberal beserta para begundalnya adalah kelompok yang paling getol mengkampanyekan paham-paham Sepilis (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme) yang telah dinyatakan sebagai paham sesat menyesatkan oleh Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No.7 Tahun 2005. Dalam rangka untuk mengetahui lebih jauh lagi kesesatan Liberal, maka berikut ini akan dipaparkan secara ringkas tentang kandungan dua buku paling kontroversial dari kalangan Liberal, yaitu : Fiqih Lintas Agama dan Lubang Hitam Agama.

FIQIH LINTAS AGAMA

Buku Fiqih Lintas Agama adalah karya Tim Penulis Paramadina yang terdiri dari Nurcholish Majid, Komaruddin Hidayat, Kautsar Azhari Noer, Zainun Kamal, Masdar F Mas’udi, Zuhairi Misrawi, Budhy Munawar Rachman, Ahmad Gaus AF, dengan editor Mun’im A Sirry, yang diterbitkan oleh Yayasan Waqaf Paramadina bekerja sama dengan The Asia Foundation pada Tahun 2004.

Dalam Pengantar (hal.ix) dan Muqaddimah (hal.2) Tim Penulis menghina Fiqih sebagai belenggu kehidupan dan memfitnahnya sebagai ajaran yang mendiskreditkan agama lain, bahkan sebagai penyebar kebencian dan kecurigaan terhadap agama lain. Dan masih dalam Muqaddimah (hal.4-5) Tim Penulis menghina periode dan generasi As-Salaf Ash-Sholeh sebagai penyebab kebekuan pemahaman, dan memfitnah Imam Asy-Syafi’i sebagai penyebab tidak berkembangnya pemikiran Islam lebih dua belas abad.

Dalam isi buku tersebut, Tim Penulis menuding bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah adalah Diskriminatif, Eksklusif dan Fundamentalistik (Hal.142). Dan Tim Penulis menegaskan bahwa umat beragama apa pun tidak kafir, karena semua agama sama dan benar, sehingga tidak boleh ada yang mengklaim bahwa agamanya yang paling benar. (hal.133, 167, 206 dan 207).

Selanjutnya, atas dasar Hikmah dan Kemaslahatan persaudaraan, persahabatan, kedamaian, kerukunan, solidaritas, persatuan dan kehangatan pergaulan antar umat beragama, maka Tim Penulis memfatwakan antara lain : boleh mengucapkan salam kepada non muslim, bahkan wajib menjawab salam mereka (hal.72, 77 dan 78), boleh mengucapkan selamat Natal atau selamat Hari Besar agama apa pun, bahkan boleh ikut merayakannya (hal.84-85), boleh mendoakan dan minta doa dari non muslim, termasuk doa bersama, bahkan semua itu dianjurkan (hal.110 dan 118), hukum Jizyah melecehkan non muslim sehingga harus dinasakh (hal.151-152), boleh kawin beda agama dan harus ada waris beda agama (hal 164 dan 167).

Mulai dari pembukaan buku hingga penutupnya, terlihat jelas bagaimana Tim Penulis begitu berani melakukan haramisasi yang halal dan halalisasi yang haram. Tapi tentu saja itu tidak mengherankan, karena memang begitulah kebiasaan Kaum Liberal. Kita masih ingat bagaimana salah satu Antek Liberal, Musdah Mulia, pernah membuat Counter Legal Draft – Kompilasi Hukum Islam yang berusaha untuk mengharamkan polygamy, namun pada saat yang sama menghalalkan perkawinan sejenis (Homo dan Lesbi), sebagaimana pernyataannya di berbagai kesempatan dan wawancaranya di Jurnal Perempuan58, sehingga mendapat penghargaan International Women of Courage Award dari Amerika Serikat pada 7 Maret 2007.


LUBANG HITAM AGAMA

Buku Lubang Hitam Agama karya Sumanto Qurtubi, seorang alumnus AIN Semarang, dengan pengantar Ulil Abshar Abdalla, dan diendos cover yang penuh pujian oleh Gus Dur, Moeslim Abdurrahman, Anif Sirsaeba Alafsana, Ahmad Tohari dan Trisno S Sutanto, yang diterbitkan oleh Ilham Insitute dan Rumah Kata pada tahun 2005.

