Kamis, 17 November 2011

Resep hidup 4000 tahun

Resep hidup 4000 tahun

Saif Al Battar

Senin, 10 Oktober 2011 08:59:13

(Arrahmah.com) – Modal utama manusia dalam mengarungi kehidupan dunia adalah kesehatan dan kesempatan. Dengan dua hal itu, manusia bisa mencari nikmat Islam dan iman. Apabila kedua modal tersebut dipadukan dengan nikmat islam dan iman, niscaya manusia akan meraih kebahagian dunia dan akhirat.

Sungguh sayang, banyak orang yang sudah masuk Islam dan beriman, namun lalai dalam memanfaatkan kedua modal hidupnya. Mereka terlalaikan oleh kesenangan hidup duniawi, sehingga kedua modal hidupnya dihamburkan untuk hal-hal yang sama sekali tidak meningkatkan nikmat Islam dan iman.

Syaikh Abdullah bin Ali Al-Ghamidi menulis sebuah buku ringkas ‘Hal Turiidu an Ta’iisya Arba’at Alaf Sanah’, yang berisi kiat-kiat memaksimalkan kesehatan dan kesempatan, demi keberkahan umur yang berbuah kebahagiaan dunia dan akhirat. Arrahmah.com menyajikan terjemahannya untuk para pembaca secara berseri. Selamat mengikuti!

بسم الله الرحمن الرحيم

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah atas karunia dan nikmat-Nya yang begitu luas, dan kebaikan-Nya yang begitu indah. Sebuah pujian yang menambahkan limpahan rahmat-Nya. Hanya kepada-Nya SWT kita memohon, mengagungkan, beribadah, dan bertawakal.

Ya Allah…ridha-Mu yang kami cari, kemurkaan-Mu yang kami takuti, dan ampunan-Mu yang kami harapkan. Tutuplah seluruh perbuatan kami dengan amal shalih, dan jadikanlah hari terbaik kami adalah saat kami menghadap-Mu.

Wahai saudaraku pendamba kebaikan…

Apakah engkau menginginkan panjang umur yang dihiasi dengan amal yang baik dan ketaatan yang ikhlas selama 4000 atau 5000 tahun atau lebih dari itu berkali lipat?

Barangkali Anda akan mengatakan, “Bagaimana mungkin hal itu akan terjadi, sedangkan NabiSAW telah menyabdakan bahwa rata-rata umur umatnya antara 60 sampai 70 tahun saja, dan amat sedikit yang melebihi umur tersebut?” (Shahih Jami’ Shaghir no. 1073)

Di sinilah letak persoalannya.

Tahukah Anda bahwa 2/3 umur Anda berlalu begitu saja tanpa membuahkan hasil? Itulah waktu yang Anda pergunakan untuk makan, minum, tidur, masa balita, masa anak-anak sebelum baligh, dan waktu sibuk melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan lainnya? Jadi hanya tersisa 1/3 waktu yang harus dimanfaatkan dan diberdayakan sebaik mungkin.

Saudaraku, semoga Allah menjaga Anda…

Ada tiga cara yang bisa ditempuh oleh setiap orang untuk melipat gandakan umur dan menambah pahala.

1. Berlomba-lomba melakukan amal-amal ketaatan yang memiliki pahala berlipat ganda.
2. Memperbanyak amal-amal ketaatan yang pahalanya terus mengalir meski pelakunya telah mati.
3. Merubah kebiasan-kebiasaan sehari-hari seperti makan, minum, tidur, dan lain-lain menjadi ibadah, yaitu dengan meniatkannya sebagai sarana memperkuat diri dalam melaksanakan amal-amal ketaatan.

Sebelum kita membahas ketiga cara di atas, ada baiknya kita sebutkan sekilas beberapa amalan yang menyebabkan penambahan umur.

عَنْ عَائِشَةَ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهَا : ” إِنَّهُ مَنْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنَ الرِّفْقِ ، فَقَدْ أُعْطِيَ حَظَّهُ مِنْ خَيْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ وَحُسْنُ الْجِوَارِ يَعْمُرَانِ الدِّيَارَ ، وَيَزِيدَانِ فِي الْأَعْمَارِ

Dari Aisyah RA bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Sesungguhnya barangsiapa dikarunia bagian dari kelemah lembutan niscaya ia telah dikaruniai bagian dari kebaikan dunia dan akhirat. Menyambung tali kekerabatan, akhlak yang baik, dan sikap bertetangga yang baik menyebabkan kemakmuran negeri dan menambah umur.” (HR. Ahmad no. 24076. Dinyatakan shahih dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 519)

Dalam hadits yang lain disebutkan,

وَصِلَةُ الرَّحِمِ تَزِيدُ فِي الْعُمُرِ

“Menyambung tali kekerabatan itu menambah umur.” (HR. Ath-Thabarani, Ibnu Zanjawaih, Al-Harits, Ibnu al-Muqri’, Ibnu Syahin, dan Al-Qudha’i. Dinyatakan shahih dalam Shahih Al-Jami’ Ash-Shaghir no. 3766)

Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (syarh hadits no. 2557), al-hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari (syarh hadits no. 5986), Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa (14/490) dan ulama lainnya telah menjelaskan bahwa penambahan umur dalam hadits-hadits ini meliputi:

1. Penambahan secara hakiki atas umur yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
2. Penambahan secara maknawi dalam arti amal perbuatannya diberkahi dan umurnya dipergunakan secara maksimal untuk hal-hal yang memberi manfaat di akhirat kelak.



Cara Pertama:

Contoh-contoh amal ketaatan yang pahalanya dilipat gandakan

1. Shalat

a. Shalat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha.

Perhatikanlah wahai saudaraku, semoga Allah memberi Anda taufik..