Buku ini secara vulgar dan demonstratif serta konfontratif menunjukkan kesesatan dan permusuhannya terhadap Agama, Al-Qur’an, Nabi, Shahabat, Ulama dan Syariat Islam. Tidak diragukan lagi bahwa serangan penulis terhadap Islam dalam bukunya tersebut merupakan penistaan dan penodaan agama.

Penistaan terhadap Agama yang dilakukan penulis dalam buku tersebut antara lain : agama bukan produk Tuhan (hal.31), agama adalah penjajah budaya dan pemasung intelektual (hal.55 dan 58), agama mematikan akal dan nalar (hal.59), agama adalah sumber konflik dan pembawa bencana (hal.83 dan 87), Islam adalah strategi budaya Muhammad dan merupakan sinkretik serta campuran budaya : Judaisme, Kristianisme dan Arabisme (hal.216-217 dan 225), penulisan bahasa Arab adalah Arabisme (hal.228).

Penistaan terhadap Al-Qur’an yang dilakukan penulis dalam buku tersebut antara lain : kemaslahatan lebih diutamakan daripada ayat-ayat Tuhan (hal.31), Umar ikut menciptakan Al-Qur’an (hal.32), Teks Al-Qur’an tidak autentik (hal.34 dan 37), Nabi dan para Shahabat adalah para pencipta Al-Qur’an (hal.43), Al-Qur’an angker dan perangkap bangsa Quraisy, serta dibuat oleh manusia dan bukan kitab suci (hal.64-65), Al-Qur’an membelenggu kebebasan dan menciptakan tragedy kemanusiaan (hal.117), Muhammad, Islam dan Al-Qur’an tidak terlepas dari distorsi / penyimpangan (hal.126), kandungan Al-Qur’an kontroversi (hal.142), Al-Qur’an saja bermasalah apalagi Kitab Kuning (hal.146).

Penistaan terhadap Nabi, Shahabat dan Ulama yang dilakukan penulis dalam buku tersebut antara lain : Utsman pelaku nepotisme dan keliru membuat Mush-haf Al-Qur’an (hal.39), Nabi dan para tokoh non muslim seperti Gandhi, Luther, Bunda Terresa dan Romo Mangun bersama-sama menunggu di Surga (hal.45), Kisah Heroik para Nabi dan Mu’jizatnya hanya dongeng seperti Sinetron “Saras 008” atau kisah heroic James Bond (hal.58), Nalar Politik Tirani dibentuk oleh Khulafa Rasyidin (hal.124), Para Shahabat Nabi telah memperagakan Politik Islam dengan sangat sempurna mengerikannya (hal.134), Imam Al-Mawardi mengkhianati hak-hak rakyat dan seorang Rasis / Arabisme (hal.150 dan 155), Doktrin Politik Sunni ambigu dan out of date / kadaluarsa (hal.167), Al-Asy’ari dan Al-Ma’turidi menjalin persengkokolan politik (hal.171), Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah sekte yang telah memanipulasi teks-teks keagamaan (hal.229).

Penistaan terhadap Syariat Islam yang dilakukan penulis dalam buku tersebut antara lain : Syariat Islam menciptakan gerombolan mafia dan anjing-anjing penjilat kekuasaan (hal.70), Syariat Islam diskriminatif terhadap perempuan dan non muslim (hal 131-132), Formalisasi Syariat Islam bukan hanya Utopis, tapi juga Tirani (hal.134).

LEBIH IBLIS DARI PADA IBLIS

Makhluq Iblis disebut Iblis karena pembangkangannya terhadap perintah Allah SWT. Karenanya, mereka yang membangkang terhadap Allah SWT layak disebut Iblis atau antek Iblis, atau sekurangnya pengikut Iblis. Bahkan pembangkangan manusia terhadap Allah SWT sering lebih dahsyat dari pada pembangkangan Iblis itu sendiri.

Sekali pun Iblis selalu menggoda anak manusia agar atheis atau musyrik, namun Iblis sendiri dengan segala kesesatannya tidak pernah membenarkan atheis atau pun musyrik, apalagi menjadi atheis atau pun musyrik. Iblis tahu dan mengakui bahwa Allah SWT itu ada dan Maha Esa. Itulah sebabnya, Kaum Liberal yang membela dan membenarkan Atheis dan Kemusyrikan, apalagi menjadi Atheis dan Musyrik, jauh lebih Iblis dari pada Iblis itu sendiri.