NAbi SAW bersabda,

عَنْ جَابِرٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” صَلَاةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلَّا الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلَاةٍ فِيمَا سِوَاهُ “

“Shalat di masjidku ini lebih utama dari 1000 kali shalat di masjid yang lain kecuali di masjidil Haram. Shalat di masjidil Haram lebih utama dari 100.000 shalat di masjid yang lain.” (HR. Ibnu Majah. Dinyatakan shahih oleh al-hafizh Al-Bushiri)

عَنْ جَابِرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” صَلَاةٌ فِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ مِائَةُ أَلْفٍ ، وَفِي مَسْجِدِي أَلْفٌ ، وَفِي مَسْجِدِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ خَمْسُمِائَةٍ “

‘Shalat di masjidil Haram sama nilainya dengan 100.000 shalat di tempat yang lain. Shalat di masjid Nabawi ini sama nilainya dengan 1000 shalat di tempat lain. Dan shalat di masjidil Aqsha sama nilainya dengan 500 shalat di tempat yang lain.” (HR. Al-Fakihi, Ath-Thahawi, Al-Baihaqi, dan Abu Nu’aim al-Asbahani. Dishahihkan dalam tahqiq Syu’abul Iman karya al-Baihaqi)

* Jika Anda menjaga shalat sunah Rawatib 12 rakaat sehari semalam selama satu tahun penuh, maka jumlah raka’atnya adalah: 12 X 360 hari = 4320 raka’at.
* Shalat 2 raka’at Anda di masjidil Haram sama nilainya dengan 2 X 100.000 : 200.000 raka’at shalat di tempat lain
* Shalat 2 raka’at Anda di masjid nabawi sama nilainya dengan 2 X 1000 : 2000 raka’at shalat di tempat lain
* Shalat 2 raka’at Anda di masjid al-Aqsha sama nilainya dengan 2 X 500 : 1000 raka’at shalat di tempat lain
* Maka renungkanlah, semoga Allah menjaga Anda, jika Anda melaksanakan shalat wajib misalnya Ashar atau Maghrib di Masjidil Haram, maka seakan-akan Anda telah melakukan shalat Ashar atau Maghrb sebanyak 100.000 di tempat lain. Ya Allah, janganlah Engkau menahan kami dari meraih tambahan karunia-Mu ini. (Lihat Majmu’ Fatawa, 7/28 dan Al-Manar al-Munif hal. 93)

b. Shalat jama’ah.

Kepada orang yang merasa jiwanya berat, semangatnya lemah, dan bermalas-malasan dari menunaikan shalat wajib di rumah-rumah Allah…Tidakkah Anda mengetahui bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Shalat jama’ah itu lebih utama dari shalat sendirian sebanyak 27 derajat.” (HR. Bukhari no. 645)

c. Shalat sunah di rumah sama pahalanya dengan shalat fardhu.

Nabi SAW bersabda,

عَنْ صُهَيْبِ بْنِ النُّعْمَانِ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ : ” فَضْلُ صَلَاةِ الرَّجُلِ فِي بَيْتِهِ عَلَى صَلَاتِهِ حَيْثُ يَرَاهُ النَّاسُ ، كَفَضْلِ الْمَكْتُوبَةِ عَلَى النَّافِلَةِ “

“Keutamaan shalat (sunah) seseorang di rumahnya atas shalatnya yang dilihat oleh orang lain (shalat sunah di masjid, pent) seperti keutamaan shalat wajib atas shalat sunah.” (HR. Ath-Thabarani dan Al-Baihaqi. Dinyatakan hasan dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib no. 441)

d. Segera berangkat ke masjid untuk shalat Jum’at seawal mungkin.

Nabi SAW bersabda,

عَنْ أَوْسِ بْنُ أَوْسٍ الثَّقَفِيُّ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : ” مَنْ غَسَّلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَاغْتَسَلَ ، ثُمَّ بَكَّرَ وَابْتَكَرَ ، وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ ، وَدَنَا مِنَ الْإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يَلْغُ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةٍ أَجْرُ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا “

“Barangsiapa mandi pada hari Jum’at dan sengaja mandi, lalu bersegera dan berusaha bersegera (ke masjid), lalu berjalan dan tidak naik kendaraan, mendekat kepada imam (khatib), mendengarkan khutbah dan tidak melakukan hal yang sia-sia, maka ditulis baginya atas setiap langkah kakinya ditulis amalan puasa sunah dan shalat sunah selama satu tahun penuh.” (HR. Abu Daud, Ibnu Majah, An-Nasi, Ahmad, Abu Daud ath-Thayalisi, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Abi ‘Ashim, Ibnu Hibban, dan ath-Thabarani. Dinyatakan shahih dalam Shahih al-Jami’ as-Shaghir no. 6405)

Dalam syarh hadits dijelaskan, bahwa arti lafal ghassala adalah ia menggauli istrinya. Artinya, ia melakukan hal yang mengharuskan mandi maka ia pun mandi wajib. Ada juga ulama yang mengartikannya dengan pengertian membasuh kepalanya.

Saya harap Anda, semoga Allah memberkahi Anda, membaca ulang kalimat terakhir dari hadits di atas ‘amalan puasa sunah dan shalat sunah selama satu tahun penuh‘. Jika ia berjalan sebanyak 300 langkah menuju masjid, niscaya ia seperti halnya orang yang berpuasa sunah dan shalat sunah selama 300 tahun. Ya Allah, karuniakanlah kepada kami karunia-Mu yang begitu luas ini.

e. Sedekah sebanyak 360 kali dengan cara shalat 2 raka’at.

Nabi SAW bersabda,

عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، أَنَّهُ قَالَ : ” يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ، فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ ، وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ ، وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى “

“Setiap pagi, setiap persendian setiap orang di antara kalian wajib disedekahi (dalam riwayat lain disebutkan jumlahnya 360 persendian). Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, memerintahkan perbuatan makruf adalah sedekah, dan melarang dari perbuatan mungkar adalah sedekah. Dan semuanya sudah tercukupi oleh shalat Dhuha dua raka’at.” (HR. Muslim, Al-Baihaqi, Ath-Thabarani, dan Abu ‘Awanah)

Kisah Nyata: Kisah Seorang Istri yang Shalihah

Kisah Nyata: Kisah Seorang Istri yang Shalihah

Saif Al Battar

Senin, 14 November 2011 11:41:42

Usia istri Yaqin masih sangat muda, sekitar 19 tahun. Sedangkan usia Yaqin waktu itu sekitar 23 tahun. Tetapi mereka sudah berkomitmen untuk menikah.

Istrinya Yaqin cantik, putih, murah senyum dan tutur katanya halus. Tetapi kecantikannya tertutup sangat rapi. Dia juga hafal Al-Qur’an di usia yang relatif sangat muda , Subhanallah…

Sejak awal menikah, ketika memasuki bulan kedelapan di usia pernikahan mereka, istrinya sering muntah-muntah dan pusing silih berganti… Awalnya mereka mengira “morning sickness” karena waktu itu istrinya hamil muda.

Akan tetapi, selama hamil bahkan setelah melahirkanpun istrinya masih sering pusing dan muntah-muntah. Ternyata itu akibat dari penyakit ginjal yang dideritanya.

Satu bulan terakhir ini, ternyata penyakit yang diderita istrinya semakin parah..

Yaqin bilang, kalau istrinya harus menjalani rawat inap akibat sakit yang dideritanya. Dia juga menyampaikan bahwa kondisi istrinya semakin kurus, bahkan berat badannya hanya 27 KG. Karena harus cuci darah setiap 2 hari sekali dengan biaya jutaan rupiah untuk sekali cuci darah.

Namun Yaqin tak peduli berapapun biayanya, yang terpenting istrinya bisa sembuh.

Pertengahan bulan Ramadhan, mereka masih di rumah sakit. Karena, selain penyakit ginjal, istrinya juga mengidap kolesterol. Setelah kolesterolnya diobati, Alhamdulillah sembuh. Namun, penyakit lain muncul yaitu jantung. Diobati lagi, sembuh… Ternyata ada masalah dengan paru-parunya. Diobati lagi, Alhamdulillah sembuh.

***

Suatu ketika , Istrinya sempat merasakan ada yang aneh dengan matanya. “Bi, ada apa dengan pandangan Ummi?? Ummi tidak dapat melihat dengan jelas.” Mereka memang saling memanggil dengan “Ummy” dan ” Abi” . sebagai panggilan mesra. “kenapa Mi ?” Yaqin agak panik “Semua terlihat kabur.” Dalam waktu yang hampir bersamaan, darah tinggi juga menghampiri dirinya… Subhanallah, sungguh dia sangat sabar walau banyak penyakit dideritanya…

Selang beberapa hari, Alhamdulillah istri Yaqin sudah membaik dan diperbolehkan pulang.

Memasuki akhir Ramadhan, tiba-tiba saja istrinya merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya, sangat sakiiit. Sampai-sampai dia tidak kuat lagi untuk melangkah dan hanya tergeletak di paving depan rumahnya.

***

“Bi, tolong antarkan Ummi ke rumah sakit ya..” pintanya sambil memegang perutnya…

Yaqin mengeluh karena ada tugas kantor yang harus diserahkan esok harinya sesuai deadline. Akhirnya Yaqin mengalah. Tidak tega rasanya melihat penderitaan yang dialami istrinya selama ini.

Sampai di rumah sakit, ternyata dokter mengharuskan untuk rawat inap lagi. Tanpa pikir panjang Yaqin langsung mengiyakan permintaan dokter.

“Bi, Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an, tapi penglihatan Ummi masih kabur. Ummi takut hafalan Ummi hilang.”

“Orang sakit itu berat penderitaannya Bi. Disamping menahan sakit, dia juga akan selalu digoda oleh syaitan. Syaitan akan berusaha sekuat tenaga agar orang yang sakit melupakan Allah. Makanya Ummi ingin sekali baca Al-Qur’an agar selalu ingat Allah.

Yaqin menginstal ayat-ayat Al-Qur’an ke dalam sebuah handphone. Dia terharu melihat istrinya senang dan bisa mengulang hafalannya lagi, bahkan sampai tertidur. Dan itu dilakukan setiap hari.

“Bi, tadi malam Ummi mimpi. Ummi duduk disebuah telaga, lalu ada yang memberi Ummi minum. Rasanya enaaak sekali, dan tak pernah Ummi rasakan minuman seenak itu. Sampai sekarangpun, nikmatnya minuman itu masih Ummi rasakan”

“Itu tandanya Ummi akan segera sembuh.” Yaqin menghibur dirinya sendiri, karena terus terang dia sangat takut kehilangan istri yang sangat dicintainya itu.

Yaqin mencoba menghibur istrinya. “Mi… Ummi mau tak belikan baju baru ya?? Mau tak belikan dua atau tiga?? Buat dipakai lebaran.”

“Nggak usah, Bi. Ummi nggak ikut lebaran kok” jawabnya singkat. Yaqin mengira istrinya marah karena sudah hampir lebaran kok baru nawarin baju sekarang.

“Mi, maaf. Bukannya Abi nggak mau belikan baju. Tapi Ummi tahu sendiri kan, dari kemarin-kemarin Abi sibuk merawat Ummi.”

“Ummi nggak marah kok, Bi. Cuma Ummi nggak ikut lebaran. Nggak apa-apa kok Bi.”

”Oh iya Mi, Abi beli obat untuk Ummi dulu ya…??” Setelah cukup lama dalam antrian yang lumayan panjang, tiba-tiba dia ingin menjenguk istrinya yang terbaring sendirian. Langsung dia menuju ruangan istrinya tanpa menghiraukan obat yang sudah dibelinya.

***

Tapi betapa terkejutnya dia ketika kembali . Banyak perawat dan dokter yang mengelilingi istrinya.

“Ada apa dengan istriku??.” tanyanya setengah membentak. “Ini pak, infusnya tidak bisa masuk meskipun sudah saya coba berkali-kali.” jawab perawat yang mengurusnya.

Akhirnya, tidak ada cara lain selain memasukkan infus lewat salah satu kakinya. Alat bantu pernafasanpun langsung dipasang di mulutnya.

Setelah perawat-perawat itu pergi, Yaqin melihat air mata mengalir dari mata istrinya yang terbaring lemah tak berdaya, tanpa terdengar satu patah katapun dari bibirnya.

“Bi, kalau Ummi meninggal, apa Abi akan mendoakan Ummi?” “Pasti Mi… Pasti Abi mendoakan yang terbaik untuk Ummi.” Hatinya seakan berkecamuk. “Doanya yang banyak ya Bi” “Pasti Ummi” “Jaga dan rawat anak kita dengan baik.”

Tiba-tiba tubuh istrinya mulai lemah, semakin lama semakin lemah. Yaqin membisikkan sesuatu di telinganya, membimbing istrinya menyebut nama Allah. Lalu dia lihat kaki istrinya bergerak lemah, lalu berhenti. Lalu perut istrinya bergerak, lalu berhenti. Kemudian dadanya bergerak, lalu berhenti. Lehernya bergerak, lalu berhenti. Kemudian matanya…. Dia peluk tubuh istrinya, dia mencoba untuk tetap tegar. Tapi beberapa menit kemudian air matanya tak mampu ia bendung lagi…

Setelah itu, Yaqin langsung menyerahkan semua urusan jenazah istrinya ke perawat. Karena dia sibuk mengurus administrasi dan ambulan. Waktu itu dia hanya sendiri, kedua orang tuanya pulang karena sudah beberapa hari meninggalkan cucunya di rumah. Setelah semuanya selesai, dia kembali ke kamar menemui perawat yang mengurus jenazah istrinya.