Dalam QS.59.Al-Hasyr : 16, Firman Allah SWT menyatakan, yang terjemahannya sebagai berikut : ”Seperti (bujukan) Syetan ketika ia berkata kepada manusia : ”Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata : ”Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam.”

Jadi, lucu sekali jika ada orang ”Liberal” mengaku sebagai ”Muslim Liberal” atau ”Islam Liberal”, karena Liberal bukan Islam dan Islam bukan Liberal. Lebih lucu lagi, jika ada orang Liberal kebakaran ubun-ubun (-bukan kebakaran jenggot karena tidak berjenggot dan memang tidak suka jenggot-), hanya karena tulisan saya yang lalu dan yang kini memaparkan fakta dan data dari buku karya mereka sendiri. Entah karena memang mereka Liberal Sejati yang memanfaatkan Islam untuk menghancurkan Islam, atau mungkin mereka baru setengah Liberal sehingga sebenarnya mereka tidak terlalu tahu juga tentang Liberal itu binatang macam apa.

Dan yang paling menjijikkan adalah tatkala Kaum Liberal mengklaim bahwa mereka pembuka pintu ijtihad dan pejuang kebebasan. Padahal, pintu Ijtihad tidak pernah ditutup oleh Ulama Salaf mau pun Khalaf, bahkan di setiap zaman para Ulama selalu berijtihad untuk menjawab berbagai persoalan yang timbul seiring dengan kemajuan zaman. Soal kebebasan, baik dalam berpendapat mau pun beragama, itu merupakan ajaran Islam yang telah dikumandangkan dari zaman Nabi SAW hingga kini. Salah satu buktinya, Islam memberi kebebasan kepada setiap orang untuk meyakini bahwa agamanya yang paling benar dan selain agama yang dianutnya tidak benar, asal dia tidak melecehkan agama lain tersebut. Berbeda dengan Liberal yang dengan paham pluralismenya melarang setiap orang mengklaim agamanya yang paling benar dan memaksanya untuk membenarkan agama lain yang tidak dianut dan tidak diyakininya. Jadi, Islam lah pengusung kebebasan sejati dalam beragama, sedang Liberal justru menjadi pemerkosa kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Selain itu, yang juga tidak kalah menjijikkannya adalah Liberal mengaku sebagai kelompok yang sangat menghormati pendapat orang lain. Padahal, Liberal itu fundamentalis, ekstrimis dan anarkis dalam pemikiran dan berpendapat, sehingga mereka tidak pernah bisa menghormati pendapat kelompok lain yang berbeda dengan mereka. Itulah sebabnya, Kaum Liberal tidak pernah ragu untuk selalu mencaci-maki Gerakan Islam dan memfitnahnya sebagai preman berjubah, anarkis, radikalis, ekstrimis dan teroris. Dan kaum Liberal dengan tanpa punya rasa malu selalu berusaha untuk membubarkan Ormas Islam yang istiqomah di Rel Syariat Islam dengan berbagai macam cara. Bahkan kaum Liberal dengan sangat kafirnya mencaci-maki Agama, Al-Qur’an, Nabi, Shahabat, Ulama dan Syariat Islam, sebagaimana telah diuraikan fakta dan datanya di atas.

Dengan demikian, untuk kesekian kali saya nyatakan bahwa Liberal adalah kelompok anarkis pemikiran, perusak agama dengan mengatas-namakan agama, musuh Syariat Islam, preman intelektual, koruptor dalil dan manipulator hujjah, serta tidak diragukan lagi sebagai antek Iblis, bahkan lebih Iblis dari pada Iblis.

Ya Robb…Hancurkan Liberal !

Intelijen, Bom Buku dan Tanah Tinggi

Intelijen, Bom Buku dan Tanah Tinggi
PostDateIconSaturday, 02 April 2011 20:06 | PostAuthorIconWritten by Shodiq Ramadhan | PDF Print E-mail

Lintas Berita

alt
Diduga ada kelompok-kelompok yang memiliki keahlian di bidang terorisme berupaya melemahkan rezim yang sedang berkuasa demi mencapai tujuan politik mereka

Maraknya paket bom yang belakangan terjadi, diduga kuat hanya sebagai alat pengalihan isu-isu besar yang menghantam pemerintah.