“Pak, ini jenazah baik.” kata perawat itu. Dengan penasaran dia balik bertanya. “Dari mana ibu tahu???” “Tadi kami semua bingung siapa yang memakai minyak wangi di ruangan ini?? Setelah kami cari-cari ternyata bau wangi itu berasal dari jenazah istri bapak ini.” “Subhanalloh…”

Tahukah sahabatku,… Apa yang dialami oleh istri Yaqin saat itu? Tahukah sahabatku, dengan siapa ia berhadapan? Kejadian ini mengingatkan pada suatu hadits

“Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bak matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut ‘alaihissalam menghampirinya dan duduk didekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik, bergegas keluarlah dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah”. Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah dengan mengalir bagaikan air yang mengalir dari mulut guci. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya. Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejap pun berada di tangan Malaikat Maut. Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga. Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang belum pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. Tidaklah para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, melainkan mereka akan bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: Ini adalah arwah Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya).” (HR Imam Ahmad, dan Ibnu Majah).

***

“Sungguh sangat singkat kebersamaan kami di dunia ini , akan tetapi sangat banyak bekal yang dia bawa pulang. Biarlah dia bahagia di sana” Air matapun tak terasa mengalir deras dari pipi Yaqin.

Subhanallah…

sumber: kafemuslimah

Rabu, 16 November 2011

Kondisi Objektif Gerakan Dakwah Saat Ini (6)

Kondisi Objektif Gerakan Dakwah Saat Ini (6)

Friday, 25/12/2009 13:11 WIB | Arsip | Cetak

9. Krisis Kepercayaan

Di antara krisis besar yang sedang melanda Gerakan Dakwah hari ini ialah krisi kepercayaan. Krisis keprcayaan tersebut terjadi dalam semua level kehidupan.

Para aktivis dan sebagian tokoh yang masih komitemen dengan nilai dan semangat dakwah mengalami kehilangan kepercayaan terhadap para pemimpin dakwah yang kurang professional dan bahkan menyimpang. Kondisi seperti ini telah melahirkan fiksi, perpecahan, atau paling tidak perang dingin internal.

Kalau dibiarkan tanpa ada solusi yang benar, dikhawatirkan akan menimbulkan bencana besar bagi dakwah, paling tidak seperti yang dirasakan saat ini, hilangnya semangat berdakwah yang sudah pasti menyebabkan pertumbuhan dakwah menjadi lamban, dan bahkan mengalami setback (kemunduran), khususnya secara kualitatif. Sejarah Gerakan Dakwah kontemporer juga mencatet perpecahan internal nyaris tidak dapat dihindarkan sehingga munculkan berbagai pecahan atau ibarat sekoci-sekoci yang lepas dari induknya.

Ssesama Gerakan Dakwah saling curiga dan belum mau bekerjasama, minimal dalam hal-hal yang disepakati. Ide kesatuan dan persatuan Gerakan Dakwah masih jauh panggang dari api. Anehnya, seringkali kita lihat ada saja Gerakan Dakwah tertentu dapat bekerjasama dengan partai atau kelompok sekular dan nasionalis yang jelas-jelas ideologi dan program hidupnya sangat berbeda. Pertanyaannya ialah : Sesama Geralan Dakwah yang memiliki landasan dan tujuan yang sama, kenapa tidak bisa bekerjasama? Paling tidak dalam berbagai program dakwah? Aneh memang, tapi nyata adanya.

Di mata kaum Muslimin secara umum, Gerakan Dakwah masih terlihat ekslusi dan bahkan banyak tokoh masyarakat yang menuduhnya sebagai ancaman atau bahaya. Kenapa masih banyak kaum Muslimin dan tokoh mereka yang masih berpandangan demikian terhadap Gerakan Dakwah? Padahal sejatinya, kaum Muslimin secara umum adalah market atau pendukung dakwah yang utama. Hudubungan yang seharusnya dalam frame dakwah dan ukhuwwah (persaudaraan) berubah menjadi permusuhan, atau paling tidak tidak belum memiliki kepentingan bersama.

Anehnya, ketika Gerakan Dakwah memerlukan mereka, seperti dalam PILPRES dan PILKADA misalnya, semua tudingan miring yang diarahkan kepada Gerakan Dakwah seperti eksklusif, anti bid’ah dan sebagainya dicoba dihapus dengan melakukan serangkaian aktifitas keagamaan yang selama ini dianggap bida’ah sepeti acara maulidan, tahlilan, iedul fitri dan iedul adh-ha bersama pemerintah dan sebagainya.

Ini adalah salah satu kebersahajaan atau kesederhanaan berfikir para pemimpin Gerakan Dakwah yang sangat berbahaya. Pelanggaran nilai-nilai ajaran Islam , sekecil apapun, tidak boleh dilakukan kendati dengan tujuan untuk mencapai kepentingan tegaknya Islam. Karena dalam Islam dibangun sebuah kaedah : tidak boleh menghalakan segala cara atau untuk meraih kebaikan haris dengan cara yang baik pula. Apalagi jika pelanggaran itu dilakukan untuk kepentiangan duniawi para pemimpin dan tokoh Gerakan Dakwah seperti kekuasaan dan sebagainya, sudah pasti merupakan perbuatan yang sangat tercela, alias bertentangan dengan pola dakwah Rasul Saw. Dan para Sahabat.

Prilaku seperti tersebut di atas juga menambah kehilangan kepercayaan masyarakat terhadap Gerakan Dakwah. Mereka dibutuhkan hanya ketika diperlukan. Ibarat pepatah, habis sepah, sampah dibuang. Alih-alih memberikan pelayanan kepada masyarakat dan memperjuangkan nasib mereka yang semakin hari semakin memprihatinkan, dalam semua lapangan kehidupan, sementara kesulitan hidup mayoritas kader yang berjibaku memperjuangkan dakwah dan kepentingan para pemimpin dan Gerakan Dakwah belum dapat mereka selesaikan dengan baik dan maksimal, bahkan cendrung dilupakan.

Yang tampak anyata hanyalah para kader dan aktivis setiap waktu dcekoki dengan doktrin keharusan ta’at, tsiqoh, husnuzh-zhan dan ‘tadh-hiyah (pengorbanan) untuk dakwah. Sementara para pemimpin dan elitenya hidup dengan ekonomi melimpah dari hasil pekerjaan sebagai broker-broker politik dan dakwah. Tanpa melibatkan nama “dakwah” dan nama “para kader” dan simpatisan mustahil mereka memperoleh apa yang mereka nikmati sekarang. Sebab itu tak heran, ada yang berkata pada penulis : Untuk apa kalian mati-matian memperjuangakn dunia orang lain?

Di manta penguasa atau pemerintahan negeri-negeri Islam yang belum meyakini Islam sebagai the way of life, baik karena pengaruh ideology sekularisme peninggalan kolonialis Barat Kristen atau karena dipaksa oleh kekuatan pilitik global seperti Amerika, Gerakan Dakwah Islam masih dianggap sebagai bahaya laten. Fakta membuktikan tak jarang penguasa-penguasa negeri Islam melakuakn titnah, rekayasa dan bahkan tindakan yang agresif dan aksesif terhadap tokoh dan para aktivis Geraklan Dakwah. Sejarah mencatat betapa dahsyatanya kejahatan yang dilakukan Orde Baru terhadap Gerakan Dakwah di negeri ini. Demikian juga di berbagai belahan bumi Islam lainnya, seperti Mesir, Turki dan sebagainya.

Di Indonesia, ada kasus Gerakan Jihad Imran yang menurut banyak riwayat direkayasa Ali Murtopo. Ada pembantaiaan Tanjung Priok (1984), lampung yang dilakukan L.B Moerdani cs. Ada pemurtadan massal terhadap umat Islam umumnyam dan Gerakan Dakwah khusunya yang dilakukan Soeharto dengan memaksakan ideologi asas tunggalnya. Dan masih banyak lagi yang tersimpan sepanjang sejarah Orde Baru yang berumur 32 tahun itu. Demikian juga di masa Orde Lama, Gerakan Dakwah masih dianggapa senbagai bahya laten. Hatta yang menggunakan jalur lembaga sosial dan politik formal sekalipun, di mata Orde Lama masih dianggap ancaman Negara Kesatuan Indonesia, khsusnya terhadap Masyumi.

Di zaman Reformasi yang sudah berusia 10 tahun ini, Gerakan Dakwah masih saja dianggap sebagai bahaya laten. Padahal sejarah mencatat, sejeak dari kemerdekanan 1945, menjatuhkan Orde lama dan Orde Bariu, Gerakan Dakwah dengan segala macam kelemahan dan kelebihannya, memiliki peran yang amat besar.

Sebagaimana di zaman Orde Lama dan Orde Baru, di Era Reformasi ini berbagai rekayasapun diluncurkan terhadap Gerakan Dakwah. Rekayasai tersebut semakin kuat. Ada yang diangkat melalui isu lokal seperti GAM (Gerakan Anti Maulid), ancaman bagi kaum minoritas dan sebagainya, serta ada pula bersifat menglobal seperti tuduhan terorisme yang digulirkan Presiden Amerika Gerge W. Bush dan kawannya serta Gerakan Transnasional yang dihembuskan oleh musuh-musuh Islam dari luar Islam.

Isu-isu tersebut telah berhasil menggiring opini sebagian besar umat dan juga sebagain tokoh orams Islam besar di negeri ini dalam rangka mencurigai berbagai Gerakan Dakwah yang muncul. Penulis sempat melihat video ceramah salah seorang pimpinan ormas dan dakwah Islam terbesar di Negeri ini yang sedang meprovokasi umat dan ulama agar mewaspadai dan menghambat lajunya pertumbuhan Gerakan Dakwah Kontemporer yang mereka tuduh sebagai GerakanTrans Nasional yang akan menggilas Gerakan Dakwah Tradisional. Penlis juga sempat mengetahuai adanya SK Ketua Umum salah satau ormal Islam ternama untuk menggusur semua pengurus Masjid atau gerakan kepemudaan Islam yang disinyalir berasal dari Gerakan Dakwah yang mereka namakan dengan Gerakan Trans Nasional.

Untuk meyakinkan semua umat maniusia kepada kebenaran Islam memang sesuatu yang mustahil. Tapi meyakinkan umat Islam terhadap kebenaran semua ajaran agama mereka, baik yang terkait dengan indivisu, social maupun Negara dan pemerintaham, merupakan PR (Kekerjaan Gumah) Gerakan Dakwah Masa Depan, kendati tidak ada jaminan 100 % kaum Muslim mau dengan ikhlas menerima Islam sebagai manhajul hayah (konsep hidup) dan memenej semua aspek kehidupan.

Pertanyaannya adalah : Kenapa umat Islam sendiri kehilangan kepercayaan pada agama mereka sendiri? Penyebabnya tentulah banyak. Di antaranya, kurangnya kepahaman mereka terhadap Islam sebagai akibat deislamisasi yang dilakukan penjajahan Kolonial Eropa selama menjajah negeri-negeri Islam, tak terkecuali kawasan Nusantara ini. Deislamisasi tersebut sudah menggurita dengan kuat berpuluh-puluh tahun lamanya dalam bentuk sistem, perundang-undangan, pendidikan, budaya dan media massa. Bayangkan, betapa beratnya beban dan pekerjaan Gerakan Dakwah untuk meyakinkan kembali umat ini kepada kebenaran ajaran Islam.

Satu hal yang perlu dicatat ialah, jika aktivisnya mengelami krisis kepercayaan pada qiyadah (pememimpin) mereka dan begitu pula dengan sesama Gerakan Dakwah jiuga mengalami krisis kepercayaan, bagaimana mungkin Gerakan Dakwah mampu menanamkan keprcayaan pada para pemimpin atau penguasa negeri-negeri Islam serta masyarakat Muslim yang masih belum yakin pada syumuliyatul Islam (komprehesnivitas Islam)? Apalagi jika mereka melihat para tokoh Gerakan Dakwah masih suka dan tertipu oleh kemilau duniawi yang menjadi tujuan hidup matinya para penguasa.