Misalnya saja pemberitaan harian Australia The Age dan The Sydney Morning Herald yang menghebohkan telah membongkar dugaan abused of power (penyalahgunaan kekuasaan) yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Paket bom buku tersebut ditujukan kepada Ulil Abshar Abdala, aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL) yang kini menjadi anggota Partai Demokrat, Selasa (15/3/2011). Masih pada hari yang sama paket bom buku berikutnya ditujukan kepada Komjen Pol Gorries Mere di Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN), dan pada malam harinya bom buku ditemukan juga di rumah Yapto Suryosumarno Ketua Pemuda Pancasila di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan.

Bom buku ini mengingatkan kita kepada pristiwa Bom yang meledak di rumah susun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, 18 Januari 1998. Pada akhir tahun 1997 di tengah krisis moneter yang melanda Indonesia, belasan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta diancam akan diledakkan dengan bom di dalamnya. Masyarakat dibuat panik dengan isu bom ini. Hampir setiap hari terjadi pemandangan orang panik keluar dari gedung-gedung yang diancam bom.

Isu bom berakhir begitu saja setelah terjadi ledakan di rumah susun Tanah Tinggi, Jakarta Pusat, yang diketahui sebagai markas Partai Rakyat Demokratik (PRD). Rupanya ancaman-ancaman bom itu ditengarai dari sini asalnya. Buktinya setelah itu tidak ada lagi ancaman bom.

Kalau kita ingat ledakan bom di Tanah Tinggi tersebut bunyinya terdengar sampai radius 500 meter. Getarannya memecahkan kaca-kaca pintu. Ledakannya menjebol atap eternit. Agus Priyono, anggota Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID), yang tak lain merupakan anak organisasi PRD, ditangkap oleh Polda Metro Jaya di tempat kejadian. Agus divonis oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dengan hukuman penjara selama tujuh bulan karena dianggap mengetahui rencana pengeboman tapi tidak melaporkannya ke pihak berwajib. Sampai dengan hari ini pelaku peledakan dan pemilik bom Tanah Tinggi yang sesungguhnya belum juga terungkap.

Ada rumor keterlibatan Sofjan Wanandi tapi tak jelas kelanjutannya, bahkan kasus bom Tanah Tinggi ini sempat meningkatkan tensi politik saat itu. Yang lebih menakjubkan lagi adalah menurut penuturan polisi, di tempat kejadian perkara terdapat sejumlah barang bukti, antara lain 10 botol bahan peledak, 11 detonator tombol bom, empat radio panggil, sebuah telepon genggam, dan sebuah komputer lipat (laptop) ditemukan. Artinya, ada indikasi bahwa gerakan itu bukan sembarangan. Ada tudingan bahwa kelompoknya akan melancarkan “revolusi”.

Sejumlah media kala itu menganalisa bahwa kasus tersebut hanya untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari krisis ekonomi, yang mulai membelit Indonesia waktu itu. Setelah empat bulan berselang kejadian itu hilang seiring dengan tumbangnya rezim Orde Baru pada 21 Mei 1998.

Jadi kalau bom Tanah Tinggi kita dudukan dengan kasus bom buku ini, sangat terbuka kemungkinan pelaku bom buku berasal dari kelompok-kelompok di luar Islam, ada fasilitator logistik, ada sukarelawan, maka bom bisa dibuat. Jangan lupa pelaku bom Tanah Tinggi yang sampai kini belum tertangkap menurut sumber Suara Islam (SI) pelakunya sempat bersembunyi di Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) dengan sekucur luka di tangan dan kakinya karena gagal merakit bom Tanah Tinggi yang tiba-tiba meledak.

Dari kejadian tersebut kita bisa melihat bahwa hanya orang-orang tertentu yang memiliki keahlian khusus dan dilatih terus-meneruslah yang bisa merakit bom tanpa melakukan kesalahan sedikitpun, apalagi bom yang disebar jumlahnya tidak sedikit, tiga paket bom buku dalam sehari. Sedangkan dalam kasus bom Tanah Tinggi terdapat 11 detonator artinya pelaku ingin membuat 11 bom, namun sayangnya belum selesai merakit satu bom saja si perakit malah menjadi korban alias senjata makan tuan.

Bisa juga disimpulkan bahwa perakit bom Bom buku bisa dilakukan oleh kelompok di luar Islam yang ingin melakukan tekanan politik kepada pemerintah yang memang sudah tidak menghendaki SBY melanjutkan kekuasaanya sampai 2014 dengan melakukan kampanye lewat berbagai media baik melalui televisi maupun koran nasional.