Kondisi Objektif Gerakan Dakwah Saat Ini (7)

Kondisi Objektif Gerakan Dakwah Saat Ini (7)

Senin, 04/01/2010 10:58 WIB | Arsip | Cetak

10. Krisis Manajemen

Di antara krisis yang yang sedang menimpa Gerakan Dakwa masa kini adalah krisis manajemen. Krisis manajemen ini sepertinya bukan monopoli Gerakan Dakwah saja, akan tetapi menimpa hamper semua lapangan kehidupan umat. Lihat saja manajemen masjid, yayasan sosial, pendidikan termasuk pesantren, perusahaan, khususnya BUMN dan bahkan pemerintahan yang dipimpin oleh kaum Muslimin, kebanyakannya dijalankan jauh dari nilai-nila dan prinsip-prinsip manajemen. Anehnya, di belahan bumi sana, lembaga atau isntitusi serta negara yang hanya memiliki motif duniawi yang dijalankan oleh non Muslim malah terlihat mampu menerapkan prinsip-prinsip manajemen dengan baik, kendati hanya dari sisi sunnah kauniyah (sisitem alam) Allah.

Sebab itu, penulis selalu bertanya dalam diri: Kapan Gerakan Dakwah bisa dikelola dengan manajemen yang baik berdasarkan nilai-nilai syar’i dan juga sekali gus dengan sunnah kahniyah Allah? Kapan perushaan-perusahaan kaum Mulislimin, khususnya di Indonesia maju tanpa RKKN (risyawah -sogok menyogok-, korupsi, kolusi dan nepotisme)? Kapan lembaga-lembaga pendidikan umat maju dan berkembang sehingga mampu melahirkan generasi terbaik sebagaimana generasi umat Islam terdahulu?

Kapan pemerintahan yang ada di tangan kaum Muslimin kembali kepada nilai-nilai Islam secara kaffah agar merdeka dari pengaruh dan hegemoni asing dan menjadi neggara kesatuan raksasa serta maju dalam segala lapangan kehidupan, baik moril, materil dan ilmu pengetahuan? Dan masih banyak lagi pertanyaan mendasar lainnya yang perlu selalui kita pertanyakan terhadap diri kita masing-masing.

Secara logika sehat, Gerakan Dakwah dan apa saja yang terkait masyruk (proyek) keislaman sangat mungkin dimenej dan dikelola jauh lebih baik dari lembaga, institusi atau negara yang hanya bermotifkan duniawi. Karena target Gerakan Dakwah dan apa saja aktivitas Islam adalah untuk mencapai ridaha Allah dengan kompensai kesuksesan tanpa batas (Syurga) di akhirat kelak, bukan mencari berbagai kenikmatan dunia yang tidak lebih dari sekedar sarana, bukan tujuan dan konsentrasi hidup. Karena dunia dan seisinya - yang menjadi tujuan dan konsentrasi hidup masnusia yang tidak beriman- tidak lebih kesenangan sedikit dan itupun hanya dapat dinikmati sekian tahun saja, yakni sampai kematian tiba. Dalam konteks ini, puluhan ayat da hadits Rasul Saw memaparkan dengan begitu indah dan visual. Di antaranya seperti pfirman Allah berikut :

لاَ يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُواْ فِي الْبِلاَدِ ﴿١٩٦﴾
مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ ﴿١٩٧﴾
لَكِنِ الَّذِينَ اتَّقَوْاْ رَبَّهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا نُزُلاً مِّنْ عِندِ اللّهِ وَمَا عِندَ اللّهِ خَيْرٌ لِّلأَبْرَارِ ﴿١٩٨﴾


Jangan sekali-kali kamu terperdaya oleh kegiatan (mobilitas tinggi terkait duniawi) orang-orang kafir (yag bergerak) di seluruh negeri (196). Itu hanyalah kesenagan (sedikit) yang sementara, kemudian tempat kembali mereka adalah neraka Jahannam dan itulah seburuk-buruk tempat kemabali (197) Akan tetapi, orang-orang beriman yang bertakwa kepada Tuhan Pencipta mereka, bagi mereka pasti mendapat syurga-syurga yang mengalir di bawahnya beracam-macam sungai. Mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (karunia) dari Allah. Dan apa saja yang ada di sisi Alallah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti (secara totalitas di jalan Allah) (198). Q.S. Ali-Imran : 196 – 198).

Sejarah membuktikan, ketika umat ini mampu berdakwah dan berjihad dengan paradigma berfikir yang lurus yang dilandasi filosofi hidup yang benar, yakni saat mereka mampu menjadikan Allah hanya tujuan, Rasulullah contoh tauladan, Al-Qur’an sebagai hidayah (petunjuk hidup), jihad fi sabil;illah sebagai jalan hidup dan mati di jalan Allah adalah cita-cita yang paling mulia, mereka berhasil memenej dakwah dan jihad dengan sangat professional sehingga mampu menguasai lebih dari separuh dunia, seperti yang terjadi di zaman Khulafaurrasyidin dan sampai zaman Khilfah Islamiyah Utsmaniyah 1924. Sebaliknya, ketika filosofi dan ghoyah (tujuan) hidup mereka menyimpang dan paradigma berfikir mereka melenceng, maka saat itu pula mereka mengalami kesulitan dan bahkan kegagalan mememenj dakwah dan jihad sehingga mereka kehilangan banyak kebaikan dunia dan dikhawatirkan kehilangan keselamatan dan kebahagiaan akhirat yang menjadi tempat kembali nan kekal dan abadi.

Dalam konteks ini, Allah sebagai Pencipta kita, sellau mengingingatkan kita agar sampai ke tujuan utama dan yang terutama dan mewanti-wanti kita agar tidak menyimpang dari jalan lurus-Nya dan sampai ke tujuan akhir, yakni bertemu Allah di syurga-Nya.

وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ


Dan sesunggunya ini (Islam) adalah jalan-Ku dalam keadaan lurus, maka ikutilah olehmu dan jangan sekali-kali kalian mengikuti jalan-jalan itu (selain jalan Islam, termasuk Islam dengan pemahaman yang tidak lurus) maka kalian akan telepas dari jalannya (Islam yang lurus). Demikian itu adalah wasiat Dia (Allah) yang mewasiatknyaan kepada kalian semua agar kalian bertakwa (Q.S. Al-An’am / 6 : 153)

Terkait ayat tersebut, Imam Ahmad dalam Musnadnya meriwayatkan sebuah hadith Rasul Saw. yang terkait ayat tersebut sebagai berikut :

Rasulullah Saw. Menggaris dengan tangannya kemudian berkata : Yang ini adalah Jalan Allah dalam keadaan lurus. Berkata Perawi : Kemudian Beliau membuat garis ke arah kanan dan kirinya (garis luris tersebut), kemudian Beliau berkata : Jalan-jalan ini tidak ada kecuali syetan memanggil kepadanya. Kemudian Beliau memaba acat : “Dan sesunggunya ini (Islam) adalah jalan-Ku dalam keadaan lurus, maka ikutilah olehmu dan jangan sekali-kali kalian mengikuti jalan-jalan itu (selain pemahaman Islam yang benar)…”. (Riwayat Imam Ahmad)


Untuk membuktikan Gerakan Dakwah sedang mengalami krisi manajamen tidaklah sulit. Di antaranya, saat aroma KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) telah tercium, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami krisis manajemen. Jika kultus terhadap pemimpin sudah begitu nyata, sehingga tidak ada lagi yang berani menasehatinya dari berbagai kekeliruan yang dilakukan sang pemipin, ditambah lagi dengan menerapkan prinsi like & dislike dalam menjalankan kepemimpinannya, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami krisis manajemen fatal. Krisis tersebut akan semakin parah saat pemimpin sudah dilihat dan dianggap bagaikan wali, bahkan nabi yang mengetahui segala sesuatu, serta harus ditaati dalam segala hal, tanpa ada yang boleh mengkritisinya, apalagi meluruskannya, sehingga menjadi manusia untouchable (tak tersentuh) oleh hukun dan aturan, kendati oleh hukum Allah dan Rasul-Nya, apalagi oleh nasehat dan kritik bawahannya.

Bila prinsip-prinsip manajemen sudah dilanggar seperti, syura, the right man on the right place, desentralisasi qiyadah, amanh, kejujuran, ‘iffah (menjaga kesucian diri danjiwah), tanggung jawab, proaktif, rendah hati, amanah, jujur, bekerja tidak lagi berdasarlan awlwiyyat (prioritas) yang dikaji secara mendalam dan sebaganya dan beraktivitas dakwah hanya terfokus kepada satu atau beberapa cabangnya saja, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami krisis manajemen.

Jika Gerakan Dakwah tidak lagi mementingkan kualitas, tapi lebih tergoda menghabiskan semua energi untuk mengejar kuwantitas, berfikir jangka pendek, pragmatis, kepentingan duniawi, maka itu adalah pertanda Gerakan Dakwah sedang mengidap penyakit krisis manajemen, kendati semua itu dibalut dengan baju dakwah, fiqhuddakwah, fiqhul aulawiyat, fiqhul muwazanah (fikih analisis/timbangan), marhalahdakwah, mihwar siasi, mihwar dauli dan sedertan instilah mentereng lainnya yang disalah pahamkan.

Ketika para pemimpin Gerakan Dakwah sibuk memiklirkan kapitalisasi dakwah (baca: mengumpulkan keuntungan matreri untuk pribadi mereka), dengan mengoptimalkan semua kemampuan kader, baik yang miskin mapun yang mampu, dalam mengumpulkan dana dari dalam organisasi sendiri, dari simpatisan maupun dari politisi yang akn dijadikan partner Pilkada, Pemilu, Pilpres, direksi BUMN dan sebagainya, kendati dengan melegalisasi hal-hal yang menyerempet haram dan syubhat dengan bungkus kepentingan dakwah dan sebagainya dan pada saat yang sama, myoritas anggota/kader, simpatisan dan masyarakat lainnya sedang tidak berdaya dalam bidang ekonomi, ilmu, pendidikan, kesehatan dan sebagainya, diabaikan begitu saja, ketika itulah Gerakan Dakwah sedang sakit parah yang bernama mismanagement (salah urus).

Ketika Gerakan Dakwah tidak lagi melakukan kaderisasi (tarbiyah), optimalisasi potensi diri kader dan para aktivisnya sehingga mereka hidup bardikari (independen) dalam ekonomi, berkualitas dalam sisi spiritual (keimanan), ilmu, amal dan akhlak dan juga melupakan pengkaderan calon-calon para mentor (murabby) yang handal serta meninggalkan aktivitas peningkatan kualitas para pemimpin dan tokoh dakwah yang sudah memasuki ranah aplikasi kehidupan secara luas speerti di bidang politik, ekonomi, da’wah ammah dan tokoh-tokoh informal lainya, berarti Gerakan Dakwah sedang mengalami miss manejemen (krisi manajemen) yang amat hebat.

Bila Gerakan Dakwah tidak mau bekerja keras untuk berkonsentrasi pada pembentukan watak dan kperibadian independen kader, pemimpin dan organisasi, khususnya terkait ekono, dan lebih tergiur untuk meminta-minta kepada konglomerat atau siapa saja yang punya uang dengan dalih pembiyaan dakwah, kendati sama-sama tau sumber umangnya tidak jelas (syubhat), dan mungkin saja haram serta dengan kompensasi dukungan memperoloh kepemimpinan BUMN, kepala Daerah, kepala Negara dan berbagai jabatan lainnya, maka saar itulah Gerakan Dakwah sedang sakit keras disebabkan penyakit mismanagement.

Mudah untuk diprediksi ke deppan, Gerakan Dakwah seperti itu akan mengalami kegoncongangan yang sangat dahsyat disebabkan gejolok dan percaturan duniawi yang sedang menggerogoti tubuhnya, paling tidak di tingkat elitenya. Memang dalam kondisi tertentu bisa kegincangan itu tidak dirasakan oleh kebanyakan para aktivis dakwah, mungkin karena tidak mengerti akan permasalahan yang sebenranya karena selalu ditutupi para pemimpinnya dengan enam istilah sayr’i yang sudah dijelaskan sebelumnya, atau karena punya kepentingan duniawi yang sama (oportunis), atau karena takut membahasnya, atau karena mencari aman dan tidak mau memikirkannya apalagi mencari solusinya dengan dalih: itumah urusan yang di atas, mereka lebih berilmu dan berpengalaman dan tanggungjawabnya ada pada mereka, kita hanya bekerja saja, atau karena berbagai alasan lain.