Intelijen terlibat Bom Buku

Dalam analisis lain, senada dengan analisis di atas, mengutip Profesor Riset Bidang Intermestic Affairs LIPI, Ikrar Nusa Bhakti mengatakan dalam sebuah tulisan “Misteri Paket Bom Buku”di Harian Seputar Indonesia. Bom buku ini adalah bagian dari konspirasi pelemahan rezim yang sedang berkuasa. Diduga ada kelompok-kelompok yang memiliki keahlian di bidang terorisme berupaya melemahkan rezim yang sedang berkuasa demi mencapai tujuan politik mereka. Teror bom bukan hanya menciptakan instabilitas politik, ketakutan pada masyarakat, melainkan juga melemahkan kredibilitas rezim di mata rakyat dan dunia internasional.

Kemungkinan ini diperkuat juga oleh Soeripto, mantan Direktur Badan Koordinasi Intelijen Negara (Bakin). Menurutnya untuk situasi Indonesia saat ini, yang paling mungkin melakukan kekerasan dengan menggunakan bom adalah intelijen profesional. "Yang bisa melakukan itu adalah orang yang profesinya sebagai intelijen. Bisa saja agen intel yang melakukan pekerjaan itu. Orang biasa sulit," ujarnya seperti dikutip Media Indonesia, Selasa (15/3/ 2011).

Hingga sekarang paradigma kerja intelijen Indonesia masih pakai paradigma Orde Baru (Orba). Kekerasan selalu menjadi acuan untuk meredam kebebasan pihak lain atau ingin mengontrol pihak tertentu. Intelijen kita masih gunakan paradigma Orba. Intel masih bekerja represif. Padahal, intelijen kerjanya mengumpulkan data demi kepentingan negara.

Dinas-dinas intelijen di Indonesia juga tidak pernah lepas dari peranan sebagai alat pemimpin negara untuk melanggengkan kekuasaannya. Kenyataan ini sangat terlihat karena dinas-dinas ini hampir tidak dipengaruhi oleh reformasi 1998-1999, dan sebagian besar masih eksis hingga sekarang. (Menguak Tabir Intelijen Hitam Indonesia: 2006)

Konflik Poso dan Ambon Tidak Ada Permainan Bom

Walaupun beberapa pihak seperti Ansyaad Mbai, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sudah mengatakan kebeberapa media nasional bahwa rangkaian bom buku banyak dipakai di Poso dan Ambon. Menanggapi hal tersebut Ketua Dewan Pembina Tim Pengacara Muslim Mahendradatta segera membantahnya. Menurutnya ada upaya beberapa oknum mencoba untuk mengarahkan pelaku bom buku ini kepada kelompok tertentu yang bernafaskan Islam. Kemudian ada yang menyebut sebagai jaringan lama.

“Kalau ini dikatakan ada kaitannya dengan bom Poso, Poso tidak pernah menggunakan bom. Poso lebih banyak menggunakan senjata tajam dan senjata api. Anda bisa mengecek semua tersangka dan terpidana Poso tidak ada yang punya permainan bom. Kemudian yang kedua Ambon pun sama tidak ada yang punya permainan bom” jelasnya, saat jumpa pers Rabu (23/3/2011) di kantornya, Jl. Fatmawati, Cipete, Jakarta Selatan.

TPM sendiri adalah lembaga advokat yang konsen menangani kasus-kasus yang berhubungan dengan tindak pidana terorisme. Dalam kasus Poso dan Ambon secara khusus juga ikut melakukan advokasi. Jadi pernyataan Ansyaad Mbai tersebut patut dipertanyakan. Lebih lanjut kalaupun ada yang mengaitkan denga Janringan Islamiyah (JI) Mahendra membantahnya, karena JI tidak pernah berbicara masalah lokal, mereka berbicara masalah internasional.

“JI Motivasi atau agendanya tidak pernah berbicara masalah lokal, mereka berbicara masalah internasional, mereka menyerang kepentingan asing khususnya Amerika dan sekutu-sekutunya yang memerangi Islam di Indonesia,” ujarnya.

Namun kita juga patut mencermati pola-pola peristiwa yang terjadi ini dengan kasus bom Tanah tinggi, apakah ini awal indikasi bahwa SBY bakal tumbang sebagaimana rezim Orde Baru? Wallahu a’lam bisawab. (Jaka Setiawan)