Krisis mismanagement (salah urus) dan juga berbagai krisis lain yang menimpa Gerakan Dawkah saat ini adalah bom waktu yang menunggu meledaknya saja. Kalaupun tidak meledak sehingga Gerakan Dakwah hancur berkeping-keping sebagaimana yang terjadi pada berbagai Gerakan Dakwah baik di negeri ini maupun di negeri Muslim lainnya, paling tidak akan mengakibatkan kelumpuhan Gerakan Dakwah itu sendiri sehingga tidak dapat lagi dijadikan sebagai sebuah harapan besar dalam melakukan perubahan-perubahan fundamental dan menyeluruh dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, apalagi dalam tatanan dunia global yang lebih rumit dan lebih keras labi.

Terkait krisis-krisis yang sedang meinmpa Gerakan Dakwah saat ini, penulis sering ditanya dengan sebuah pertanyaan yang simpel, tapi tajam : Masih adakah harapan berbagai Gerakan Dakwah saat ini? Jawaban yang paling jujur dan obyektif adalah : may be yes, may be no. Artinya. Karena, kemungkinan harapan itu sama besarnya dengan kemungkin hilnganya harapan. Berbagai krisis tersebut bahkan bisa menadi modal dasar untuk merancang dan mendesain Gerakan Dawak yang lebih baik dan lebih prospek dan lebih efektifit dari situasi dan kondisi sekarang sehingg benar-benar berubah menjadai Gerakan Dakwah yang penuh harapan. Namun kata kuncinya ada di tangan para pemimpin dan aktivis Dakwah itu sendiri. Perbaikan dan penyelesaian berbagai krisis tersebiut, apalagi perubahannya menjadi Berakan Dakwah yang lebih prospek di masa mendatang tidak akan turun dari langi begitu saja, karena whyu Allah yang tirun dari langit sudah menjelaskan kata kunci dan metodenya kepada kita sebagaimana firman Allah berikut :

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ

Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang menjaganya berkeliaran dari hadapan dan dibelakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan (kelemahan) yang ada dalam diri merka. Dan apabila Allah mengehndaki keburukan bagi suatu kaum, maka tida adan yang dapat menolaknya dan tidak ada bagi mereka pelindung apapun dari selain Allah. (Q.S. Arro’d /13 : 11) Tamat

“Taqwa”

Kata “Taqwa” berasal dari kata “Wiqoyah” jika dikatakan waqoo asy Syai’i, waqyan, wiqoyatan dan waaqiyatan berarti Shoonahu atau menjaganya.

Ibnu Manzhur mengatakan bahwa huruf “Ta” pada kata “Taqwa” merupakan badal (pengganti) dari huruf “Waw” sedangkan huruf “Waw” merupakan badal (pengganti) dari huruf “Ya”. Didalam al Qur’an disebutkan :

وَآَتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

Maknanya adalah balasan ketaqwaan mereka. Ada juga yang mengatakan maknanya adalah Allah telah menganugerahkan kepada mereka ketaqwaan. (Lisan al Arab 15/ 401)

Sementara itu ar Raghib al Asfahani mengatakan bahwa wiqoyah asy Syai’i adalah menjaga sesuatu dari segala yang bisa menyakiti atau mencelakakannya. Firman Allah swt :

فَوَقَاهُمُ اللَّهُ

Artinya : “Maka Allah memelihara mereka.” (QS. Al Insan : 11)

وَمَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَاقٍ

Artinya : “Dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.” (QS. Al Ahzab : 34)

قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

Artinya : “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. At Tharim : 6)

Kemudian ar Raghib mengatakan bahwa taqwa didalam definisi syariat bermakna menjaga diri terhadap hal-hal yang mengandung dosa, yaitu dengan meninggalkan apa-apa yang diharamkan dan hal itu disempurnakan dengan meninggalkan sebagaian yang mubah (dibolehkan) sebagaimana diriwayatkan, “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram juga jelas. Dan barangsiapa yang menggembalakan (kambing) di sekitar daerah larangan maka dia bisa terjatuh didalamnya.”

Firman Allah swt :

فَمَنِ اتَّقَى وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (35)

Artinya : “Maka Barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al A’raf : 35)—(Mufrodat Ghaarib al Qur’an 1/531)

Dan apa yang disebutkan oleh KH. Zaenudin MZ—semoga Allah merahmatinya—tentang pengertian taqwa yang diambil dari huruf-huruf yang dikandungnya, yaitu huruf “Ta” (bukan “Tho”) adalah Tawadhu, huruf “Qaf” adalah Qona’ah, begitu pula terhadap huruf “Waw” dan “Ya” maka—Allahu A’lam—saya tidak mengetahui dari mana sumbernya.

Akan tetapi sebagaimana lazimnya didalam sebuah pendefinisian terhadap sesuatu didalam syariat (terminologi) maka para ulama mendasarkannya kepada makna bahasa (etimologi) bukan berdasarkan kepada huruf-huruf yang ada dikandungannya.

Dan jika kita merujuk kepada setiap kamus bahasa arab tentang kata “Taqwa” maka ia kembali kepada kata “Waqo, Wiqoyatan” yang berarti menjaga dan memelihara diri dari sesuatu yang ditakutinya.

Dan berbagai definisi para ulama tentang taqwa berada di seputar kata “takut” yaitu suatu perasaan (emosi) yang mendorong seseorang untuk melakukan pemeliharaan diri dari sesuatu yang bisa membahayakan atau menyakitinya.

Diantara pengertian taqwa yang diberikan para ulama—selain yang diungkapkan ar Raghib diatas—adalah :

Imam Ali bin Abi Thalib berkata,”Taqwa adalah takut kepada Yang Maha Perkasa, mengamalkan al Qur’an, qanaah dengan yang sedikit dan mempersiapkan hari perpindahan (dari dunia ke alam akherat).”

Sedangkan Ibnu Rajab berkata,”.. Taqwa seorang hamba kepada Allah adalah menjadikan antara dirinya dengan apa-apa ditakutinya dari Allah swt, seperti murka-Nya, kemarahan-Nya, siksa-Nya sebuah pemeliharaan yang melindunginya dari itu semua yaitu dengan mengerjakan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.”

Thalq bin Habib mengatakan,”Taqwa adalah beramal taat kepada Allah diatas nur dari Allah dengan mengharapkan pahala Allah serta meninggalkan maksiat terhadap Allah diatas nur dari Allah dengan perasaan takut terhadap adzab Allah.”

Wallahu A’lam